1 tahun kemudian.....
.
Bisingnya dunia luar tak membuat konsentrasi pria berparas tampan itu pecah. Tangannya masih dengan lincah menari dan berkutat diatas kanvas.
Pria itu tak pernah berhenti menggerakkan tangannya, berdansa dengan kuas adalah pekerjaan sekaligus hobby menurutnya.
Tatapan pria itu semakin menajam, kala melihat sebuah objek untuk lukisannya.Dan.. sayangnya.. baru saja satu detik yang lalu Wei Xiang, pria itu mengalihkan tatapannya.
Ketika melihat sang objek kembali, tiba-tiba Wei kehilangan kelinci yang menjadi model lukisannya kali ini.
Wei beranjak dari duduknya, mata pria itu berpendar mencari sosok kelinci putih mungilnya.Wei akui, ia memilih tempat yang salah. Namun, pria itu hanya ingin melupakan bayangan gadisnya sejenak.
Disini memang ramai, Wei tahu itu. Banyak pengunjung yang berdatangan silih berganti. Wajar bila kelincinya pergi dan mungkin juga tak nyaman akan keramaian.
Keramaian.
Alasan Wei Xiang memilih tempat ini juga karena ramai. Entah sejak kapan, bayangan gadisnya selalu menghantui Wei kala pria itu tengah sendiri. Ataupun di tempat yang sepi.
Pria itu mengacak rambutnya kasar. Kalut karena tak bisa menemukan inspirasinya lagi. Wei menutup kembali kanvas serta membereskan peralatan melukisnya.
Diluar dugaan, sepasang sepatu menghentikan kegiatan berkemas Wei Xiang. Tatapan pria itu perlahan naik keatas. Melihat siapakah pemilik sepasang sepatu snakers tersebut.Setelah melihat siapa pemilik sepatu tersebut. Wei bersumpah, ia sangat menyesal karena...
"J-jangan menatapku seperti itu Wei!" Hardik gadis itu kesal.
Telah melihatnya..
Wei memilih bungkam dan kembali pada kegiatan berkemasnya.
"Wei! Jangan mengabaikanku!" Teriak gadis itu lagi.
Wei mendecak malas, pria itu menatap mantan kekasihnya sinis. "Kau bilang, aku tidak boleh menatapmu." Pria itu mengendikkan bahu. "Aku hanya menuruti kata-katamu."
Balasan Wei membuat Anastasya mengepalkan tangannya.
"Tapi kau tak bisa mengabaikanku juga!"Wei mendelik sinis.
"Memangnya kau siapa huh?"Kau siapa?
Kata-kata itu membuat mata Anastasya terasa panas.
"Aku tau, aku memang jahat." Kepala gadis itu tertunduk. Mungkin saja menyesali perbuatannya di masa lalu.
"Tapi aku mohon padamu. Datanglah ke pernikahanku, sebagai teman." Tangan Anastasya terulur, menyerahkan sebuah undangan.Alis Wei terangkat sebelah ketika menerima undangan tersebut. Nama Anastasya juga Joshua tertera disana.
Wei pikir, pasangan gila ini tidak akan melangsungkan hubungan yang lebih serius. Hanya main-main belaka. Terutama, mempermainkan dirinya."Aku tidak bisa berjanji." Kata Wei dengan aksen datarnya.
Anastasya tersenyum miris, sebelum gadis itu pamit undur diri dan meninggalkan Wei.
-
Suasana kelas yang ramai, membuat gadis itu tak nyaman. Guru pembimbing hari ini tak masuk kelas. Dikarena kan tengah mempersiapkan pernikahannya. Jujur saja, Queen malah senang ketika pria hidung belang tersebut tidak masuk. Ia tak menyukai Pak Joshua yang menurutnya aneh.
Gadis itu mengedik bahu, sebelum tangannya mengambil tas dan bersiap keluar kelas.
Senyum merekah dibibirnya, langkah gadis itu penuh hati-hati.
Takut ia ketahuan saat melewati pos penjaga sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil In The Painting [Completed]
RomanceWarning! Typo, EYED, Wei Xiang, pelukis ternama diusianya yang masih terbilang muda. Awalnya kehidupannya baik-baik saja, namun suatu hari setelah sang kekasih memutuskan hubungan dengannya. Wei mendadak berubah menjadi dingin dan pendiam, bahkan...