Chapter 3

3.4K 285 1
                                    

Seusai membereskan barang-barangnya, Heesoo langsung berangkat menuju bandara menggunakan taksi. Tidak ditemani Christina. Karena temannya itu sedang ada urusan.

Semalam, mereka bercerita banyak hal. Seperti seorang teman yang sudah lama tidak bertemu padahal mereka satu apartemen selama bertahun-tahun. Christina hanya berpesan untuk menjaga diri dengan baik. Setelahnya mereka tidur bersama.

Sampai di bandara, Heesoo membayar biaya taksi dan langsung masuk ke pesawat--setelah melakukan prosedur yang harus dilalui--dengan terburu-buru. Sudah tidak ada waktu lagi untuk bersantai-santai seperti yang ada dipikirannya.

Setelah menemukan kursi tempat duduknya, Heesoo mengeluarkan ponsel nya dan memfoto keadaan sekitar untuk dikirimkan ke sahabat kecilnya yang ada di Seoul. Hanya sahabat kecilnya itu yang dia kabari tentang kepulangannya.

Awalnya Hwayoung--sahabat kecilnya--terkejut akan kepulangan sahabat itu.

Heesoo POV

Akhirnya aku pulang. Ya, pulang dalam artian sebenarnya. Pulang kerumah, bertemu dengan keluarga, makan bersama keluarga. Itu semua yang kurindukan. Berharap semoga apa yang kupikirkan menjadi kenyataan.

Selama di pesawat aku hanya menghabiskan waktu ku untuk membaca novel yang sengaja kubawa, untuk menghilangkan rasa bosan. Bayangkan, jarak dari Amerika menuju Korea membutuhkan waktu berbelas-belas jam. Mungkin akan sampai Bandara Incheon nanti malam.

Sejujurnya aku tidak yakin ini merupakan hal yang benar atau salah. Karena selain ingin mewujudkan mimpi, ada satu hal yang mengharuskan untuk meninggalkan Seoul. Terlalu sakit jika mengingatnya. Jadi jangan harap aku akan bercerita. Ikuti saja alurnya.

Sekiranya sudah satu jam aku ada di udara. Aku masih membaca novel yang kubawa. Sesekali menyalakan ponsel sekedar untuk melihat jam. Yah walaupun aku memakai jam tangan. Bosan dengan novel, aku mengalihkan pandangan ke jendela pesawat yang ada di sampingku.

Melihat awan disana membuatku merasa tenang. Kau tau, kehidupan itu tidak sepenuhnya bisa kau kendalikan. Meskipun kau sudah berencana, tapi tidak ada yang tahu apakah itu berhasil. Kita hanya bisa membuat rencana, Tuhan lah nanti yang akan mengkehendakinya.

Lama memperhatikan sekumpulan awan, aku jadi mengantuk. Mungkin sebaiknya aku tidur.

•••••

Author POV

Jimin membopong tubuh Jungkook dari basement menuju lift. Apartemen Jungkook sendiri ada di lantai 5. Sesampainya di lorong apartemen, Jimin membuka ruangan tertulis angka 345. Menekan password, mendorong pintu, dan dengan susah payah membawa tubuh Jungkook.

Sampai di kamar Jungkook, Jimin langsung melempar tubuh Jungkook begitu saja. Biar saja, toh tubuhnya mendarat di ranjang yang empuk. Jungkook itu tipikal orang yang mudah tidur, dan sulit dibangunkan. Sekalipun kau menempelkan jam weker yang berbunyi keras di telinganya, Jungkook tidak akan terbangun. Titisan kerbau memang. Tidak akan bangun jika bukan dirinya sendiri yang ingin bangun.

Sepertinya aku akan menginap saja pikir Jimin. Tidak baik juga menyetir larut malam sendirian--dalam keadaan mabuk juga--Jimin takut ada yang menculiknya nanti. Tungkainya berjalan menuju dapur, membuat minuman untuk menghilangkan rasa mabuk yang sedikit membuat pening kepalanya. Lalu bergerak menuju sofa yang ada diruang tengah depan televisi. Berbaring sambil memainkan ponselnya, tidak lama kemudian mimpi sudah menjemputnya.

•••••

Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan bagi Heesoo, akhirnya dia sampai juga di Bandara Incheon. Sudah lama sekali batinnya berseru.

New GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang