5 hari berikutnya, hari minggu, hari yang lumayan cerah disaat musim salju. Raya dan Jayanti tengah berjalan jalan di alun-alun Sekolah Kemiliteran.
" Sepertinya Jayanti sudah tak disiksa secara fisik oleh ibunya lagi seminggu ini." Kata Raya dalam hati bernafas lega.
Saat tengah berjalan jalan di alun-alun luar bangunan, di sekitar bangunan persenjataan terdapat sebuah patung ksatria batu yang sedang mengangkat pedangnya. Mereka berdua menghampiri patung tersebut.
" Lihat! Dia adalah temanku." Kata Raya sambil menunjuk jarinya.
" Kau tolol, ya." Kata Jayanti.
Ketika itu mereka juga melihat berbagai macam senjata yang terpajang di dalam banggunan persenjataan dan melihat tentara baris berbaris di luar bangunan tersebut. Raya berkeliling di sekitar bangunan itu melihat berbagai macam senjata.
" Aku ingin sekali bersekolah disini!" kata Raya sambil melihat sekitar.
Langkah Raya terhenti ketika ia melihat sebuah meriam yang sangat besar di ujung ruangan bangunan armory itu.
" Meriam apa itu? Besar sekali." Kata Raya.
" Iya kau benar." Kata Jayanti sambil berjalan mendekati Raya yang sebelumnya hanya berjalan jalan mengikutinya.
" Kau tahu, konon kata Ayahku salah satu meriam disini dibuat untuk mengalahkan Ras raksasa Ogre lho, mungkin ini salah satunya, menegangkannya?" kata Raya.
Jayanti hanya melihat Raya tanpa respon yang berarti....
" Kalau ada Ogre menyerang kita, langsung tembak saja pake senjata ini! Dum dum duar!!" kata Raya bercanda.
Jayanti hanya terus diam kemudian melihat Raya tanpa mengatakan apapun.
" Dia tak mengatakan "Kau tolol, ya?"." Kata Raya dalam hati.
" Lihatlah kesini." kata Raya Sambil mengajak Jayanti kearahnya.
Jayanti berjalan mengikuti Raya. Diluar banggunan persenjataan, terlihat sebuah tempat perkumpulan para ksatria yang sedang berbincang-bincang seperti kedai namun bukan tak tampak seperti kedai. Terlihat juga ksatria yang berlatih bertarung dengan rag dolls didekat sana.
" Apa kau mau melihat dan berbicara dengan ksatria? Ini kesempatan yang bagus." Kata Raya sambil menengok Jayanti dibelakangnya.
" Kita kan pernah melihat ksatria saat patroli desa." Kata Jayanti.
" ahhhmm... be-benar juga..." kata Raya.
" ahh, Jayanti aku mau mendatangi para ksatria sebentar. Mau ikut?" Kata Raya.
" Tidak, aku tidak tertarik, aku akan tunggu di sekitar sini." Kata Jayanti.
"TERTOLAK!!!" Kata Raya dalam hati.
"Ehh... baiklah Jayanti. Tunggu sebentarnya.." Kata Raya.
Jayanti mengangkuk kepalanya.
Rayapun pergi berlari menuju para ksatria yang tengah bersantai disana.
Raya mendekati seorang ksatria yang tengah duduk di kursi bersandar dengan pilar kayu dibelakakangnya. Ksatria itu terlihat masih tampak muda, kemungkian seorang recrutan segar tahun ini.
" Permisi ksatria yang baik hati, bolehkah saya berbicara dengan anda?" Kata Raya dengan sopan beserta dengan hormat.
Ksatria itu menyadari dan membalas hormat Raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuwaraja
Ficção HistóricaTanah Mayapada terbakar dalam bubuk peperangan. Rawa darah merah berbau menyengat ditanah luhur Mayapada. Dendam berlayar dengan sangat cepat. Putra bangsa mengangkat senjata mereka, memecah tanah dan membantai semua lawan dihadapan mereka. Pepe...