15. Break dengan Shalat

835 123 145
                                    

Serial HAMASSAAD season 8 - 15

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Serial HAMASSAAD season 8 - 15. Break dengan Shalat

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2019, 20 Januari

Note: Info for typo(s) are LOVE 💕

-::-

LISTRIK menyala kembali, tak seberapa lama setelah kepergian Ben dari ruang makan. Sementara lima pemuda lainnya telah menuruti arahan sang pemilik vila, yaitu agar bergegas ke ruang tengah, tempat mereka biasanya santai-santai kalau sedang berkunjung kemari.

Shiddiq sudah bergelung dengan guling yang dia ambil dari kamar, sedangkan Fajar ikutan rebahan di sampingnya. Hamas menyelonjorkan kaki dan Fajar mengubah posisi kakinya yang tadi menumpu kaki Shiddiq, kini menekuk dan bertumpu pada lutut kirinya sendiri.

Bima bersuara lirih, melantunkan surat Al Ahzab yang dia ingat. Terkadang Saad mengoreksi bacaannya. Melihat itu, Hamas cuma bisa manyun. Dia mau memulai mengulang hafalan tapi terpaksa mingkem. Yang ada nanti bisa-bisa dia kena bully oleh Shiddiq dan Fajar, pikirnya.

"Eh, jangan tidur dong," Ben datang dengan bantal dalam pelukan. Dia duduk di sisi karpet yang masih kosong, menyandarkan bantal ke tepian sofa warna burgundy yang ada di ruangan tersebut.

"Siapa yang mau tidur sih ah!" Hamas bicara dengan mata tertutup. "Weh, kenyang bat gue nih. Hoaaam..."

"Wey, Mas," Ben mengguncang tubuh Hamas dengan tangan kanannya, "jangan tidur. Tadi katanya mau bahas perang..."

"Yang bahas kan Bima atau Saad, Mas Ben," kata Shiddiq kemudian. "Ngga ngaruh kalau Hamas tidur juga."

Ben nyengir, "Ya iya sih, tapi biasanya Hamas kalau bahas perang tuh semangat."

Mata Hamas yang terpejam, sontak terbuka. Lalu dengan kening mengerunyut, Hamas menoleh pada Ben yang leyeh-leyeh di sisi kanannya. "Heh, komentar apaan tuh?" tanyanya, seraya bangkit dari rebahan. "Tauk bat emang ini bocah!" Hamas tertawa saat menepuk pundak Ben sampai Ben meringis kesakitan. "Kemon, boi, bahas perang!"

"Hadeh," Shiddiq mulai keki lagi. Ngga ngerti, sebel aja dia sama hiperbolanya Hamas. "Lebay."

Hamas tertawa, mendorong kaki Shiddiq yang paling dekat dengannya. "Opo tho, Mas Shiddiq. Ojo nesu-nesu!"

"Opo tho, Le..." Shiddiq geleng-geleng kepala.

Bima dan Saad tampaknya telah menyelesaikan kegiatan mereka, dan kini ikut bergabung dengan yang lain di karpet yang tebal dan lembut tersebut. Hamas terpaksa beranjak dari tempatnya duduk agar bisa duduk bersebelahan dengan Saad.

"Heh, kaki. Kaki!" Hamas menggeser kaki Shiddiq yang menghalangi kakinya ketika duduk di dekat Saad.

"Julid ini orang, astaghfirullaah," Shiddiq mengeluh sambil bangun dari gelungannya. Dia duduk bersandar pada tepian sofa seperti yang Ben lakukan sekarang.

[✓] HAMASSAAD Syarhush ShadrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang