Peri Baik untuk Nadia

4.1K 84 3
                                    

Ibunya Arini sedang membaca Al Qur'an. Lalu telefon rumah Arini berdering.

"Halo? Iya siapa ini?" Tanya Ibunya Arini.

Ternyata itu adalah pihak rumah sakit dimana tempat Pras dirawat.

Dirumah sakit, Pras belum juga sadarkan diri. Meirose menemani Pras. Keadaan Pras sangat kritis. Meirose tertidur di samping Pras.

"Arini" Ucap Pras lirih, masih belum sadarkan diri.

Meirose yang mendengar pun langsung menunduk dan merasa bersalah dan sedih. 

Tiba-tiba Arini datang, dan berhenti dipintu kamar tempat Pras dirawat. Dia menangis melihat keadaan Pras, "Astagfirullohaladzim....." Ucapnya.

Arini berlari ke tempat tidur Pras, "Mas kenapa jadi seperti ini sih, Mas?" Ucap Arini sambil menangis.

Meirose lalu beranjak pergi dan meninggalkan Arini bersama Pras saja. Meirose menyadari sesuatu, seharusnya memang dia tidak berhak ada disana.

"Arini..." Ucap Pras lagi. Lirih.

"Ini aku Mas, aku disini, kamu harus kuat, kamu harus kuat Mas" Jawab Arini masih dengan menangis.

Meirose pun pulang kerumah, lalu menggendong Akbar.

"Sekarang hanya kita berdua," Ucap Meirose sedih. Lalu mencium Akbar.

Meirose ingat kata-kata Pras, "Dimana pun kita menjalani, yang penting niat kita mendapat berkah, orang yang diberkahi, hatinya akan tenang, karena terang seperti lampu ini".

Meirose melamun, mengingat kenangan-kenangannya bersama Pras, saat Pras menyuruhnya untuk memakai hijab. Dan kini, Meirose mulai belajar memakai hijab itu. Hijab pemberian Pras. Meirose juga ingat saat Pras mengajarinya untuk sholat, mengenalkan agama kepadanya.

"Dia pahlawanku, Ya Allah. Dia yang selamatkan aku. Tapi, dia bukan milikku. Aku memaksanya untuk berbagi. Kalau saja aku mengenal-Mu dari dulu, aku tidak akan membangun kebahagiaan diatas air mata perempuan lain. Mbak Arini, Mas Pras, dan diriku sendiri. Kali ini aku minta Ya Allah, lindungi aku, lindungi Mas Pras, jagalah dia Ya Allah" Ucap Meirose di do'anya.

Pras akhirnya sadar. "Arini....." Ucap Pras.

"Alhamdulillah, Mas...." Ucap Arini.

"Maafin aku.....aku melukai perasaan kamu, aku salah" Lirih Pras.

"Nggak, nggak ada yang salah, dan tidak ada yang perlu untuk dimaafkan, aku ikhlas, aku ikhlas" Ujar Arini seraya tersenyum pada Pras.

Keesokan harinya, Arini datang ke rumah Meirose.

"Mbak Arini?" Ucap Meirose kaget.

"Boleh saya masuk?" Tanya Arini.  Llau Meirose mempersilahkan.

Arini berdiri memandangi foto keluarga Meirose. "Ini orang tuamu?" Tanya Arini.

"Iya, Papaku pergi saat diulang tahunku yang ke 12, dan Mamaku bunuh diri, jadi aku tinggal sendirian, nggak sih, sama Mbok, aku kerja serabutan supaya rumah ini nggak terjual" Ujar Meirose.

"Trus Papa kamu sekarang ada dimana?" Tanya Arini.

"Papaku di Jakarta, sama keluarga barunya, dia lumpuh" Jawab Meirose.

"Oh ya, aku datang kesini karena Mas Pras memintamu datang ke rumah sakit membawa Akbar" ujar Arini.

"Mbak, I don't feel comfortable there, aku seharusnya nggak ada disana Mbak, nggak ada dikehidupan Mbak dan Mas Pras" ucap Meirose.

Arini tersenyum, lalu memegang tangan Meirose. "Semua sudah terjadi Mei, sekarang kita fikirkan bagaimana caranya kita menjalani hidup ke depan, untuk Akbar dan untuk Nadia".

"Ke depan?" Meirose tak mengerti apa yang dimaksud Arini.

"Iya" Jawab Arini.

"Emm....kenapa Mbak melakukan semua ini?" Tanya Meirose.

"Hidup itu pilihan, dan ini adalah pilihanku. Ayo Mei kita berangkat ke rumah sakit dan jangan lupa kamu ajak Akbar, aku tunggu disini yah?" Ucap arini sambil membuka hp-nya.

"Okay.." Meirose masih tak mengerti, apakah Arini sudah benar-benar mau menerima Meirose sebagai istri kedua Mas Pras?

Surga Yang Tak DirindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang