Restart

563 41 25
                                    

"Kedua." Aku berfikir kembali. Meyakinkan diriku untuk menawarkan pilihan yang satu ini. "Biarkan aku selalu berada di sisimu sebagai guardian angelmu." Satu detik, dua detik, tiga detik. Tidak terdengar jawaban darinya. Aku meragukan keputusanku. Memberinya dua pilihan seperti ini sebenarnya membuatku kehilangan harapan untuk kembali ke duniaku sebelumnya. Dalam keadaan seperti sekarang, kemungkinan dia memilih pilihan pertama--yang tidak jauh dari keputusannya tempo hari--adalah 99%, sedangkan pilihan kedua 1%. Dan pilihan kedua lah yang akan memudahkanku menyelesaikan tugasku agar aku bisa kembali sebelum batas waktuku di dunia ini.

Aku berdoa dalam hati. Sebagai jawaban dia sekarang berjalan ke arahku.

Dan dia memelukku.

Kuulangi, dia memelukku. Aku terkejut bukan main. Apa maksudnya ini.. dia memilih pilihan kedua? Apa dia akan membiarkanku disisinya?

"Aku pilih yang kedua." Ujarnya. Aku tidak bisa menahan senyuman yang merekah di wajahku. Ya! Sesuai harapan, dia memilih pilihan kedua, dan itu berarti pintu menuju duniaku yang dulu telah terbuka sedikit.

Tanganku menyentuh puncak kepalanya. Dengan perlahan aku mengelus puncak rambutnya yang terasa lembut itu. "Aku tidak akan menjadi sebaik ini lain kali. Aku membenci sikapmu yang sembarangan dalam memutuskan suatu hal." Marlyn melepaskan pelukannya lalu memandangiku. "Baiklah." Dia tersenyum lebar, sangat lebar.

Aku merasakan sesuatu menggelitiki dadaku, aneh.

"Bisa apa kau tanpaku." Aku berjalan mendahuluinya, keluar dari gym. "Heh bodoh! Banyak hal yang bisa kulakukan tanpamu!" Balasnya.

Ini dia, Marlyn yang biasanya. Yang mengomeliku dan mengataiku 'bodoh'. Entah sejak kapan aku mulai terbiasa dengan ini.

###

Kise memandangi langit-langit kamar Daiki. Setelah membereskan piring-piring bekas sarapan dan membantu ayah Daiki, Kise kembali ke kamar Daiki. Dia ingin meregangkan tubuhnya yang sakit karena tertidur dalam posisi yang tidak wajar. Dia berbaring di atas kasur sambil memandangi langit-langit.

Lagi-lagi wajah gadis itu melintasi fikirannya. Dia sama sekali tidak bisa melupakannya saat melihat Marlyn dan Daiki. Keadaannya memang berbeda, tetapi ikatan antara mereka berdua lah yang sama. Ikatan antara manusia dan guardian angelnya.

Kise menghela nafas. "Yah, setidaknya aku berharap akhir cerita mereka akan berbeda dari kita, ya kan airicchi?" Seulas senyum terlukis di wajahnya setelah menyebut nama gadis itu.

Ceklek

Pintu kamar terbuka. Daiki memasuki kamarnya. "Bagaimana Marlynmu?" Daiki yang mendengar kata 'Marlynmu' langsung berhenti melangkah. "Apa yang kau maksud dengan 'Marlynmu'?" Sebelah alisnya terangkat. "Hey, dia kan gadismu Aominecchi. Jadi tidak salah kan kalau aku menyebutnya begitu." Ujar Kise dengan wajah merayu.

"Aku dan Marlyn tidak sama dengan kau dan Airimu, kami tidak saling mencintai seperti kalian." Kise mengernyitkan dahinya. "Lalu, kenapa kau terlihat sangat cemas kemarin?" Tanya Kise, dia berniat membuat Daiki mengakui perasaannya sendiri. Well, Kise beranggapan kalau Daiki memiliki setidaknya sedikit perasaan pada gadis itu. "Aku hanya cemas. Kalau dia mati, nanti apa yang akan terjadi pada tugasku disini?" Jawab Daiki dingin. Dia berjalan ke arah kamar mandi tanpa menunggu Kise menyanyai hal-hal semacam itu lagi.

Kise mengedikkan sebelah bahunya lalu kembali menatap langit-langit. Sekali lagi dia memikirkan gadis yang benar-benar ia rindukan kehadirannya.

###

Apa yang kulakukan?!

Seperti orang yang bangun tidur karena disiram air, aku baru sadar apa yang satu menit yang lalu aku lakukan. Aku menampar kedua pipiku untuk menghukum diriku yang bodoh ini. Bagaimana bisa aku memeluk Daiki?! Hanya orang yang tidak tahu malu yang akan melakukan hal itu. Dan aku melakukannya satu menit yang lalu. Selamat Marlyn, kaulah orang tidak tahu malu itu.

Blue Angel [Aomine Daiki]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang