Layaknya seorang sahabat yang akan tetap berada disampingmu. Maka mereka juga sama seperti yang orang lain katakan.
Tetap berada bersamaku dalam keadaan apapun. Munafik jika aku mengatakan, aku tidak membutuhkan pembelaan dari kalian
.
.
.Mulut jisung dan felix tidak henti-hentinya berkomat kamit lantaran kesal karna dirinya ikut terseret dalam sebuah masalah. Padahal ia tak ikut campur dalam kejadian satu jam yang lalu.
"Ceritakan kronologisnya jeno..." ucap lee jungwo sembari menaikan kaca matanya yang agak turun dari pangkal hidungnya.
"Saem dia berbohong, bukan kami yang salah. Hehh... curut got, tau gak sih kalau berbohong itu tindakan kriminalitas hah...!" Ucap jisung kesal.
"Kok kriminalitas sih sung...? Bukan dong, kalo kriminalitas mah kejahatan" felix membenarkan.
"Komentar ajah si felix....! Jeno sudah berbohong, dia memfitnah kita. Sama kan sama kejahatan? Gak beda jauh. Bahkan ada pepatah fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan" jelas jisung.
"Ehh iya-ya. Saem, saya gak setuju kalo kita disalahkan...!"
"Diam jisung, felix saya tidak bertanya pada kalian berdua atau kalian ingin saya skors?!" lee jungwo menatap tajam jisung dan felix membuat pria itu menggerlingkan matanya malas.
"Cihh... Ancaman klasik" gumam hyunjin dengan berdecih kesal.
"Kok jeno bisa bonyok begitu? Gimana kejadiannya bisa begini sung?" Chan berbisik tepat ditelinga jisung yang menyebabkan jisung menahan geli karna deru nafas chan yang menyapu halus kulit sensitifnya.
"Changbin memukulnya..." jawab jisung malas dan itu membuat chan melotot karna terkejut.
"Hah...?! Kok bisa?" Chan terkejut.
"Chan, saya menyuruh jeno yang berbicara bukan kamu...!" lee jungwo lagi-lagi mengingatkan, membuat mereka bersembilan ikut terdiam. Mulut felix pun kini berhenti berkomat-kamit.
"Jadi gini saem, si seungmin ini baru datang saat satu jam bel istirahat berbunyi, memangnya ada saem yang terlambat seperti itu? Apalagi ia menjabat sebagai wakil kelas kan? Saya hanya menegurnya lalu seungmin tidak terima dan memukul saya. Saya melawan, dan seungmin malah mengajak sahabatnya yang lain ikut memukuli saya" jawab jeno sembari menunjuk ruam yang ada di pipinya. Cukup parah memang.
Mereka tertawa sarkas mendengar pengakuan jeno terkecuali seungmin tentunya yang hanya diam menatap kosong pada bolpoin milik lee jungwo yang ia ketuk-ketuk di meja kayu tersebut.
"Pengakuan macam apa itu...?! Saem dia berbohong" chan menunjuk kearah muka jeno, ia membela sahabatnya dan dirinya sendiri.
"Saem harus percaya pada kami, aku memang tidak ada saat jeno mendapatkan ruam merah keunguan dipipinya. Tapi aku ada disaat seungmin terlambat... kejadiannya tidak begitu saem. Dia membully seungmin bersama taehyung dan jinyoung. Seungmin tidak melawan dia memfitnah temanku..." lanjutnya.
"Bahkan dia membuat seungmin terjatuh dengan kakinya itu" minho ikut menyahut.
"Apa itu benar jeno?" Saem bertanya penuh selidik. Sementara yang ditatap gelagapan mencari alasannya dan hyunjin tahu itu adalah alasan yang lee jungwo pakai agar tak ketahuan langsung jika ia akan membela jeno. Dan sampai kapanpun jika mereka berada dipihak seungmin, mau benar ataupun salah semua yang ada disekolah ini tetap akan memandangnya salah.
"Dari caranya bersikapnya, seharusnya saem sudah tahu kalau orang ini tengah berbohong" hyunjin memutar bola matanya malas.
"Tidak saem, aku punya buktinya..." tiba-tiba jeno mengelak.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Teen Detektif- StrayKids ✔ (Terbit)
Mystery / ThrillerSUDAH TERBIT - KIMBAB PUBLISHER (BEBERAPA CHAPTER SUDAH DIHAPUS) Kata kunci : Noda biru yang ada pada gelombang rantai dan gading dalam sebuah gedung menunjukan kuning diantara kapas-kapas berjalan yang dalam satu waktu melenyap hingga petir memupus...