Di kelas saat guru sedang menjelaskan pelajaran yang diterangkan. lagi lagi Raya sedang melamun melihat luar jendela. Ia memikirkan cara agar bisa mendapatkan informasi dimanakah Jayanti tinggal.
Raya melirik Jayanti dari sebrang bangkunya. Pensil Jayanti terjatuh, dan Jayanti berniat mengambilnya. Raya terkejut, luka memar yang terdapat dipaha Jayanti sebelumnya menghilang hanya dalam 2 hari.
" Ada apa dengan luka memarnya? Apa luka memar bisa diobati secepat itu?" kata Raya dalam hati.
Saat itu guru yang sedang mengajar adalah wali kelas dari kelas ini. Seorang wanita yang tampaknya masih muda, diperkirakan berumur tidak lebih dari 30 tahun. Serius ia masih tampak terlihat muda dengan kulitnya yang putih langsat, warna rambutnya indah berwarna karamel oren yang diikat kuda namun pendek dengan pakaian ala bangsawana berpendidikan. Wali kelas yang tanpa sengaja melihat Raya pada keadaan tak dapat terbayangkan.
" Raya kamu sedang melihat apa, dipahanya Jayanti?" kata wali kelas.
Seketika tatapan seluruh penduduk kelas menatap Raya dengan suasana tidak enak.
" Ti- tidak sa-saya tidak melihat pa-paha Ja-Jayanti, hanya te-terlintas saja!" kata Raya dengan gagap.
" Dasar mesum." Kata Srengga yang duduk disebelah bangku Raya dengan tatapan sipit sinis aneh.
Seketika Jayanti melipat roknya dengan rapi seperti menyembunyikan pahanya. Jayanti menatap Raya dengan wajah murung dan sedikit sedih.
###########
Setelah sekolah usai, Jayanti yang sedang menuruni tangga, segera berniat menuju gerbang sekolah. Ketika itu Raya sedang berlari mengejar Jayanti.
" Tunggu dulu Jayanti." kata Raya.
Rayapun berhenti di depan Jayanti, diakhir dari anak tangga tersebut. Segera Raya menunduk dengan sigap.
" Ma-maafnya aku melihat pahamu." Kata Raya dengan malu.
" Ya, aku memaafkanmu." Kata Jayanti sambil terus berjalan tanpa menghiraukannya.
Melihat Jayanti yang terus berjalan tanpa menghiraukannya, Rayapun berlari kecil lalu berhenti lagi tepat didepannya.
" Anu.., aku mau tau kamu tinggal dimana Jayanti?" kata Raya.
Jayanti terus berjalan tanpa menghiraukan pertanyaannya. Raya yang binggung, mengikuti Jayanti dengan langkah yang sama.
" Ada apa?" kata Raya.
Seketika Jayanti berhenti dan sedikit mengepalkan tangannya tampak seperti ingin menanyakan sesuatu yang tampak berat.
" Apa kau melihat lukaku tadi?" kata Jayanti.
Seketika Raya terdiam. Iapun berusaha mencari alasan yang tepat atas tindakannya sebelum. Iapun menjawab dengan gugup dan sedikit terbata-bata.
" Ti-tidak, mana ada luka di pahamu sekarang."
" "Sekarang"?" Kata Jayanti sedikit meyipit matanya curiga.
" Si-sial aku bicara blak-blakan lagi." Kata Raya dalam hati.
" Artinya kau pasti melihat luka memarku kemarin, ya,kan?" kata Jayanti dengan nada sedikit keras dan lantang.
" I-iya, lagian siapasih yang membuatmu luka seperti itu?"kata Raya sambil mengaku. Iapun mengosok-gosok kepalanya dengan frekuensi sedikit cepat dari sebelumnya ia gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuwaraja
Historical FictionTanah Mayapada terbakar dalam bubuk peperangan. Rawa darah merah berbau menyengat ditanah luhur Mayapada. Dendam berlayar dengan sangat cepat. Putra bangsa mengangkat senjata mereka, memecah tanah dan membantai semua lawan dihadapan mereka. Pepe...