Chapter #7 Perdebatan

25 2 4
                                    


Siang hari yang bersalju, Raya tengah melihat di luar jendela. Butir-butir salju yang berjatuhan layaknya seperti hujan namun bukan hujan menjadi pemandangan tiada terbatas. Tak lama Raya melirik ke arah Jayanti yang sedang fokus menatap ke depan papan tulis, memperhatikan wali kelas yang sedang menjelaskan.

" 14 hari lalu, aku melihat Jayanti memiliki banyak sekali luka memar dan luka baru kulihat ini luka memar lehernya. Tapi anehnya lagi mengapa besoknya hampir seluruh luka memarnya yang ia alami menghilang?"

"Cih.. lagian, mengapa orang itu terus saja menyiksa Jayanti? Mungkin itu alasannya mengapa Jayanti menjadi sosok yang pendiam. Jayanti adalah orang yang kuat, ia benar-benar bertahan dari rasa sakitnya, tapi hanya orang bodoh yang menahan rasa sakitnya."

"Mungkin hari minggu ini ia akan langsung di siksa lagi. Kalo sampai begitu...." kata Raya dalam hati.

" AKAN KUCEGAH KEJADIAN ITU!" Kata Raya sambil mengepalkan tangan.

                                                                           **********

Keesokaan paginya, Raya baru saja bangun dari tidurnya menuju ke meja makan. Sambil mengucek-ngucek matanya dan juga sesekali menguap Raya berjalan lengang-lengong. Sampai di ruang makan, Raya terkejut melihat ayahnya sudah menunggu di meja makan.

" Selamat pagi ayah." Kata Raya.

" Selamat pagi. Apa-apaan kamu ini baru bangun sekarang?"

" Maaf maaf ayah, lagian inikan masih jam 6 pagi."

" Sudah sudah cepetan makan. Nanti makanannya dingin!" kata ayah.

Raya berjalan menuju meja makan lalu duduk menyantap sarapan mereka. Selagi menyantap Raya menanyakan sesuatu.

" hmm, ayah..." kata Raya.

" Apa?" 

" Aku mau pergi keluar hari minggu ini nanti."

" Mau kencan?" kata ayah.

" B-Bukan! Aku cuma mau mengajak teman-temanku ke Sekolah Kemiliteran saja kok." kata Raya dengan kaget.

" Benarkah? Padahal kalau kecan ayah mau kasih kamu uang lebih." Kata ayah.

" Benarkah?" kata Raya dalam hati.

Ayahpun meminum segelas air, kemudian menatap Raya dengan sedikit tatapan licik.

" Memang kencan kan?" kata ayah.

" Iya." Kata Raya sambil mengangkukkan kepalanya menatap lebar pada ayahnya.

Sambil melanjutkan makannya, ayah bertanya kembali.

" Apa orang yang mau kamu bawa pergi itu Jayanti?" kata ayah bertanya.

Seketika Raya terkejut yang hampir membuatnya menumpahkan makanannya yang ia sedang kunyah.

" Bagaimana ia tahu??!!"Kata Raya dalam hati.

" I-iya sih." Kata Raya sedikit mengalihkan padangnya.

" Oh begitu, lain kali bawa saja dia ke sini. Ajak dia makan sama-sama." Kata ayah.

" I-iya deh lain kali." Kata Raya.

Raya mengambil segelas air lalu menghabiskannya dalam satu tegukkan cepat.

" Jaga dirimu kalau kamu mau pergi." Kata ayah.

" Terima kasih." Kata Raya.

                                                                     **********

YuwarajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang