'Sesuatu yang aku simpan, bukan untuk selalu diceritakan pada orang lain, bahkan sahabat sendiri. Banyak pepatah mengatakan, keterbukaan akan menjaga sebuah hubungan. Lalu jika aku menutup diri dengan kalian, apakah kalian akan meninggalkanku...?'
.
.
.
"Arghhh...."
Hyunjin refleks melepaskan genggaman tangannya di pergelangan tangan seungmin, ia menoleh dan mendapati sahabatnya tengah berjongkok memegangi bagian kepalanya yang sepertinya sedang menahan rasa sakit.
"Seungmin...!" Hyunjin ikut berjongkok dan memegang kedua pergelangan tangan seungmin yang nampaknya bergetar hebat, ekspresi seungmin yang biasanya memasang wajah datar kini hilang, bibir plumnya ia gigit untuk melampiaskan rasa sakitnya dengan mata yang terpejam erat.
"Hei seungmin... kau kenapa??!" Hyunjin menggoyangkan lengan seungmin berusaha bertanya namun yang ia dengar hanya erangan menahan rasa sakit. Rasa khawatir mulai datang, sebenarnya ada apa dengan seungmin?
"Seungmin. Heii.... kau kenapa?!"
"Mi...minggir....!" ucapnya terbata-bata lalu berlari meninggalkan hyunjin yang masih menimbulkan tanda tanya besar dibenaknya. Dengan cepat hyunjin pun ikut berlari menyusul seungmin.
Sedangkan seungmin dengan sisa kesadaran jiwa yang masih warasnya mencoba untuk menaiki satu anak tangga terakhir sebelum ia sampai di atap sekolah. Ia buru-buru mengeluarkan obatnya yang selalu ia bawa di saku baju sekolahnya. Tangannya sangat bergetar, kumpulan-kumpulan kejadian layaknya film terputar di otaknya dan memaksanya untuk menonton dirinya yang tengah disiksa oleh ibunya dulu saat pertama kali sang ibu menunjukan gelagat perubahan yang ada dalam dirinya.
Seungmin yang disiram air dingin, bahkan air panaspun pernah, ia dicaci maki dan dihina, ditampar, dipukuli, bahkan figur seorang ayahnya pun ikut membela ibunya ketimbang dirinya. Hingga seungmin yang lucu dan polos kini berubah 100% dari kehidupannya yang dulu. Belum lagi teman sekolahnya yang selalu membuly dan mengucilkan seungmin. Suara-suara itu semakin bergema di telinganya, Meskipun para sahabatnya membela dirinya, tetap saja tidak akan merubah rasa sakit dan luka besar yang ditinggalkan mereka pada remaja yang harusnya tumbuh dengan penuh kasih sayang.
Kelemahan seungmin adalah perasaanya, hatinya mudah terluka dan mudah menerima omongan orang lain hingga kejadian demi kejadian menjadi beban yang berat bagi seungmin, selama di hina oleh orang lain, seungmin diam bukan berarti ia tidak perduli. Seungmin berlagak tidak acuh tapi hatinya menjerit bahwa ia merasakan sakit luar biasa.
sampai satu hari dimana ia punya kelainan jiwa dan menderita penyakit schizopherenia.
Tidak ada yang tahu soal ini, karna seungmin sendiri yang pergi menemui psikolog saat ia mulai merasa ada gejolak aneh dalam fikiran dan tubuhnya. Seungmin hanya meringis nyilu mendengar apa yang telah terjadi padanya, kehidupannya sudah hancur. Dirinya merasa tidak ada lagi yang harus dilakukan selain diam, diam dan diam. Sejak saat itu seungmin berubah dari kehidupan lamanya.
"Arghhh...!" Seungmin mengerang keras, sakit rasanya seperti ditusuk ribuan jarum, semakin ingatan itu terulang semakin sakit tusukan yang ia rasakan. Nafasnya ikut menyesak, deru nafasnya tak karuan, tangannya semakin bergetar membuat obat yang ia pegang terjatuh berserakan.
"Arghh... se..seunghminnhh... tahan!" Tubuh seungmin limbung, ia terjatuh dengan kedua tangan meremat rambutnya dan ia tarik kuat-kuat untuk melampiaskan rasa sakitnya.
Seungmin mencoba untuk membuka matanya untuk mengambil obatnya kembali dan meminumnya sebelum jiwa normalnya hilang sepenuhnya. Namun matanya terasa perih untuk ia buka karna angin yang berhembus kencang membuat debu yang bertebaran mengenai matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Teen Detektif- StrayKids ✔ (Terbit)
Mystère / ThrillerSUDAH TERBIT - KIMBAB PUBLISHER (BEBERAPA CHAPTER SUDAH DIHAPUS) Kata kunci : Noda biru yang ada pada gelombang rantai dan gading dalam sebuah gedung menunjukan kuning diantara kapas-kapas berjalan yang dalam satu waktu melenyap hingga petir memupus...