4.

2.9K 257 11
                                    

Sore ini Shani dan Gracia mulai menempati apartement yang beberapa hari sebelumnya telah disewa dan dibayar oleh Shani.

Barang-barang mereka sebelumnya sudah dipindahkan terlebih dulu.


Apartementnya memang masih dekat dengan kampus, tapi, Shani merasa bahwa mereka akan lebih nyaman tinggal di tempat yang bukan asrama mereka sebelumnya.

Shani ingin mengajak Gracia pergi kencan, dinner romantis, atau sekedar jalan-jalan ke taman hiburan malam tanpa harus merasa was-was dikejar batas waktu.


“duuuh, capeknya” Shani merebahkan tubuhnya dikasur.


“mandi dulu sana, baru tidur” kata Gracia yang masih membereskan pakaian mereka ke dalam lemari.


“nanti ah, nungguin kamu” tolak Shani.


“aku masih agak lama, dari pada kamu nungguin aku mandi duluan, makin lama, mending kamu dulu aja” Gracia menghampiri Shani dan menduduki Shani yang tidur menelungkup tepat di atas pinggangnya.

Shani menengadahkan kepalanya untuk melihat wajah Gracia.


“maksud aku mau nungguin kamu tuh, biar kita mandi bareng. Hehe” goda Shani membuat Gracia mendorong kepalanya.

Shani berteriak, teriakannya teredam karena kepalanya beradu tenggelam dengan bantal.


Gracia bangkit sambil menahan tawanya, “dasar mesum!” ia kembali lagi merapikan pakaian dan barang-barang kecil lain, seperti make upnya.


“sayang, ayolaaah” ajak Shani dengan nada manja.


“GA!”


Shani bangkit lalu menghampiri Gracia. Ia memeluk Gracia dari belakang, salah satu posisi favoritnya.


Gracia masih tetap membereskan make upnya, menyusunnya menjadi rapih dikaca rias dengan Shani yang menempel seperti ‘anak mony*t’, begitulah Gracia pernah mengatainya dalam hati saat Shani memanjat pohon asrama saat itu.


“sana ih, mandi. Ga selesai-selesai aku beresinnya kalo kamu tempelin terus” gerutu Gracia sambil menahan gemasnya.


“tempelin? Emangnya aku hantu? hiiih” dengus Shani mengeratkan pelukannya.


“bukan hantu, tapi ...” kalimatnya menggantung.


“tapi apa?” Shani penasaran, tapi Gracia sengaja diam. “tapi apa?!” Shani sedikit menyentak tanpa kasar. “aku kelitikin nih!” ancamnya.


“tapi kaya anak mony*t!” Gracia tertawa melihat wajah Shani dari cermin yang tertekuk, lalu entah mengapa ia malah ikut tertawa.


“tuh kan, aku susah ber-“


Mmmh...


Gracia menahan geramannya karena Shani sedang mencumbu leher gadis itu. Kemudian ia membalikkan tubuh Gracia menghadapnya, menatapnya dalam.


“ayo~” pinta Shani seperti anak kecil membuat Gracia mencubit sayang pipi kekasihnya tersebut.


Gracia mengecup singkat bibir Shani, “bentar lagi beres, kalo udah kita langsung mandi. Makanya, lepasin dulu” sekarang Gracia benar-benar seperti sedang memberi pengertian pada anak kecil.


“ga mau...” Shani masih saja menggelayutinya. ‘manjanya lagi kumat nih. Ga apa-apa deh, dari pada dinginnya yang kumat’ batin Gracia lalu menghela napas, Shani menyadarinya.


“iya deh aku lepas, tapi beneran ya, mandi bareng” ternyata Shani masih memeluknya dan senyum mesumnya.


“iya mandi bareng. Manja!” Gracia menarik pelan hidung Shani yang memejamkan mata dan memanyunkan bibirnya.


Cup
Cup
Cup


Gracia mengecup banyak sekali bibir Shani, membuat keduanya tersenyum dengan hati yang menghangat.
Selalu seperti itu.













Duh, dari kemarin ceritanya so sweet mulu.
Sampe rasanya overdosis karena gesrekin mereka. Ah!

Konflik siaga akhirnya belum muncul. Atau jangan-jangan malah ga ada?!

Bukan ga ada, tapi belum.
Biar manis-manis dulu, biar pas konflik dateng, sakit giginya juga parah. Huehehe ashiap!!!

Terimakasih untuk yg masih setia berngantuk ria membaca cerita ini 🖤


Bagaimana, Jika Aku Tanpamu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang