Potsdam, 28 November 2018, 07.33 PM
Kamar Jeffry.
Jeffry baru bangun tidur setelah ketiduran diantara serakan kardus-kardus yang digunting berpola ketika ia mengecek inbox emailnya. Sejam lalu, waktu Jeffry masih tidur, Dominik nge-chat.
Jef, hast du deine Mails gecheckt? Herr Lehnerts Prüfungsergebnis ist bereits herausgekommen. Ich habe Angst, es zu überprüfen. Du gehst zuerst
Jef, lu dah cek email belom? Nilai ujiannya Pak Lehnert udah keluar. Gue takut mau liat. Lu cek duluan gih
Maka bermodal nyawa yang setengah ngumpul dan harap-harap cemas dapat nilai diatas 3, Jeffry mampir ke surelnya. Menemukan email yang dimaksud Dominik dan satu email baru tertanda dua hari yang lalu. Email yang harusnya Jeffry abaikan dulu namun nyatanya justru menyita seluruh atensinya.
Putri merahjambu.
Nama pengirimnya begitu. Suatu nama yang akrab, terlalu akrab dengan Jeffry dan tiap sel memori otaknya. Sebuah user yang bahkan Jeffry ingat diluar kepala ketimbang nomor mahasiswanya sendiri. Seonggok nama yang dulu sangat Jeffry harapkan, biar cuma sekali, akan nangkring di inbox emailnya. Dan setelah hampir 3 tahun, 4 tahun, kayaknya nama itu masih sama familiarnya walaupun sudah tidak eksis di keseharian Jeffry. Membuat Jeffry berdebar tidak jelas ketika membukanya.
Hai Jeffry.
Aku bingung, apa aku harus tanya kabar kamu dulu atau kenalan dulu. Mungkin karena ini akan sangat out of the blue, lebih baik kenalan dulu. Soal kabar, aku yakin kamu pasti baik karena kamu pinter. Jadi pasti ngerti gimana cara jaga kesehatan. Hehe.....
Hmmm aku tau ini telat banget. Sangat telat banget. Tapi, hai aku Rosie. Rosianna yang dulu sering kamu kirimin email. Yang pernah kamu telpon juga ke rumah tapi Mama aku yang angkat. Inget? Semoga kamu inget ya. Soalnya kata kamu, aku satu dari kenangan baik yang akan kamu senyumin. Jadi ya harusnya kamu inget (hmm iya nih aku ga jelas).
Sebenernya tujuan aku kirim email ini, aku mau minta maaf Jef. Maaf untuk semua email kamu yang bahkan hampir nggak kebaca. Maaf juga kalau selama kamu kirim email itu, kamu merasa diabaikan. Suer, aku nggak maksud. Email ini emang cuma second account yang dibikinnya juga nggak sengaja. Jadi emang jarang banget aku buka. So, sincerely sorry Jef. I didn't mean it, really.
Tapi aku juga mau bilang makasih ke kamu. Makasih karena ternyata kamu selalu nganggep aku temen. Bahkan disaat aku nggak kasih respon apapun, kamu tetep bagiin cerita kamu ke aku. Soal sekolah di Jerman, pengalaman-pengalaman kamu, temen-temen kamu, hal-hal bodoh yang kamu lakuin, bahkan pressure yang kamu rasain. Sincerely thank you, kamu bikin aku benar-benar merasa berarti. Dan dari cerita-cerita kamu itu, aku banyak banget belajar. Terutama soal Jerman. Tau nggak, aku jadi triggered gitu pengen kesana. Aku ngebayangin, pasti seru kalau tinggal disana. Kayak ada banyak hal baru yang bisa aku pelajari tiap hari. Deeply thank you Jef, kamu bikin aku punya cita-cita lagi. Walaupun kayaknya kalo umur segini udah gak umum kali ya membangun cita-cita. Yang ada harusnya udah tercapai itu cita-citanya. Tapi nggak apa-apa kali ya. Lebih baik telat kan daripada nggak?
Oiya, kemarin aku dateng ke acara reuni akbar sekolah kita. Aku ketemu banyak banget temen. Bahkan aku juga ketemu Pak Broto, yang kata kamu kumisnya baplang itu loh. Sekarang sih udah nggak kumisan, tapi masih nge-band dong. Masih jago dan songong kalau betot bass. Serius. Sejujurnya sih, sejujur-jujurnya, aku berharap ketemu kamu disana. Kamu ada disana, diantara banyak manusia yang dateng dan at least aku bisa ngenalin kamu dan mungkin, say hi (kalo aku nggak malu). Tapi kata Biel, kamu nggak dateng. Kamu memang susah dihubungi. Kata Biel lagi, mungkin kamu lagi repot sama pacar kamu. Atau mungkin, kamu lagi ribet sama sesuatu di Jerman? I dunno you well. Neither what's your current interest nor your daily. Aku cuma meraba-raba kamu dari cerita kamu 3 tahun yang lalu.
Jadi aku cuma bisa berharap, semoga apapun yang kamu lakukan, kamu selalu baik-baik aja. Semoga kamu selalu jaga kesehatan. Inget buat makan tiga kali sehari dan nggak makan indomie atau sarden mulu. Juga semoga kamu selalu punya teman-teman yang menyenangkan disana. Yang bisa jadi temen nongkrong kamu, yang seru diajakin nonton bola, yang selalu bisa ngide main ke tempat-tempat bagus, yang bisa ngajarin atau bantuin kamu ngerjain tugas. Pokoknya temen yang bisa hibur kamu.
Hmmm Jef ini kayaknya emailnya panjang banget ya? Mungkin kamu bakal capek nih bacanya. Maka dari itu, aku akhiri disini aja. Sekali lagi, makasih banget Jef. Makasih tak terkira untuk semua email kamu. Percaya atau nggak, kamu bikin aku seneng dan merasa jadi manusia yang paling dihargai tiap kali baca email kamu. Semoga kamu selalu dalam lindungan Tuhan. Selalu sehat, bahagia, nggak capek-capek lahir batin lagi, nggak kesepian lagi. Pokoknya be the fullest Jeffry.
Sincerely,
Rosie
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerely, Jeffry ✓
Fanfictionbilangin dari jeffry, yang kapan-kapan pingin bertamu - jaerose au