'Aku sadar bahwa hidup tak selamanya harus bahagia, terkadang gemuruh langit dan kilat penyampaian badai yang akan tiba mempunyai makna bahwa langit tidak akan selalu cerah. Begitupun dengan kehidupan'
.
.Di ruangan serba putih itu mereka bersembilan tengah duduk melingkar, menatap si ketua kelas yang sedang memandang kosong kearah lantai berwarna putih polos.
Bukan ruangan sebenarnya, tapi rumah kecil yang dibangun di belakang rumah jisung. Seputar ingatan dulu mereka membangun rumah kecil sederhana ini bersama-sama ketika masih kelas satu smp. Mereka memilih belakang rumah jisung karna langsung berhadapan dengan sungai kecil yang membuat suasana tenang dan damai.
Rumah kecil ini terbagi menjadi tiga ruangan, satu ruangan untuk tidur, dimana mereka harus bedempetan. Ruangan yang kedua untuk mereka bersantai seperti sedang menonton tv dan sebagainya dan sisanya ruangan yang paling sempit yang sedang mereka tempati saat ini.
Chan si ketua kelas XII ips menatap para teman-teman yang sudah ada bersamanya dari zaman dimana mereka baru mengenal huruf.
Ia menghembuskan nafasnya pelan... membuat yang lain kebingungan.
Ucapan kepsek tadi saat disekolah membuat ia menjadi beban pikiran.
"Aku mengumpulkan kalian semua disini untuk membicarakan hal penting. Tolong serius dulu dan jangan ada yang bercanda, karna ini sangat penting..." chan menatap lurus pada felix dan jisung yang tampaknya merasa tersindir. Merekapun menunduk takut saat pandangan chan menatap tajam kearahnya.
Jika sudah begini, tidak ada lagi yang berani melawan. Secara aura kepimpinan chan sudah bangkit.
"Oke, jelaskan. Hal penting apa yang kamu ingin bicarakan" woojin menatap chan serius sedangkan yang lebih muda menghela nafasnya pelan, ia mengacak-acak rambutnya frustasi seolah ia sedang dilanda beban yang berat.
"Apa ada hubunganya dengan...
"Kematian hwang yeji?" Minho memotong ucapan jisung dan memandang chan curiga.
Chan mengangguk kecil diiringi helaan nafas berat.
"Kita mendapat tugas untuk menyelidiki kasus kematian yeji dan pak kim, yang mungkin ada hubungannya dengan kematian para korban yang terjadi di kota ini" jelas chan lesu.
Sementara yang lain menatapnya terkejut.
"What...?! memangnya dia fikir kita polisi apa...?!" Changbin melotot horor.
"Tapi aku suka.....!!" Jisung, felix, woojin dan minho langsung menyahut bersamaan. Tatapannya sumringah sedangkan chan malah melotot horor.
"You're crazy ...?!" Changbin membentak, tak paham apa yang mereka fikirkan.
Tak tahukah ini berbahaya..?
"Aku serius, I like that related to investigation and mystery" ucap jisung dengan wajah cerianya dan diangguki oleh felix.
"Kau fikir ini mainan apa...?! wear your brain, it is obviously this is dangerous...!" Sahut changbin menolak ucapan jisung. Memangnya dikira menyelidiki kasus seperti ini tidak bahaya?
"Aku malah ingin jadi seorang detektif, dan sekarang? Aku benar-benar tidak percaya..." sahut woojin ikut senang tak perduli tanggapan changbin yang terbilang kasar.
"Aku juga. Aku suka teka teki, siapa tahu penyelidikan ini bisa menjadi refrensi untuk karyaku yang ke dua puluh lima, keren kann? Jadi bukan sebatas hayalan tapi kisah nyata..." minho mengangguki.

KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Teen Detektif- StrayKids ✔ (Terbit)
Bí ẩn / Giật gânSUDAH TERBIT - KIMBAB PUBLISHER (BEBERAPA CHAPTER SUDAH DIHAPUS) Kata kunci : Noda biru yang ada pada gelombang rantai dan gading dalam sebuah gedung menunjukan kuning diantara kapas-kapas berjalan yang dalam satu waktu melenyap hingga petir memupus...