6.1

2.8K 232 11
                                    

Shani dan Gracia sedang berjalan-jalan di mall. 'ngedate dong!' batin Shani.

Mereka baru selesai nonton, dan sekarang sedang mencari tempat untuk makan malam.

Setelah memesan, mereka menggunakan waktu menunggu makanannya untuk berbincang ringan, berbincang apa pun yang sesekali membuat mereka tertawa.

Setelah beberapa saat, pesanan mereka datang.
Shani dan Gracia langsung menyantapnya dengan semangat karena memang sudah merasa lapar sedari tadi.

Gre!!!

Gracia mendongak, ia seperti mendengar ada yang memanggil namanya.

Gracia mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

Gadis itu terlihat mengerutkan wajahnya sambil melihat ke arah pintu masuk yang membuat Shani juga ikut menatap ke arah tersebut.

Dari kajuahan, terlihat seorang perempuan, berpenampilan santai cenderung tomboy, melambai ke arah mereka.
Ah! Lebih tepatnya ke arah Gracia yang juga sedang membalas lambaian pada orang tersebut.

'ugh!' muncul rasa khawatir dihati Shani.

“hai Gre, apa kabar?” Gracia menunda makannya, dan menyambut tangan orang tersebut untuk bersalaman. Tak luput juga mereka saling tersenyum.

Shani hanya menatap datar keduanya, ia merasa Gracia seolah lupa akan kehadirannya, membuatnya jengkel.

Shani meneruskan acara makannya dengan malas.

“aku baik ta, kamu?” balas Gracia tak kalah semangat, gadis itu mengangguk. “sama siapa?” Gracia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, lagi, mencari sesuatu.

“sama mamah. Tuh lagi pilih-pilih tas”  gadis itu menunjuk ke toko yang ada beberapa pengunjungnya disana. “kamu sama siapa?” tanyanya balik.

“oh iya, Shani kenalin ini Okta,” Shani pun dengan malas berdiri dari duduknya, “dan Okta ... ini Shani,” jelas Gracia sambil tersenyum simpul memandang Shani yang acuh.

Shani lalu menjabat tangan teman Gracia yang bernama Okta, “Shani, pacarnya Gracia” jelasnya dengan wajah dan suara datar.

Okta membulatkan bibirnya dan hanya ber’ooh’ ria.

“Gre, aku duluan ya” pamit Okta.

“buru-buru amat, kebelet lo?” kata Shani dengan malas, Okta hanya hanya tersenyum kecut.

“gue buru-buru, mamah gue udah nungguin tuh” balas Okta tak kalah malas.

“duluan ya, Gre. Kapan-kapan kita ketemu lagi!” Okta beranjak menjauh menghampiri mamanya dan pergi.

Sebelum itu, Okta sempat berbisik pada Gracia, “ada salam, dari Hamids.” Gracia yang juga hanya diam dengan tatapan dingin, namun setelahnya ia langsung tersenyum pada Okta yang melambaikan tangan.

Shani yang melihatnya sudah merasa sangat jengkel.

Belum makanannya habis, ia sudah meletakkan sendoknya. Gracia memandangnya heran.

“kok makannya udahan? Kenapa? Udah kenyang?” tanya Gracia lembut, ia menatap sambil mengelus punggung tangan Shani.

Shani hanya mengangkat bahunya malas tanpa menatap Gracia, membuat Gracia menghela napas pelan dan terdengar pasrah.

“kalo kamu udah selesai makannya, kita langsung pulang” aura sekeliling terasa dingin bagi Gracia kini. Ia memilih diam dan mengangguk, ‘duh, pacar gue kenapa nih? Tiba-tiba nebar aura kelam’ batinnya cemas.

***

Shani dan Gracia sudah memasuki mobil dan akan segera pulang.

Sepanjang perjalanan, Shani hanya diam sambil fokus mengemudi.

Gracia terus melirik Shani yang tiba-tiba bersikap dingin padanya, ‘aku kira cuacanya yang dingin, ternyata dinginnya cuma disekitar dia aja,’ batinnya menatap Shani dengan lembut.

Gracia mengusap pipi Shani dengan sayang hampir membuat Shani terbuai, lupa bahwa ia sedang kesal. “kamu kenapa sih? Kok tiba-tiba diem gini?” tanya Gracia hati-hati.

Shani hanya menggeleng asal, membuat Gracia menghela napas.

“nanti berenti di kedai mang udin, ya. Aku kepengen martabak” pinta Gracia yang hanya ingin mendapat respon Shani yang membalasnya lagi-lagi hanya dengan wajah datar dan sorot mata yang terlihat kesal tanpa menoleh padanya.

Tidak, sebenarnya selain perasaan kesal, hati Shani juga terheran dengan permintaan Gracia.











Waduh! Semoga ngga gaje, ya. Aamiin


Pas dibaca ulang, ternyata typo bertebaran 🙏🏻


Bagaimana, Jika Aku Tanpamu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang