Aku merasa aku adalah orang terbodoh di dunia ini. Aku baru saja menghancurkan pertemanan yang mungkin adalah hal terindah terakhir yang tersisa dalam hidupku.
Aku bodoh.
Daiki adalah satu-satunya teman yang kumiliki. Dulu aku hanya punya Jasmine, tapi sekarang dia bahkan tak masuk dalam hitungan orang yang pernah kenal denganku. Jadi akhirnya yang kupunya hanya Daiki, hanya dia. Entah kenapa, aku merasa ada sesuatu yang mengikat antara kami berdua. Entah ikatan macam apa, aku hanya merasa dia mengerti apa yang aku rasakan. Aneh memang, belum sebulan sejak tabrakan di pagi hari yang menjadi awal pertemuan kami, tapi rasanya seperti sudah bertahun-tahun kami saling mengenal. Dia bahkan ada di saat terburuk dalam hidupku.
Kenapa aku memutuskan untuk menjauh darinya? Aku tidak begitu yakin apakah alasan ini dapat diterima olehnya andai dia tahu. Daiki adalah anak yang cukup populer di sekolah, bahkan di hari pertama sekolahnya semua anak sudah sangat menerimanya. Berbeda jauh denganku. Awal sekolah dulu, bahkan tidak ada satu anakpun yang menghampiriku, aku sendiri tidak tahu apa yang salah denganku, alhasil hanya Jasmine-lah yang menemaniku. Keadaan Daiki dan keadaanku benar-benar berbeda. Dia adalah langit dan aku adalah bumi, bukan, aku inti bumi, jauh berada di dalam bumi. Kami benar-benar berbeda. Aku hanya merasa bukan tempatnya untuk berada di sampingku. Aku tersadarkan oleh perkataan gadis aneh pagi tadi. Aku kesal, untuk pertama kalinya aku merasa kesal selain karena disebut ‘jalang’, rasanya aku terbakar saat gadis itu berkata kalau aku tidak pantas bersama Daiki. Lagipula apa salahnya bila aku dekat dengannya? Kami bukan sepasang kekasih yang jelas akan membuat orang muak karena ke-tidak-serasian kami, kami hanya teman. Sebatas itu saja. Tapi itupun sudah membuat orang muak. Aku tidak tahu apa yang akan menimpa Daiki seandainya aku tetap dekat dengannya, aku hanya tidak ingin hal serupa yang selama ini kualami dialami juga oleh Daiki. Ya, dai teman yang berharga, jadi lebih baik baginya untuk tidak berada di dekatku.
“Maaf,” tak terasa buliran air mata menuruni pipiku. Aku memeluk bantalku erat. Rasanya dadaku nyeri. Aku tidak menyesal karena telah memutuskan untuk menjauh darinya, sama sekali tidak, hanya saja aku tidak sanggup membayangkan bayang-bayang diriku kembali dilanda kesepian.
“Tidak, aku pasti bisa, sebelumnyapun aku selalu sendiri? Ya kan? Jadi apa salahnya bila kembali seperti dulu,” ku seka air mataku.
“Ya, aku bisa melewati ini,”
***
“K-kau, kau s-siapa?” Daiki mengamati pria berambut kuning yang sedang duduk di atas kasurnya dari dekat pintu kamarnya. Dia menjaga jarak dengan pria itu.
“Aominecchi, kau tidak mengenaliku?” ujar pria berambut kuning itu
“Kise Ryota, tidak ingat? Kita sering bermain basket bersama,” ucap pria yang ternyata bernama Kise itu.
Daiki mengernyitkan dahinya. Merasa aneh dengan pria yang tiba-tiba berada di kamarnya dan berbicara seolah mereka sudah saling mengenal. Tadinya ia mengira dia hantu atau makhluk semacamnya, tapi mana ada hantu yang mengenalkan namanya, dan lagi, pria di hadapannya ini mengenakan setelan formal seolah dia akan pergi ke pesta atau semacamnya. Kaki Daiki yang gemetar tadipun kembali normal.
“Baiklah, kau tidak mengingatku. Tapi kau pasti ingat tentang apa yang dikatakan Akashicchi,”
Daiki berfikir sejenak. Sekarang dia mengerti untuk apa pria ini ada di kamarnya.
“Jadi kau yang Akashi maksud?” tanyanya.
“Benar sekali,” Kise mengacungkan jempolnya sambil tersenyum lebar. Daiki ragu, tapi sepertinya dia memang mengenal pria ini.
“Dai-chan, kau berbicara dengan siapa?” terdengar suara Ayah Daiki memanggil dari bawah. Suara tapak kakinya terdengar semakin dekat menuju kamarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Angel [Aomine Daiki]
FanfictionSebutlah aku si gadis cupu, culun dan tidak tahu malu. Semua orang muak melihatku. Menjauhiku. Tapi ada satu orang, seseorang yang entah sejak kapan masuk ke dalam hidupku dan kehadirannya sangat berarti bagiku. Apa kalian percaya pada malaikat? Aku...