9

2.5K 219 5
                                    

Viny sedang mencuci muka dengan gusar setelah tidur lelapnya terganggu akan kedatangan Gracia dan Shani dipagi buta.

Mereka datang lebih awal dari waktu yang direncanakan.

Alasannya, Shani ingin berlama-lama dengan Gracia sebelum berkutat dengan pekerjaannya.

“Cuma kalian aja nih?” tanya Shani yang menyandarkan tubuhnya dipalang pintu kamar mandi rumah Viny.
Lebih tepatnya rumah yang disewa Viny, Aurel dan Angel.

“iya!” sentak Viny karena kesal, ia masih mengantuk.

Shani tertawa gemas sambil mengacak rambut Viny yang berjalan melewatinya. Viny menepisnya dan menatap Shani jutek.

Viny berjalan ke kamarnya, lagi.
Ada Gracia di sana, mencoba membangunkan dua temannya yang lain, Aurel dan Angel.

“kalian susah banget dibanguninnya, sih!” Gracia menepuk-nepuk bokong Aurel dan Angel, namun tetap tak ada jawaban dari keduanya.

“jangan tidur lagi!” Gracia mengomel pada Viny yang akan merebahkan badannya lagi di kasur.
Viny menutup mulut Gracia dengan telunjuknya.

“mending kamu sarapan. Aku bawa sandwich tuh ditas.” ucap Gracia yang membuat Viny tak jadi tiduran, sekarang malah terduduk melamun di samping Gracia.

“ayo kalian juga bangun hey!” Gracia kini menarik pipi Aurel dan Angel.

“sakit maaah.” Angel merengek setengah sadar dan masih menutup matanya. Aurel hanya menggeliat malas.
Gracia  menggeleng melihat keduanya.

“mau sarapan ga? Aku habisin sendiri nih makanannya ya?” Gracia coba mengancam, dan ...

Berhasil!

Aurel langsung membuka mata, diikuti Angel setelahnya.

“cuci muka sana! Eh, ngga! Sekalian mandi aja!” teriak Gracia pada keduanya yang berjalan malas ke kamar mandi.

‘dipanggil mamah? Udah kaya punya dua anak aja. haha.’ Batinnya geli sendiri. ‘eh, tiga deh!’

“aku bilang jangan tidur lagi!” gracia mulai gemas pada Viny yang sekarang menggunakan pahanya untuk alas kepala Viny.

“bentar lagi maaah.” Viny meniru rengekan Angel sambil terkekeh. “serius! Aku tuh masih ngantuk subuh-subuh gini udah diganggu!” tegas Viny, masih tiduran.

“ya maaf, Shani yang maksa tuh. Salahin Shani.” Gracia malah mengelus rambut Viny.

“udah! Tau sendiri, orang itu tuh nyebelin banget! Ganggu orang dengan watados!” Viny mengomel dengan matanya yang tetap terpejam. Gracia terkekeh.

“maaah, bikinin papah kopi dong.” Shani memandang ke dalam kamar Viny.
Sudah sedari tadi, sejak Gracia mencoba membangunkan Aurel dan Angel.

Shani senyum-senyum sendiri melihat pemandangan yang terjadi pagi ini.

“ih, apa sih lo! Sana, sana! Ganggu aja!” Viny terduduk dan menatap tajam pada Shani.

“lo yang apa! Pacar gue tuh, maen peluk-peluk aja!” Shani membalas sambil menahan tawanya.

“biarin! Lagi kangen berat tau! Udah lama ga kaya gini. Gara-gara kamu yang suka larang Gre buat jalan bareng kita!” Viny menyalahkan Shani.

Shani menggelengkan kepalanya pelan melihat kekeras kepalaan adik tirinya tersebut.

Disindir seperti itu bukannya kesal, hati Shani malah menghangat. Ia merasa bersyukur.

Ya, kadang Shani melarang Gracia untuk pergi meski dengan Viny sekali pun.

Bukan salah Shani juga, ‘ngajaknya pas ada gue. Gue juga mau ngabisin waktu sama pacar gue.’ Batin Shani, alasan ia melarang Gracia pergi.

“udah, udah! Kakak-adik tuh lama ga ketemu harusnya sayang-sayangan. Ini apaan! Tiap ketemu, ada aja topik buat berantem.” Gracia menengahi dengan tenang.

“awas kamu, ya!” Viny menunjuk Shani yang menjulurkan lidahnya membuat Viny melempar guling padanya.

Shani berlari menuju ruang tengah untuk menonton TV.

Belum Gracia dan Viny berdiri, mereka  dibuat kaget oleh sebuah kepala yang menyembul diambang pintu.

Bagaimana tidak kaget, Aurel hanya melongokkan kepalanya menyamping sambil tersenyum dan hanya menampilkan deretan giginya.

“Gre, buatin nasi goreng... Ga kenyang makan sandwich doang mah. Hehe.” Pintanya.

Mereka berjalan menuju dapur.

“terus, sandwichnya mana lagi?” Viny memeriksa meja makan dan tas Gracia. Nihil.

“habis sama kita. Laperrr.” Angel mengunyah sambil menunjuk Aurel.

“enam potong kalian habisin semua?” Gracia takjub.

Angel mengangguk semangat masih menikmati potongan sandwich terakhirnya.

“ngga. Tadi kak Shani juga makan!” Jelas Aurel. Angel mengangguk lagi.

"Cuma satu potong kok!" Teriak Shani dari depan ruangan.

Gracia dan Viny hanya bisa menggeleng, mengelus dada dengan sabar.

“yaudah, kalian bantuin nyiapin bumbu nasi gorengnya.” pinta Gracia pelan.

“ga bisaaa.” Rengek angel, Aurel dan Viny mengangguk kompak.

“ya kan nanti dikasih tau! Diminta bantuin susah! Makan doang kerjaannya!” kini Gracia menggertak, membuat ketiganya terkesiap. ‘gemes!’ batin Gracia dengan ekspresi kemenangan.

***

“kamu hati-hati, ya. Jangan lupa ngabarin.” Gracia mengantar Shani ke depan.

“iya. Kamu juga, kabar-kabarin aku dan ... jangan nakal.” Shani menarik hidung Gracia.

“kamu tuh, mau ketemu model cantik! Aku yang harusnya minta kamu jangan nakal!” Gracia membalas, mencubit perut Shani yang kemudian meringis dibuatnya.

“siap laksanakan, tuan putri!”

Hoeeek!!!

Ketiga temannya meledek dari dalam mendengar Shani menggombal.
Gracia hanya tertawa pelan.

“sirik aja lo pada!” teriak Shani.

“udah berangkat gih, nanti telat.” Gracia mendorong Shani menuju dan masuk ke mobilnya.

Shani membuka jendela, “sini masuk!” Gracia bingng, “cepetan masuk, yang!” Shani membuka pintunya dari dalam dan Gracia menurutinya.

Shani menutup kembali jendela mobilnya lalu menatap Gracia sambil memanyunkan bibirnya.

Gracia menutup wajahnya antara malu dan geli melihat tingkah Shani. Wajahnya memerah.

“papah minta jatah maaah.” Kini Shani yang meniru rengekan Angel.
Gracia terkekeh.

Shani menarik tengkuk Gracia. Mereka berciuman sejenak. Dalam dan lembut.

“udah, ah. Nanti aku dicengin mereka di dalam. Lagian udah jam berapa nih, nanti kamu telat.” Shani menekuk wajahnya.
“jatahnya disimpen buat nanti malam ya...” Gracia mengelus pipi Shani, mengecupnya, lalu keluar dari mobil.

Shani berangkat. Gracia masuk ke dalam rumah.

“abis pacaran ya? Lama banget diluar, udah gitu sepi banget lagi.” Aurel memang sangat terang-terangan mengungkapkan apa yang ia rasakan. Membuat Viny dan Angel meledekinya.

“kepo!”

“heh, mandi! Katanya mau hang out!”
Merasa aura mulai mencekam, ketiganya bergegas mandi sebelum Gracia menceramahi mereka.







Bagaimana, Jika Aku Tanpamu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang