7.1

2.7K 215 2
                                    

“Shan!” seseorang memanggil Shani yang akan menuju kantin bersama Rachel, Desy, dan Shanju.

Shani menoleh dan menghampirinya.

“hoy, bang!” Desy menyapa orang itu dari jauh, sedangkan Rachel dan Shanju hanya tersenyum yang dibalas anggukan oleh orang tersebut, lalu mereka menuju kantin tanpa Shani.

“ada apa, bang Boy?” tanya Shani pada orang tersebut.

Namanya Beby, namun lebih akrab dipanggil Boy oleh teman-teman dekatnya.

Mereka duduk di bangku pinggir lapangan basket.

“seperti biasa ya, bantuin gue, hehe.” pintanya sambil cengengesan.

“hidup anak kuliahan yang real ternyata ga semanis di FTV yang kerjaannya pacaran mulu ya, haha. Aslinya mantuuul.” canda Shani.

“betul, jauh banget kisah nyata sama kisah di sinetron-sinetron!” dengus Beby.

“jadi, gue bantu bikin artikel lagi? Temanya udah ditentuin seperti biasa juga, kan?” lanjut Shani membahas pekerjaan mereka.

“iya, lo tinggal rangkai aja kalimatnya biar enak dibaca. Gue percaya sama lo, jagonya merangkai kalimat berita,” Beby menepuk-nepuk bahu Shani.
“tapi ga jago kalo disuruh bikin kalimat romantis! Hahaha.” ledeknya.

“sialan! Iya ngaku dah gue mah. Lagian my sweetest girl ga nuntut gue buat romantis kok. Menurut dia yang terpenting bukan janji, tapi bukti!” tutur Shani dengan bangga sambil tersenyum memikirkan Gracia.

“anjir ada bucin samping gue!” Beby tertawa lepas, mata Shani menajam.

“dari pada lo! Suka tapi diem-diem bae, cupu! Dia banyak yang ngincer bang, kalo cuma lo perhatiin dari jauh mah ya ga bakal dapet-dapet lah. Ditikung orang duluan, mampus saja lah kau!” ejek Shani membuat tawa Beby berhenti seketika dan merenung.

“iya bang, kemarin aku liat kak Shanju disamperin kak Sakti loh.”

“lah kamu kok ada disini? Emang matkul bu Imelnya udah selesai?” tanya Shani pada Gracia yang tiba-tiba muncul dari arah belakang dan ikut nimbrung obrolan Shani dan Beby.

Gracia mengangguk sambil mengelus lembut pipi Shani.

“gue minder, Sakti orang kaya sedangkan gu-“

“hush! Jangan samain dia sama mantan-mantan abang yang matre itu. Aku emang ga deket sama kak Shanju sih, tapi sepenglihatanku, dia tuh orangnya baik. Aku pikir abang juga bisa menilai lah.”  jelas Gracia.

Beby terdiam seperti memikirkan sesuatu, sedangkan Shani tersenyum bangga pada Gracia yang sedpertinya berhasil menghipnotis si bang Boy.

Shan, tugas nyong durung pepek, kowe meneh! Dijaluk teka maring kelas tambahanprentah nyai Stella. gerutu Desy yang berlari tergesa menghampiri Shani.
(Shan, tugasku belum lengkap, kamu juga! Diminta datang ke kelas tambahan sama nyai Stella *nyai? Haha, maksudnya ibu.

Yang berada di sekitar mereka hanya memandang dengan tatapan heran, ada pula yang menahan tawa mendengar logat medoknya Desy.

Shani menepuk jidatnya, “oh iya, iya! Lupa, belum selesai udah main kumpulin aja. ayo Cides, dari pada kena marah nyai!” shani berdiri, lalu tengak-tengok.

“loh, Rachel mana?” tanya Shani melihat sekeliling.

wis mangan langsung balik!” dengus Desy. (sudah makan langsung pulang).

“terus Shanju pulang sama siapa dong?” Shani melirik Shanju yang sedari tadi berdiri tak jauh dari mereka, sedang mengobrol dengan temannya.

Hening sejenak ...

“aku nungguin kamu!” Gracia langsung menyahut membuat Shani beraut wajah kebingungan, Gracia langsung berkedip dan menggerakkan kepalanya sedikit dengan maksud menunjuk Beby.

“ah iya, kan kita mau belanja bulanan sekalian cari daleman kamu ya, yang.”

‘what!’ batin Gracia, ia memelototi Shani, ‘kenapa nyari alesannya bikin malu banget, sih?!’.

Beby dan Desy hanya terkekeh menahan tawanya.

“Cides, mami udah jadwalnya facial kan, ya?” kini Desy yang bingung dengan kalimat Shani dan langsung mengerti setelah Shani berkedip-kedip yang diarahkan juga pada Beby.

“mami Cleo tuh, emak gue apa emak lo, sih, Shan? hapal banget dah.” Meski alasannya sangat konyol, Desy membenarkan alasan tersebut karena memang minggu ini sudah jadwal rutin facial wajah  maminya.
Gracia kini yang terkekeh.

Ya, pada orang tua siapa pun, asalkan kenal, Shani akan memanggilnya dengan panggilan orang tua selayaknya. Mama, mami, ibu, bunda, hampir semua orang tua teman Shani ia tak segan dan dengan tak tau malu akan ia panggil seperti itu.

“kak Shanju jangan minta nebeng kak Shani, ya? Hehe.” pinta Gracia pada Shanju yang sudah menghampiri mereka, ia menatap heran pada Shani.

“gue udah janji sama Gege nganter dia cari dal-“

Gracia membekap mulut Shani, “mau belanja bulanan kak” sergahnya sebelum Shani membuatnya malu, lagi.

“yaudah, aku sama Desy, ya Des?” pandangan Shanju beralih pada Desy yang tersenyum sambil meringis.

nyong wis janji, nganter ndoro Cleo ke salon, huftt” ekspresi Desy merasa bersalah.

“oh iya, iya. Oke, aku bisa naik transportasi umum atau online, kok”

“eh, jangan kak!” sergah Gracia melambaikan tangannya cepat tanda tak setuju.

Shanju mengangkat kedua alisnya, bingung seperti membatin ‘terus aku pulang sama siapa?’.

SHIT!' sesorang berteriak menyentak dalam hati













Wah, ada siapa tuh terakhir?
Shit, shit! Ga boleh! Ga sopan!


So, so'an pake bahasa daerah ya? Itu dibantu kawanku. Mohon maaf kalau ada salah 🙏🏻


Bagaimana, Jika Aku Tanpamu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang