6.2

2.7K 236 9
                                    

Gracia mengusap pipi Shani dengan sayang hampir membuat Shani terbuai, lupa bahwa ia sedang kesal. "kamu kenapa sih? Kok tiba-tiba diem gini?" tanya Gracia hati-hati.

Shani hanya menggeleng asal, membuat Gracia menghela napas.

"nanti berenti di kedai mang udin, ya. Aku kepengen martabak" pinta Gracia yang hanya ingin mendapat respon Shani yang membalasnya lagi-lagi hanya dengan wajah datar dan sorot mata yang terlihat kesal tanpa menoleh padanya.

Tidak, sebenarnya selain perasaan kesal, hati Shani juga terheran dengan permintaan Gracia.

'makan lagi?' benaknya.

"kan tadi udah makan. trus juga, kan udah seneng banget ketemu temen. Masa belum kenyang?" jawab Shani terdengar agak kesal, tapi berhasil ia tahan agar tak emosi.

'gotcha!' batin Gracia, ia menyembunyikan senyumnya sambil menatap Shani, "ga tau, tiba-tiba kepengen martabak. Ngidam kali," Gracia mengangkat bahunya asal.
Shani menatapnya tajam, "anak kamu nih. Mau nanti anaknya ngiler?" goda Gracia menahan senyum, kini Shani menarik napasnya, mendengus pelan.

***

Gracia duduk disofa, menonton TV sambil menghadap martabak yang ia dan Shani beli tadi, "hmm, enaaak" gumamnya.

Shani yang keluar dari kamar mandi setelah bersih-bersih, kini melihat Gracia tak percaya.

Gadis itu tadi menghabiskan seporsi makanan, dan juga makanan Shani yang tersisa sedikit.
Dan sekarang? Gadis itu makan lagi. Ia sedang memakan martabaknya.

Shani berjalan menghampiri Gracia, ia duduk disampingnya sambil memberikan air mineral tanpa menoleh.

"makasih, papah" goda Gracia, Shani menyembunyikan rasa geli ingin tertawanya. "kamu ga mau? Enak loh!"

Shani menggeleng masih menatap layar TV, ia masih merasa kesal dengan kejadian tadi.

Gracia menyudahi makannya, lalu minum beberapa teguk.
Ia bangkit menuju kamar mandi untuk bersih-bersih, juga.

Tak lama, Gracia kembali duduk lalu menatap Shani dan tersenyum simpul, menarik wajah Shani menghadapnya, "sayang kenapa sih? Dari tadi aku dicuekin. Sedih tau, huhu" rengek Gracia lembut membuat Shani menyatukan kedua alisnya pertanda ingin menyangkal prasangka gadisnya. Yaaa, meski sebenarnya memang betul seperti itu.

"Selama ini, banyak yang goda aku, kamu cuek-cuek aja kok," Shani menatapnya lebih dalam, membuat Gracia sedikit gugup. "kan aku udah kenalin, yang tadi tuh temen aku." jelas Gracia hati-hati, Shani membuang napasnya kasar.

"Beda! Dia tuh suka sama kamu. Keliatan jelas kali!" Shani berbalik menghadap TV lagi, ia kesal mengingat Okta yang matanya sangat berbinar ketika menatap Gracia, kekasihnya.

Gracia menggenggam tangan Shani, "yang lain juga gitu, kan. Kamu bilang banyak yang mandang aku dengan tatapan memuja, tapi kamu ga pernah secemas ini." ia mengelus-elus tangan Shani yang kembali menatapnya, sendu.

Hening sejenak.

Shani lalu memeluk Gracia, menyembunyikan dan menghirup dalam ceruk leher Gracia.
"maaf ... aku kekanakan banget, udah diemin kamu," ia sangat tak ingin membahas kecemasan berlebihannya, takut Gracia jengah, pikirnya.

"sebanyak apa pun orang yang ngedeketin dan bilang suka ke aku, kamu selalu cukup jadi alasan kuat untuk aku nolak mereka secara halus." jelas Gracia dengan lembut, ia mengelus punggung Shani.

"maaf, sayang" bisik Shani.

Gracia menarik wajah Shani, "makasih," kini ia tersenyum, membuat Shani heran.
"makasih karena selalu cemburu dan bikin aku merasa berarti di hidup kamu." lanjutnya dengan mata berkaca-kaca.

Shani hanya terdiam dan kembali memeluk Gracia, mengecup pundak gadisnya banyak dan lembut. Menyembunyikan kepalanya disana.

Gracia tersenyum dan haru. Ia memejamkan matanya.

Lama mereka terdiam dengan posisi tersebut.

"kamu ganti parfum ya?" tanya Shani sudah mengendus-endus lagi leher Gracia. Kini mereka bertatapan.

"iya, tadi di mall waktu kamu ke toilet, aku liat-liat toko parfum. Eh ada promo, yaudah aku beli." jelas Gracia bersemangat. Shani hanya manggut-manggut.

"tapi masih wangian yang aku beliin." sanggah Shani.

"iya lah, harganya juga beda."

"oooh, harga juga bisa mempengaruhi wanginya ya?"

"iya. Nanti kalo mau beliin lagi, tunggu yang ini habis dulu ya." pinta Gracia.

"yeh, beli aja sana sendiri." dengus Shani menahan tawanya.

"nyebelin banget, sih!" Gracia memukul-mukul badan Shani hingga badan Shani terjungkal dari sofa.

Gracia malah menertawai Shani yang terjatuh dan merebahkan badannya di bawah sofa. 'sukur deh, udah ngga marah' batinnya lega.

















Tuhkaaan,
kok gampang banget baekannya kaaan,
marahnya cuma bentaran doang kaaan.

Yakin deh, di dunia nyata, kalo ada pasangan yang konfliknya 'baru segitu doang', kebun binatang udah keluar semua dalam hatinya hahaha.

Semoga kalian ngga, ya ... Semoga hati kalian sekalem Shani dan selembut Gracia, ya!

Kok pictnya, Dilan Milea?
Mohon maaf, saya lagi demam kebersamaan mereka, lagi, setelah setahun terpisah
Hiyahiyahiya!



Bagaimana, Jika Aku Tanpamu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang