1. Kesedihan Seorang Fangirl

197 4 0
                                    



Sebelum baca, usahakan untuk vote terlebih dulu ya 🌟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum baca, usahakan untuk vote terlebih dulu ya 🌟

Wahai para pembaca yang budiman~

~🖤🖤🖤🖤🖤~


Dzinggg..


Suara desingan mesin pesawat terdengar saling bersahutan di Bandar Udara Internasional Incheon, dimana terlihat seorang perempuan berbalutkan mantel tengah menarik koper miliknya berjalan keluar dari pintu kedatangan seorang diri dengan seulas senyum cerah terpatri di wajah mungilnya.


Kedua langkah kaki perempuan itu terhenti saat sudah berada diluar bangunan Bandar Udara Internasional Incheon, senyuman cerah di wajahnya kini berubah menjadi lebih sumringah saat hembusan angin yang terasa sejuk menerpa tubuh mungilnya.


"Hahh, akhirnya aku bisa menghirup udara yang sama dengan Jun Seo-Oppa!" Ujar Sylvia dengan kedua mata terpejam sambil menghirup dalam-dalam udara sejuk disekitarnya.


Setelah puas menghirup udara sejuk, Sylvia kembali melangkahkan kakinya berjalan menuju mobil SUV berwarna hitam bersamaan dengan seorang pria berwajah oriental keluar dari dalam mobil dan melambaikan tangan kearahnya.


"Ayra-yah!" Sapa pria tersebut membuat Sylvia langsung berlari kecil menghampiri pira itu.


"Sang Min-Oppa! Bagaimana kabar kalian semua? Sudah lama kita tidak bertemu." Pekik Sylvia sambil berhambur kedalam pelukan Sang Min yang merupakan adik ipar dari salah seorang sahabat kakak sepupunya.


"Kami baik-baik saja, bagaimana dengan mu? Aku tidak menduga jika kamu akan di perbolehkan untuk menetap disini." Canda Sang Min setelah dirinya melapaskan pelukan, membuat Sylvia berdecak sebal.


"Hah, kamu tidak tahu saja oppa, betapa sulitnya membujuk ibu dan kakak untuk dapat menginjakan kaki disini. Jika saja aku tidak mengatakan akan tinggal bersama dengan keluarga Oppa, aku pasti sama sekali tidak akan di berikan izin."


Sang Min terkekeh mendengar perkataan Sylvia mengingat saat pertama kali dirinya mendapatkan telepon dari keluarga Sylvia yang memastikan apakah perkataan putri dan adik bungsu mereka benar atau hanya sekedar kebohongan agar diberikan izin untuk pergi seorang diri ke negeri asing.

My Boss Is My BiasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang