Part 4

1.6K 122 2
                                    

Seperti hari biasanya, yang Wei habiskan dengan melukis. Tapi bedanya, hari Wei sedikit berwarna dengan kehadiran Queen dalam hidupnya.

Wei juga menjadikan gadis itu sebagai modelnya, bibir pria itu tak pernah bisa menahan senyumnya. Membuat wajah tampan Wei bertambah berkali-kali lipat dari yang biasa Queen lihat.

Tatapan matanya selalu lekat dan dalam, antara fokus melukis dan sengaja menatap Queen lama.

Bibir Wei menyeringai puas saat melihat karya nya yang sudah jadi.
Karya yang sangat sempurna jika dinilai dari sebuah lukisan cantik.

Lukisan Wei terlihat seperti benar-benar hidup.

Lukisan Wei terlihat seperti benar-benar hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lihat? Bukankah Queen sangat cantik?

Wei berdecak mengagumi keindahan lukisan nya sendiri, bukan hanya lukisan. Tapi Wei juga memuji kecantikan gadis yang ada didepannya ini.

"Kau boleh istirahat Queen." Gumam Wei tanpa mengalihkan pandangan dari lukisannya.

Queen tak banyak bicara, ia menuruti perintah dari tuannya.

Sambil istirahat, Queen sibuk memperhatikan Wei. Apa pria tersebut tidak memiliki pekerjaan lain selain melukis?
Bukankah Wei cukup kaya untuk ukuran seorang pelukis?

Queen ingat, dirinya memang keturunan Iblis dengan darah bangsawan yang mengalir di dalam tubuhnya, tapi ketika Queen hidup kembali dengan darah milik Wei. Queen sedikit memiliki ingatan pria itu.
Hingga Queen tak kesulitan untuk mengikuti cara hidup di dunia manusia normal.

Tiba-tiba saja Wei mengangkat telepon, wajah tampannya terlihat begitu bersinar. Queen hanya menangkap kata "Pameran Lukisan." Yang membuat wajah tuannya dipenuhi binar senang.

Setelah Wei selesai menelpon, kepala pria itu menoleh dan menatap kearahnya. Dahi Queen berkerut tak mengerti.

"Queen, kau harus menemani ku ke pameran." Katanya dengan nada tegas.

Baru saja Queen akan melayangkan protes, Wei kembali berujar dengan nada rendah dan berbahaya.
"Tidak ada penolakan!"

Queen hanya menatap datar, ia mendengus. Menjadi pelayan Wei itu memerlukan kesabaran yang tinggi.
"Baik tuan." Ujar Queen sambil menundukkan kepalanya.

Wei yang tak suka dengan panggilan Queen terhadapnya segera menghampiri Queen dan menjepit dagu gadis itu. Membuat Queen membalas tatapan matanya.
"Sudah kubilang berapa kali, jangan pernah memanggil ku tuan." Bisiknya dengan nada yang lebih rendah dari yang biasa.

Queen melihat mata itu berkilat tajam, ia meringis merasakan sakit didagunya.

"Panggil namaku, Wei. Cukup Wei. Tanpa embel-embel tuan. Mengerti?" Ujar Wei dengan nada memaksa.

"S-saya mengerti, Wei." Balas Queen dengan nada lirih.

Wei tersenyum puas mendengar balasan patuh dari Queen.
"Bagus, seterusnya kau harus mengingat itu. Aku tak suka dibantah!"

Queen menunduk semakin dalam saat Wei sudah melepaskan jepitan didagunya. Sungguh, Queen merasa tidak nyaman diperlakukan seperti itu.
Di dunianya, Queen sangat dihormati sebagai putri dari ketua klan Iblis.

Tapi disini, ia seperti tak lebih dari sampah dimata Wei.

.
.

Tak terasa, hari pun berganti malam.
Queen sudah siap dengan dress selutut berwarna putih gading, ia juga memakai sepatu hak tinggi.
Rambutnya ditata rapih, namun simple.

Queen keluar dari kamarnya, ia menghampiri Wei yang sudah menunggu di ruang tamu.

Wei semakin tampan, saat memakai kemeja serta jas hitam.
Pria itu tersenyum manis, namun seakan tersimpan makna dalam seperti. "Jangan sampai kau mempermalukan aku disana."

Atau bisa juga, "Ingat panggil namaku."

Begitulah kira-kira isi kepala Queen, bahkan gadis itu tidak sadar jika sekarang dirinya tengah digandeng oleh Wei menuju mobilnya.
"Jangan melamun." Ujar Wei setelah membuka pintu mobil.

Queen langsung tersentak, ia mengerucut kan bibirnya. Kesal.

Perjalanan mereka diisi dengan keheningan malam, Wei sendiri tak berniat membuka percakapan.
Ia hanya memikirkan soal pameran lukisan tersebut.

Jika lukisan nya berhasil dilelang dengan harga yang tinggi, ia pasti akan mendapatkan uang banyak. Dirinya pun akan semakin terkenal, Wei yakin tak ada yang bisa menandingi kemampuannya dalam melukis.

Tak berapa lama, mereka sampai di gedung pameran yang tengah berlangsung. Wei juga melihat beberapa wartawan ada disana. Berarti ini bukan pameran biasa, Wei dengan tenang menggandeng tangan Queen memasuki aula.

Banyak tamu yang diundang termasuk pejabat negara, juga para pengusaha sukses. Wei yakin, diantara mereka juga pasti ada mafia. Tanpa berniat melepas tautan tangannya dengan Queen. Wei berjalan menghampiri Alfi Wang, temannya semasa kuliah.
Namun Alfi dan Wei berbeda fakultas.

Alfi tersenyum tipis, menyambut kedatangan Wei. Namun Alfi menatap Queen bingung, pasalnya Alfi tak pernah melihat gadis itu.
Apalagi Wei baru putus dengan Anastasya dua bulan lalu.

Secepat itukah Wei melupakan Anastasya?

Mereka saling berjabat tangan. Saat Alfi ingin menjabat tangan Queen ia langsung mendapat pelototan tajam dari Wei.
Alfi jadi semakin penasaran dengan gadis yang dibawa oleh sahabatnya.

Wei mengobrol dengan Alfi sepanjang acara. Mereka membicarakan tentang lukisan dan fotografi. Alfi tertarik untuk bekerja sama dengan Wei.

Queen memeluk lengan Wei sepanjang acara, ia risih saat para pria menatapnya dengan tatapan kotor juga menjijikan.

"Untung saja tuan tak pernah menatap ku begitu." Batin Queen lega.

Kini acara puncaknya, lukisan Wei dilelang.
Banyak yang menginginkan lukisan tersebut.

Wei menunggu hingga harga teratas, ia tak mau lukisannya dijual murah. Itu tak sebanding dengan karyanya, mata Wei melirik Anastasya yang juga menghadiri acara tersebut.

Tapi dengan cepat Wei mengalihkan perhatian nya pada Queen. Gadis itu terlihat mengantuk.
Wei melepas pelukan dilengannya, lalu Wei memeluk pinggang Queen dan menyandarkan kepala gadis itu di dada bidangnya.
"Tidurlah.." bisik Wei lembut.

"200 juta!" Teriak seseorang membuat pandangan Wei beralih menatap sosoknya.

Semua orang terdiam mendengar penawar tersebut. Tak ada yang menyela. Dan seperti yang Wei inginkan, lukisannya terjual mahal.

Wei pun memutuskan untuk pergi, acara memang belum selesai tapi karena lukisan juga Queen yang tertidur pulas mbuat Wei  mau tak  mau harus pulang.

"Queen pasti kelelahan." Wei membatin.

Sepasang mata memperhatikan tingkah Wei.

"Wei, kau bahkan tidak pernah bersikap lembut seperti itu padaku." Batinnya sendu.


Next....?

27 Jan 2019

The Devil In The Painting [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang