Part 9

1K 61 2
                                    

Malam ini entah kenapa terasa lebih mencekam bagi Queen. Sedari tadi ia tidak bisa memejamkan matanya.
Queen masih teringat jelas suara ayahnya yang memanggil namanya berkali-kali.

Saat perasaan Queen semakin gelisah, gadis itu segera beranjak bangun dari tempat tidur. Ia mengambil bajunya lalu berganti.

Dahi Queen berkerut samar ketika dirinya mengingat sedikit tentang bentuk segel yang bisa membawanya kembali ke dunianya. Dan setelah Queen memantapkan hati, ia  membentuk segel tersebut dan mengucapkan beberapa mantra.  Setelahnya tubuh Queen disinari oleh cahaya kebiruan, sedetik kemudian. Sosok Queen tak lagi berada di dalam kamarnya.

Krak!

Queen mengatur nafasnya yang memburu. Matanya menatap ke sekitar, suara teriakan dan dentingan pedang membuat malam yang kelam semakin mencekam.

"Queen.."

Lagi, suara ayahnya berdegung ditelinga. Queen berjalan diantara para pasukan khusus yang sibuk berperang.

Queen juga dengan susah payah menghindari serangan dari mereka.

Tangan Queen terulur mengambil pedang yang tergeletak di dekatnya. Mata hitamnya menyapu seluruh sudut. Mencari sosok ayahnya!

"Ayah!" Teriaknya Frustasi.

Langkah kaki Queen terhenti, matanya terpaku menatap Xia Yuan Mo yang terbaring lemah di tanah! Pria itu sekarat! Tubuh pria itu penuh luka dan bersimbah darah. Queen bisa melihat ayahnya muntah darah berkali-kali.

Gadis itu menahan nafas, rahangnya mengeras. "Ayah!" Teriaknya sambil merengkuh tubuh sang ayah.
"Bertahanlah ayah, aku mohon!" Queen terisak pelan.

Senyuman pedih Xia Yuan Mo berikan pada sang putri. Pria itu masih saja terbatuk darah.
Queen mencoba menghentikan pendarahan tersebut. Meski itu mustahil, mengingat luka di tubuh ayahnya sangat banyak!
Kondisinya terlihat makin parah, wajah tampan itu lebih pucat dibandingkan dengan saat Queen baru menghampiri nya tadi.

"Ayah kumohon bertahanlah." Isak Queen pilu.

Kepala Xia Yuan Mo menggeleng, bibir pria itu bergerak. Namun tak mampu lagi untuk mengeluarkan suaranya.
Queen semakin terisak.

Andai saja, kekuatannya kembali. Seperti dulu. Sebelum ia kembali di hidupkan oleh Wei Xiang. Ia takkan selemah ini.
Bukannya Queen tidak mensyukuri. Tapi Queen membenci dirinya karena tidak bisa diandalkan bahkan disaat genting seperti ini.

Tangisan Queen semakin menjadi ketika ayahnya benar-benar pergi meninggalkannya.
"Ayah!!"

"Ayah bangun ayah!" teriaknya frustasi.

Malam itu.. Queen habiskan dengan menangis. Tangisan pilu yang menyayat hati siapapun yang mendengarnya.

*

Disisi lain.. Wei menyeruput kopinya pelan setelah sedari tadi ia diamkan. Pria itu menatap datar pada Alfi Wang yang kini datang bertamu kerumahnya.

Sungguh, Alfi bertamu disaat yang tidak tepat.

Alfi tersenyum miris. "Sepertinya aku datang disaat yang tidak tepat." ujarnya canggung.

Wei mendengus pelan mendengarnya. "Tidak juga." sanggahnya pelan.

Alfi menoleh sebentar kearah Wei sebelum tatapan pria itu jatuh ke dinding. Dimana lukisan Queen terpajang apik disana.
"Itu Queen?" tanyanya stengah bergumam sendiri.

Wei menjawabnya dengan satu anggukan.

Alfi mengerjap. Dirinya baru sadar. Banyak lukisan Wei yang mirip seperti sosok yang kini tengah ditatap olehnya. Meski dalam bentuk lukisan.
"Kemana gadis itu?" batin Alfi penasaran saat tak melihat Queen disekitar Wei atapun didalam rumah sahabatnya.
Alfi Wang kembali menatap Wei. "Oh ya, dimana Queen? Aku tak melihatnya dari tadi." tanya Alfi akhirnya.

Wei setengah terkejut mendengar pertanyaan sahabatnya. Pria itu mengusap wajahnya kasar.
"benar, dari pagi aku belum menemukannya dimanapun." batin Wei cemas.

"Wei.." panggil Alfi berusaha menyadarkan lamunan Wei Xiang.

"Hm?"

"Aku nanya, malah ngelamun lagi."gerutu pria itu.

Wei meringis. Ia mengusap tengkuknya canggung.

*

Kediaman Xia masih diselimuti duka yang mendalam. Akibat kematian Xia Yuan Mo, namun tak menyurutkan keinginan para tetua yang menginginkan penerus dari keluarga Xia. Karena Xia Yuan Mo hanya memiliki satu keturunan.
Alhasil, disinilah
Queen duduk dengan tegak ditempat yang biasa ia duduki. Gadis itu bahkan belum sempat berganti baju setelah acara pemakanan sang ayah.

"Berhubung keturunan Tuan Xia Yuan Mo hanya satu, yaitu anda Nona Xia Queen." tetua itu terdiam, menarik nafas sejenak.
"Maka kami memutuskan, agar anda memimpin keluarga ini untuk kedepannya."

Mata Queen menyorot tajam pada pria paruh baya tersebut. Tidak tahukah mereka bahwa sekarang ia tengah berduka?!

Sebelum Queen memarahinya, pria paruh baya tersebut segera mengangkat suaranya kembali.
"Saya mohon agar Nona Xia memikirkannya dengan matang."

Gadis itu mengerjapkan mata, mengatur nafasnya yang sesikit memburu karena emosinya tiba-tiba naik.
"Baik." ucap Queen sambil tersenyum sinis. Mata gadis itu berkilat tajam. "Tapi aku mengajukan satu syarat."

Para tetua saling melirik satu sama lain. Adapula yang tak setuju dengan permintaan Queen tadi.
Saat Shi Liouyra ingin mengatakan tidak setuju dengan ajuan Queen. Li Shang  menahannya.

"Baik nona.." Li Shang memberanikan diri untuk bertanya. "Apa syaratnya?"

Queen menarik sudut bibirnya membentuk seringaian kecil.
"Jika aku memenangkan perang ini. Kalian harus menyetujui Syarat utamaku. Apapun itu."

Shi Liouyra memekik. "Tidak bisa begitu!"

Li Shang kembali menahan wanita itu. "Baik nona, saya dan tetua lainnya setuju." ujarnya pelan. Shi Liouyra mendelik tajam padanya.

Queen meninggalkan ruang rapat tersebut. Ia tidak bisa tinggal lama-lama disana. Bayangan sang ayah masih terus terlihat olehnya.

"Kenapa kau menyetujuinya begitu saja!? " Shi Liouyra menatap kesal pada rekannya.

Li Shang tersenyum sinis. "Itu hanya persetujuan, agar gadis itu mengikuti apa yang kita mau."

Sebelah alis Shi Liouyra terangkat tak mengerti.

Li Shang mendecak kasar. "Kau pikir apa dia bisa menang di pertempuran ini?" mata Li Shang menghujam tajam. "Apalagi dengan kekuatannya saat ini. Dia hanya akan mengantarkan nyawanya pada pemberontak." jelasnya.

para tetua disana mengangguk menyetujui ucapan Li Shang.



next..

26june2019

The Devil In The Painting [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang