Traitor

418 38 4
                                    

Nate?

Aku membeku di tempatku berdiri sekarang. Dadaku terasa sesak.

"Ah, tidak.."

Suara itu. Itu jelas suara Nate.

"Well, apa yang membuatmu memanggilku kemari?"

"Ehm.. begini.. aku ingin bilang kalau aku.."

Aku mengintip sedikit untuk melihat dengan jelas apa yang sedang mereka lakukan. Dan ternyata orang itu memang Nate.

"Ehm.. I think this is very embrassing.. Sebenarnya sudah lama aku.."

Jasmine terlihat malu-malu.

Aku mempunyai firasat buruk tentang apa yang akan dia katakan selanjutnya.

"I.. I love you, Nate"

Crack

Seketika duniaku terasa hitam. Tanganku mengepal dengan keras. Pandanganku mulai terhalang oleh genangan air yang hendak keluar dari kantung mataku. Dadaku sesak.

"Jasmine.. kau tidak pernah mengatakannya padaku.." Aku berbisik, sangat pelan.

Aku masih disana, menyaksikan hal yang seharusnya dari awal tidak aku lihat.

"Begitu ya.." Nate menjawab dengan wajah datar.

"Kalau begitu, pacaran saja denganku" Nate tiba-tiba tersenyum.

Kali ini tenggorokanku terasa tercekat. Genangan air itu tidak ada disana lagi, melainkan sudah menuruni pipiku.

"Baiklah!" Jasmine memeluk Nate.

Jasmine memeluk Nate.

Jasmine

Memeluk

Nate.

Aku berbalik, dan berjalan meninggalkan tempat itu.

Aku tidak bisa menutupi perasaan sakit yang menyeruak jauh di dalam diriku. Aku terus berjalan tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Kakiku melangkah tanpa arah, aku tidak memikirkan mau kemana, atau apa yang harus aku lakukan. Aku hanya terus melangkah dengan pipi yang sudah basah.

Terus berjalan hingga tanpa sadar aku sudah berada di depan pintu gym.

"Heh bodoh, apa yang kau lakukan disini?" Daiki yang sedang berada disana, seperti biasanya, berhenti bermain dan menoleh ke arahku.

"Dai.. Aku.. Jas.." Lidahku kelu. Aku tidak mampu berkata-kata.

Tubuhku ambruk dengan lutut yang menyentuh lantai gym dan tanganku menopang dengan sisa tenaga yang ada. Wajahku tertunduk dan akhirnya aku tidak bisa menahannya lagi.

Aku menangis sejadi-jadinya.

Daiki terlihat panik, lalu berlari ke arahku dengan cepat.

"Hey? Ada apa?" Daiki memegang bahuku dan menegakkan wajahku.

[(A/N) Dai-chan keberatan cuma buat negakin badannya si Marlyn xD]

Aku tidak menjawab dan hanya terus menangis.

Karena bingung harus berbuat apa. Daiki menarik tanganku dan menyuruhku berdiri. Akupun mengikutinya dan kami berjalan ke arah pinggir lapangan.

Kami duduk bersebelahan.

Hanya suara isakan tangis yang terdengar.

"Hey, sudahlah.. Apa seburuk itukah yang terjadi?"

Daiki menyodorkan tisu yang entah dia dapat darimana. Aku mengambilnya dan menyapukannya perlahan.

Blue Angel [Aomine Daiki]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang