Bel sekolah akhirnya berbunyi dan semua murid mulai pergi dari sekolah, ada juga yang masih di sekolah sedang bermain-main atau menuggu seseorang yang menjemputnya.
Raya sedang berbincang dengan teman-temannya yang dikenal dengan sebutan Geng Uduk. Di belakang bangku paling belakang Raya melihat Jayanti yang sepertinya masih marah pada saat pelajaran sebelumnya. Tak lama, Jayanti bangkit dari bangkunya lalu berjalan keluar dari kelas.
Salah satu murid laki-laki rambut berwarna karamel, mata berwarna hijau muda dilengkapi kacamata bulat kayu yang ia kenakan, baju yang lumayan bersih rapi yang menandakan dirinya adalah berasal dari kalangan keluarga terhormat, bernama Erlangga, salah satu anggota Geng Uduk menanyakan sesuatu yang mengejutkan.
" Kamu naksir sama Jayanti?" Tanya Erlangga sambil memperbaiki posisi kacamatanya.
Raya terdiam lola memproses pertanyaan spontan Erlangga.
" Hahhh?!!" kaget Raya dengan wajah memerah.
" Masalahnya tadi kulihat kau terus memandanginya dari tadi."
Terlihat seorang gadis berambut pendek rapi, warna matanya yang berwarna merah keunguan, memakai pakaian bercorak adat suku, rambutnya yang hitam terlihat manis, cocok dengan pakaian adatnya, menghampiri Raya.
" Benarkah?" kata Srengga nama gadis tersebut.
" Ah, iya tadi pagi juga kutanyakan tentang Jayanti, dia seperti cemas saat kuceritakan tentang dia." kata Drata.
" Ternyata begitu ya, Raya?! Kenapa kau tak meminta saran kami?!" kata Teguh sahabatnya yang bertubuh gempal dengan rambut keriting seperti kulit durian, dengan kulit yang agak sedikit kecoklatan menepuk pundaknya.
" Bukan it-" kata Raya dipotong.
" Serahkan saja pada kami!, Kami akan membuat Jayanti jadi mau bicara padamu!" teriak Teguh dengan suara keras yang membuat kegaduhan terhadap anak kelas yang seketika melihat mereka semua .
" Oi, s- suaramu terlalu besar..." kata Raya.
" La- lagipula bukannya "naksir", aku cuma tertarik padanya." kata Raya dengan nada rendah.
" Ah, dia ngaku!" kata Erlangga.
Mereka berlima bersorak senang.
" Okehh! Pengakuan yang bagus, aku akan mengatur pertemuannya nanti!" kata Teguh.
##############
Di salah satu luar jalan sekolah yang terlihat sempit dan sepi, Raya bertemu dengan Jayanti. Hembusan angin santai dari sisi kanan membuat keadaan menjadi lebih canggung. Tanpa adanya salam dan basa basi seketika Jayanti mengatakan.
" Kau tolol, ya?" kata Jayanti.
" Terus terang sekali." kata Raya dalam hati dengan rasa syok yang berat.
Seketika Raya mengangkat kepalanya lalu menunjuk Jayanti, berkata.
" Apa itu caramu menyapa orang?!" kata Raya dengan wajah kesal.
Menyadari sesuatu hal yang aneh, Raya langsung menarik kembali tangannya, lalu menaruh tangannya kembali dengan sikap badan yang diperbaiki.
" Oh tidak, aku bicara blak-blakan...." kata Raya dalam hati.
" Teguh sialan, yang dimaksud "nanti" itu sekarang ya. Dia pasti bilang kalau aku naksir padanya." kata Raya dalam hati sambil membayangkan bagaimana cara Teguh membujuk Jayanti agar ia bisa datang kesini.
Raya kemudian menarik kembali tasnya yang longgar dari bahunya lalu mengusap kedua tangannya sambil berkata.
" Anu, Bolehkah aku menjadi temanmu?" kata Raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuwaraja
Historical FictionTanah Mayapada terbakar dalam bubuk peperangan. Rawa darah merah berbau menyengat ditanah luhur Mayapada. Dendam berlayar dengan sangat cepat. Putra bangsa mengangkat senjata mereka, memecah tanah dan membantai semua lawan dihadapan mereka. Pepe...