3.2

3.1K 275 13
                                    

Sayang
Yaaang
Pesan ga diread telfon juga ga diangkat huhu T_T
Oy oy oy oy!
Taiga!
Faiya!
Saiba!
Faiba!
Daiba!
Baiba!
Jya, jya!
Sayang, kamu dimana?

Tak ada respon Gracia membuat Shani mengacak rambutnya frustasi.

Ia terus menelepon Gracia sambil berjalan mondar-mandir dengan cemas sambil menggigit ujung ibu jarinya.

***

Gracia telah selesai memasak, ia kembali ke kamar dan memeriksa handphonenya.

Gracia membulatkan matanya, puluhan pesan dan panggilan dari Shani.

Ia terkekeh membaca pesan Shani, lalu hendak menghubungi Shani namun sudah didahului oleh kekasihnya tersebut.

Gracia tak langsung mengangkatnya, sengaja sedikit lama.

"Kenapa baru diangkat? Kamu ga tau aku khawatir?" Shani sedikit gusar bercampur cemas.

"Ga usah teriak gitu, sakit telinga aku nih" Gracia menjawabnya lembut. Terdengar Shani menghela napasnya halus.

"iya, maaf. Aku khawatir" suara Shani ikut melembut.

"khawatir kenapa?"

"kamu ga angkat telepon, pesan juga ga dibaca-baca" rengek Shani dengan manja.
Suara lembut Gracia yang menurutnya sangat menenangkan membuat Shani tak ingin membahas kegusarannya.

Gracia tersenyum, hatinya menghangat., "maaf, aku abis beres-beres. Lagian isi pesannya apa banget, dasar wota mesum! Haha"

"enak aja!" Shani terkekeh, "nanti makan malam di luar, yuk?" ajak Shani, Gracia hening.

"jadi, kamu pulangnya malam lagi?" Gracia tertunduk lesu.

"iya, nanti aku pulang kita langsung keluar"

"liat nanti aja ya"

***

Matahari sudah hampir terbenam, Shani keluar ruangannya menuju parkiran.

Ia melajukan motor vespa Piaggio putih kesayangannya ke suatu tempat.

Sesampainya, Shani perlahan membuka pintu dan mengedarkan pandangannya mencari seseorang, perempuan.

Shani mendapati lalu menghampirinya. Perempuan tersebut memandangnya sedikit terkejut.

***

Yuvia tak lepas memandangi sesorang yang baru memasuki pintu cafe, ia duduk dibagian pojok dengan segelas minuman.

Yuvia tersenyum simpul memandang seseorang tersebut menghampirinya.

"sudah nyantainya?" tanya seseorang itu. Yuvia menggeleng pelan.

"bentar lagi ya, sini duduk, Ji" Yuvia menepuk-nepuk kursi di sampingnya.

"Ji, Ji! Zee, mbak!" gerutu Zee sambil menuruti Yuvia, ia duduk di sampingnya.

"jangan lama-lama, disuruh cepet pulang sama kak Jinan" tambahnya serius.

"kamu kaku banget sih. Kenapa diburu-buru sih. Kan aku ga sendirian, ada kamu, Jinan juga kenapa nyebelin sih" Yuvia mendumal, membuat Zee menahan senyum dan malah menggelengkan kepalanya.

Jinan adalah manager Yuvia, sedangkan Zee merupakan sahabat merangkap sebagai asistennya juga.

Meski senyumnya mengembang, Zee melihat sekilas sorot mata Yuvia ada rasa kecewa. Entah karena apa.

***

"kamu!" kaget Gracia saat Shani membuka pintu dan menghampirinya dengan nyengir kuda.
"katanya pulang malam?" Gracia mengalihkan pandangannya acuh.

"ketus amat? Ga suka aku pulang cepet padahal tadi bilangnya mau pulang malam?" Shani membuntuti Gracia yang membuka kulkas.

Gracia membalik badan membuat Shani hampir menubruknya, Gracia memandang Shani dengan datar, "aku nanya, kamu malah balik tanya!"

"aku selsain kerjaan lebih cepet, jadi pulang juga bisa cepet" jelasnya.

Gracia menuangkan segelas air, Shani masih mengikutinya.

"terus kata kamu mau makan malam diluar? Jadi?" tanya Gracia masih dengan jutek sambil memberikan cangkir tersebut pada Shani.

Shani menenggak habis airnya, "ngga lah, udah dimasakin istri masa mau makan di luar?" ia memeluk Gracia dari belakang, menyembunyikan kepalanya diceruk leher Gracia dan menghirupnya dalam-dalam.

Gracia berbalik, menatap Shani tajam, "kata siapa aku masak?"

"oh, ga masak? Yaudah berarti kita jadi makan di luar ya" Shani berkata acuh dengan tangannya masih merangkul pinggang Gracia, wajahnya sangat meyebalkan, batin Gracia kesal.

"terserah" Gracia hendak melepaskan tangan Shani namun Shani malah menariknya lebih dalam.

"ngambek mulu sih," Shani mengecup-ngecup pipi Gracia yang lalu menundukkan kepalanya.

Shani mengelus pelan kepala Gracia.

"kenapa selesain kerjannya buru-buru? Hmmm, maksudnya, kok kamu berubah pikiran buat ga jadi makan di luar?" tanya Gracia masih menunduk, sudah tak ada nada jutek disana.

"biasanya nih ya kalau aku ajak, kamu bakal jawab antara setuju atau ngga. Tapi tadi aku ajak makan di luar mau atau ngga? Eh kamu malah balik nanya. Itu berarti kamu antara ga setuju dan ga enak nolak. Jadi, aku pikir 'jangan-jangan istriku udah masak'. Naaah, makanya aku cepet pulang" Shani menjelaskannya dengan wajah dan nada yang menggemaskan membuat Gracia terkekeh.

Shani menangkup wajah Gracia hingga mereka bertatapan.

Cup~

Mereka berciuman, dalam, seperti sedang melepas rindu setelah sekian lama berpisah.

Perasaan tersebut selalu mereka rasakan meskipun sebenarnya tak pernah berjauhan. Dan mereka mensyukuri itu.

'seperti selalu jatuh cinta lagi dan lagi'

Gracia melepaskan ciumannya terlebih dahulu karena kehabisan napas.

Ia memandang Shani yang matanya meredup karena mulai terbawa suasana, "mandi dulu sana" Gracia meninggalkannya.

Shani menggosok-gosok wajah dengan tangannya sendiri untuk menyadarkan dirinya.

"mandi bareng, yuk, yang" Shani sedikit berteriak.

"GA!" cepat-cepat Gracia menjawab, wajahnya memerah, jantungnya berdetak cepat, ia merasa malu sendiri dengan kelakuan Shani yang selalu menggodanya dengan tanpa dosa.

"cih! Lain kali harus mau!" Shani langsung beranjak mandi, sedangkan Gracia pura-pura acuh dan memutuskan menyiapkan makan malam untuk mereka.


Bagaimana, Jika Aku Tanpamu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang