“Hun, Apa yang kau lakukan sepagi ini di hari libur?” Mom meneriakiku dari dapur.
“Seseorang yang menyebalkan memaksaku untuk jogging hari ini Mom,” Aku mengenakan kaus kaki dan mulai mengenakan sepatu.
“Ah.. Pria yang kemarin mengantarmu itu ya,” Mom berjalan menghampiriku.
“Ya,” Jawabku malas.
“Dia tampan,”
“Ya.. eh apa?”
“Bukan apa-apa, sana pergi, dia sudah menunggumu,” Mom tersenyum geli.
Aku bangkit dari tempatku dan menghadap Mom.
“Aku berangkat,”
“Hati-hati,”
Baru saja kakiku melangkah keluar pagar saat kulihat Daiki sudah berdiri tidak jauh disampingku. Kali ini dia mengenakan jaket putih yang digulung sampai siku dan celana hijau. Tapi bukan itu yang menarik perhatianku.
“Pfft, oy Daiki, apa yang terjadi padamu?” kulihat ada dedaunan yang tersangkut di atas kepalanya. Tidak banyak memang, tapi cukup untuk membuatnya terlihat konyol.
Dia tidak menanggapi dan menyingkirkan dedaunan di rambutnya dengan sarkas.
“Ahahahaha,” Aku tidak sanggup menahan gelak tawaku melihat Daiki si dingin dan pujaan para gadis di sekolah sedang bertingkah konyol di hadapanku.
“Sudah puas?” Daiki kembali pada mode dinginnya.
“Ya,” Sebenarnya belum.
“Baiklah ayo,” Daiki berjalan terlebih dahulu.
“Oy, kau bahkan belum memberitahuku kita akan kemana,”
“Ikuti saja,”
Kami berjalan keluar dari kompleks rumahku. Ralat, lebih tepatnya kami berlari. Si menyebalkan itu lari meninggalkanku dan aku tidak mungkin tidak ikut berlari karena aku tahu dia tidak akan berhenti dan menungguku kalau aku tertinggal jauh di belakang. Dan sialnya lagi, aku baru sadar kalau perjalanan keluar dari kompleks rumahku benar-benar jauh.
“Oihh.. Dahiiiiki! Buhhkannya kau puhhnya motor ya?” Tanyaku disela-sela nafas yang tersengal-sengal.
“Ya,”
“Laluhh kehnapa khita tidak menahiki itu saja, dahhsar bodoh!”
“Kau yang bodoh, ini program diet pertamamu. Memangnya kau fikir kita akan kemana? Kencan?”
Ke.. kencan?!
“A.. Aku tidak mengatakan itu!” SIAAL, kenapa aku gugup?!“Wajahmu memerah,” Dia terlihat menyunggingkan senyum licik lalu berjalan menghampiriku.
“O..oi, bicara apa kau ini,” Dia tidak menghiraukanku dan berjalan semakin dekat.
“Da..,”
Nyut
Sesaat kemudian aku merasakan pipiku dicubit keras.
“What the..?! Apa yang kau lakukan?!” Aku meringis sambil memegangi pipiku yang kujamin pasti merah membekas.
“Pipimu, besar,” Seolah tidak melakukan apa-apa, dia berbalik dan berjalan di hadapanku. Aku memegangi pipiku yang sakit itu.
Daiki sialan!
Dia berhenti berjalan dan menoleh.
“Apa?” Ujarku sinis. Dia tidak menjawab dan meneruskan kembali jalannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Angel [Aomine Daiki]
FanfictionSebutlah aku si gadis cupu, culun dan tidak tahu malu. Semua orang muak melihatku. Menjauhiku. Tapi ada satu orang, seseorang yang entah sejak kapan masuk ke dalam hidupku dan kehadirannya sangat berarti bagiku. Apa kalian percaya pada malaikat? Aku...