Part 6

1.4K 91 1
                                    

Queen membaringkan tubuhnya di atas rumput. Kejadian semalam masih teringat jelas di benaknya. Bagaimana Ley Guan Fu menyentuh dan memeluk nya.
Tanpa sadar Queen menggosok tubuhnya kasar. Ia jijik disentuh oleh Ley.

Mengingat pria itu pernah memeluk sepupunya juga.

Queen mengutuk atas adanya Iblis seperti Ley.

"Aku baru tau kau suka tidur disini." Celetuk Wei tiba-tiba. Pria itu duduk disebelah kiri Queen. Mengangkat kepala Queen dan menaruhnya di atas paha.
Wei tersenyum, mengusap lembut pipi Queen yang putih dan halus seperti salju.

Pipi Queen merona melihat perhatian sang tuan.
Terbuai dengan sentuhan dari Wei, tanpa sadar Queen menutup mata.

Wei belum beranjak, ia masih betah menatap lama wajah Queen. Kejadian semalam membuatnya takut akan kehilangan.
"Queen, aku harap kau tak lari dariku." Wei membatin.

Matanya mendongak, menatap awan yang bergerak menampilkan langit biru yang cerah.
"Queen.." panggilnya lirih.

"Hm?"

"Sebenarnya, kemarin malam kau kemana?" Tanya Wei. Dahi pria itu berkerut, ia merengkuh tubuh Queen. Memeluk erat Queen kedalam pelukannya.

Queen membuka mata, membalas pelukan Wei. "Saya kembali ke tempat asal saya." Jawabnya sedikit ragu.

Wei menatap lekat mata hitam legam yang hampir sama dengan miliknya. "Kenapa kau melakukannya? Buka-"

"Itu bukan seperti yang tuan pikirkan, saya pun tidak tau kenapa saya bisa kembali ke sana." Potong Queen cepat.

Wei mengernyit tak suka, ia membungkam mulut Queen dengan ciumannya.

"Sudah aku ingatkan, jangan panggil aku tuan, Queen." Ujarnya setelah melepas ciumannya.

Nafas Queen tersengal, ia meremas sedikit baju yang Wei kenakan. Menyembunyikan wajahnya yang memerah di dada bidang Wei.
"Maaf.." cicitnya takut.

Wei tersenyum miring, mengusap pelan rambut coklat Queen. Entah kenapa, ia tidak ingin berpisah dari gadis yang ada dalam pelukannya ini. Ia ingin sekali menjaganya, memeluknya dan.... Mencintainya.

Wei terkesikap, ia mencintai Queen? Benarkah?

"Wei.." panggil Queen takut-takut.

"Hm.. ada apa?" Balasnya sambil menatap lembut.

Bibir Queen bergetar, matanya tak fokus saat menatap Wei.

Menyadari Queen ragu, Wei tersenyum. Meyakinkan Queen kalau dirinya tak apa apa jika Queen mengatakan keinginannya.

"B-bolehkah saya menemui ayah disana?" Tanya Queen dengan nada lirih. Tersirat kesedihan didalam nadanya.

Wei terdiam sejenak, dahi Wei tampak berkerut. Mungkin ia sedang berpikir.

Queen berniat melepaskan diri dari pelukan Wei. Tapi ia tak bisa, pelukan Wei terlalu erat baginya.

"Boleh saja, asal kau ingat. Kau harus kembali. Aku menunggu mu disini." Ujar Wei akhirnya.

Queen mengangguk dengan antusias dan senyum lebar. Tak sadar perbuatannya membuat sudut hati kecil Wei terluka.

"Wei tenang saja, saya akan kembali ke sisi anda." Ujarnya pasti.

Wei kembali mencium bibir Queen, "Berhenti bersikap formal padaku Queen." Ujarnya kesal.
Jujur saja, Wei tak suka Queen bersikap formal padanya. Karena Wei tak suka Queen mengganggapnya orang asing. 

Melupakan kekesalannya, Wei bertanya kapan Queen akan kembali ke tempatnya.

"Nanti malam, aku akan kesana." Jawabnya sedikit tersenyum.

The Devil In The Painting [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang