Banyak orang bilang, persahabatan sejati yang dibangun sejak kecil pasti saling mengetahui sisi sahabatnya baik luar maupun dalam.
Sama seperti mereka saling terikat sejak kecil dan tertawa serta berjuang bersama menaggapai mimpi. Namun, ada banyak rahasia besar yang disembunyikan satu sama lain.
Pantaskah mereka diberi gelar sahabat sejati...?.
.Di waktu yang bersamaan saat tim chan mengidentifikasi mayat yeji.
Changbin menatap malas pada sajian makanan nikmat dalam restoran mewah, mata tajamnya melirik pada seorang pria yang menyandang gelar sebagai papanya itu tengah memainkan ponsel sambil tertawa sesekali. Hal itu membuat changbin muak melihatnya.
"Makanlahh, aku tahu kau lapar..." ucap sang papa yang sibuk dengan ponselnya.
"Tak sudi...!" Batin changbin sambil membuang muka.
"Pah... mau secantik apapun calon papa, changbin tetap tidak akan merestui hubungan papa dan jalang itu..!" Ucap changbin, terlihat pria itu menatap tajam changbin. Ia menaruh ponselnya lalu menyantap daging panggang yang tersedia menggunakan garpunya.
"Dia bukan jalang, dan...
"Aku bahkan tak butuh restumu changbin..." ucapnya santai sembari menuangkan vodka kedalam gelas mini kemudian meminumnya.
"Lalu untuk apa kau menyuruhku datang kemari brengsek...?!" Bentak changbin.
"Calm down my boy. Saat nikahku nanti datanglah pada mansion mewah papahmu, dan kau akan lihat betapa gagahnya aku memakai balutan tuxedo mahal" kekeh pria itu sedangkan changbin hanya melengos membuang mukanya.
"Aku tak akan pernah mau menginjakan kakiku lagi di mansionmu yang penuh dengan kekejaman..." gumam changbin mengepalkan tangannya geram.
"Setelah aku memilikinya nanti, aku bahkan tak perduli lagi padamu. Akan kucabut semua aset berharga miliku. Termasuk apartemen yang saat ini kau tinggali..." jawab pria itu.
"Itu miliku...! Itu hasil kerja kerasku...!" Bantah changbin tak terima, ia menabung bertahun-tahun uang sakunya hanya untuk memisahkan diri dari papanya dan hidup mandiri. Jadilah ia membeli apartemen yang terbilang mewah itu sebagai tempat siggahnya.
"Kau adalah anaku, semua hal yang kau miliki adalah miliku..." ucapnya seakan hal itu adalah mutlak.
Emosi changbin meluap, ia menggretakan rahangnya dan menutup kedua matanya. Rasa sesak kembali menjulur hatinya, kemudian ia memaksa membuka kedua matannya yang saat ini sudah memerah menahan bendungan yang sudah siap untuk tumpah.
"Pah, sampai kapan aku mengerti keadaanmu...? Aku menerima kau sebagai papaku juga harusnya kau beruntung. Karna, anak mana yang mau menganggap kau sebagai seorang kepala keluarga yang berkerja sebagai mafia dan tanganmu sudah kotor akan darah orang-orang yang mengecewakanmu. Seberapa banyak pekerjamu yang sudah kau bunuh...? Tak sadarkah kau, aku tersiksa atas tindakan mu itu...?!" changbin mengusap air mata yang turun dari kedua mata tajamnya. Sang lawan bicara hanya menggelengkan kepalanya sesekali ia tertawa kecil.
"Psikopat...! Atau jangan-jangan selama ini kau pembunuh yang berkeliaran itu...?!" Tuduh changbin. Seketika tawa sang papa berhenti dan menatap changbin tajam.
"Ingat, aku bukan pembunuh murahan yang akan menjadikan orang-orang tak bersalah mati ditanganku changbin...! Aku tak pernah melakukan hal sekotor itu, aku membunuh mereka. Para pekerjaku yang sudah memelesetkan usaha ilegalku yang hampir ketahuan polisi... jadi, jangan tuduh aku dan sangkut pautkan aku dengan psikopat yang menjadi pembicaraan hangat kota ini. Aku membunuh para pekerjaku karna ia merugikan ku..." jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Teen Detektif- StrayKids ✔ (Terbit)
Mystery / ThrillerSUDAH TERBIT - KIMBAB PUBLISHER (BEBERAPA CHAPTER SUDAH DIHAPUS) Kata kunci : Noda biru yang ada pada gelombang rantai dan gading dalam sebuah gedung menunjukan kuning diantara kapas-kapas berjalan yang dalam satu waktu melenyap hingga petir memupus...