Hari senin. Raya berjalan memasuki kelas, kemudian duduk di bangkunya. Ia melihat meja Jayanti yang masih kosong. Raya menjadi sedikit khawatir.
Raya membuka tali ikatan dari tas lalu mengeluarkan buku catatannya. Dari pintu kelas belakang, Jayanti memasuki kelas dan berjalan kemudian memberi salam kepada Raya.
" Raya, selamat pagi." Kata Jayanti.
" Ah, selamat pagi, Jayanti." Balas Raya.
" Syukurlah. Dia tak terlambat lagi dan badannya juga tidak apa-apa." Kata Raya dalam hati.
" Kau cantik sekali." Kata Raya.
Seketika murid-murid yang sedang sibuk dengan kegiatannya sendiri, melihat Raya. Jayanti juga ikut terkejut dan wajahnya menjadi memerah.
" Aku bicara blak-blakan lagi...." kata Raya dalam hati.
" Wahhh!!!" kata semua murid.
" K-kalian dengar perkataannya?!" kata murid lainnya.
" Keren!! Bro!!" Kata Teguh.
" Raya nekat sekali!!!" kata Srengga.
" Mereka mau menikah, ya?!" kata murid lainnya.
" Dasar bodoh! Mereka harus tunangan dulu!" Kata Teguh.
" Apa pula?!!" kata murid lainnya.
" Selamat." Kata murid tersebut.
Seketika wali kelas yang hari ini mengajari kelas, menepuk tangannya.
" Oi, pelajaran pertama mau dimulai!" kata Bu guru.
Murid-muridpun kembali duduk di mejanya masing-masing memulai pelajaran.
*************
Selagi bu guru menjelaskan pelajaran yang disampaikan. Raya sedang mecoret-mencoret bukunya sambil terlihat memikirkan sesuatu. Setelah pelajaran pertama usai, bel istirahat berbunyi. Rayapun menghampiri Genk Uduk dan memanggil Drata.
" Oi Drata," salam Raya.
" hmm apa?" balas Drata.
Drata menghampiri Raya, berjalan keluar dari kumpulan Genk Uduk.
" Drata, apa kita bisa bicara sebentar di lorong?" kata Raya.
" Boleh, memang ada apa?" kata Drata.
" Ini tentang Jayanti, dan bolehkah kau memanggil satu orang lagi?" kata Raya.
" Siapa?" kata Drata.
Di lorong sepi dekat kelasnya yang biasanya menjadi jalan tembus untuk ke kamar kecil menjadi tempat perbincangan mereka. Mereka berdua mulai berbincang dengan membawa satu orang lagi.
" Apa sih kalian juga membawaku kemari?" kata Nanta.
" Aku membawamu kemari karena kupikir kau bisa membantu sesuatu." kata Raya.
" ehm.... untuk apa aku membantumu dasar pembentak." Nanta mulai pergi dari lorong tersebut.
" T-tungg..." kata Drata.
"Ia masih marah dengan kejadian itunya...." Kata Raya dalam hati.
" Ya sudah, biarkan saja jika ia tak mau terlibat ini." Kata Raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuwaraja
Historical FictionTanah Mayapada terbakar dalam bubuk peperangan. Rawa darah merah berbau menyengat ditanah luhur Mayapada. Dendam berlayar dengan sangat cepat. Putra bangsa mengangkat senjata mereka, memecah tanah dan membantai semua lawan dihadapan mereka. Pepe...