10 🏅 Embun di Tribune

35.4K 5.8K 939
                                    

Bagian paling sakit dari mencinta adalah berharap mendapat rasa sebesar yang kita berikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian paling sakit dari mencinta adalah berharap mendapat rasa sebesar yang kita berikan.
🏅🏅🏅

Bau cat yang masih baru kembali menyambut Amanda dan anggota ekskul dance yang lain.

Gedung olahraga baru itu tidaklah kosong, sebenarnya. Di sudut lapangan, lima orang dengan pakaian serupa, kaus hitam berlengan pendek dan celana selutut tengah melakukan peregangan. Amanda hanya mengenali Mangi dan Lulu. Seperti yang lain, mereka berpegangan pada kayu yang dipasang horizontal di dinding. Sedangkan kaki kanan mereka, menekuk, membentuk sudut sembilan puluh derajat, lalu garis lurus ke atas.

Amanda selalu takjub pada kelenturan tubuh mereka.

Tiga orang sisanya tampak asing. Ada yang berambut pirang, sehingga ketika sinar matahari menerobos dari jendela atas, membuat rambutnya berkilau. Dua orang sisanya adalah sepasang kembar. Mereka begitu mirip, sampai-sampai Amanda ragu bahwa keduanya adalah dua orang yang berbeda.

Instrumen Chopin No. 20 memenuhi bangunan itu. Setiap kali mendengar permainan piano, bulu tengkuk Amanda berdiri. Tak hanya itu, dirinya seperti terlempar ke masa lalu.

"Ini nggak papa di sini? Lagi dipake bangunannya," kata Pingkan.

Lusi mengajak teman-temannya untuk duduk di tribune dengan kursi dari plastik biru di sana. Sembilan orang itu kemudian terbagi menjadi dua barisan, masing-masing empat di atas dan lima di bagian yang lebih rendah.

"Nggak papa. Kita bukan mau latihan gerak kok. Tapi mau diskusi soal musik yang dipakai nanti." Lusi menyalakan laptop miliknya yang sejak tadi dia bawa dalam tas kulit.

"Bukannya kemarin udah fix ya?" Pingkan bertanya kembali.

"Jadi, Bu Devi ngasih saran." Lusi menyebutkan guru Seni Budaya, sekaligus pembimbing ekskul dance. "Seharusnya kita nambahin lagu yang emang asli dari Indonesia, bukan cuma lagu barat pakai instrumen gamelan."

"Kan, kemarin juga gue udah bilang lagunya mending diganti." Karina membeo.

"Karena itu kita kumpul di sini. Di kelas nggak bisa, dipakai buat peserta lomba Festival Bela Negara. Di kantin atau selasar kelas pasti berisik. Di taman panas. Jadi yang paling aman ya di sini."

Hari itu, sekolah mereka memang mengadakan lomba Festival Bela Negara, memperingati Hari Sumpah Pemuda. Rangkaian lomba dengan peserta siswa-siswi SMP satu kota itu digelar dari pagi, dan belum selesai sampai saat ini. Di antaranya, ada lomba baris berbaris, cerdas cermat, dan pembuatan film pendek.

"Jadi salah satu tari tradisional gitu ya contohnya?" Amanda langsung ke pokok pembahasan.

"Iya, paling tari tradisional. Tapi, yang gerakkannya enerjik, biar masih nyambung sama yang lain."

Utara (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang