Pada kata-kata yang telah pergi, berjanjilah untuk tidak kembali. Menerimamu lagi sama saja dengan melukai hati.
🏅🏅🏅Sebenarnya, tali pengikat untuk kucing-kucing Uttam itu sudah ada sejak seminggu lalu.
Namun, tak mungkin Uttam langsung mengajak ketiga anak kucingnya jalan-jalan dengan tali pengikat itu. Mereka belum terbiasa. Karenanya, selama tujuh hari Uttam membiasakan Snow, Neo, dan Sky berjalan dengan tali yang dipasang pada bagian belakang kaki depannya.
Membiasakan mereka susah-susah gampang. Sore ini, adalah percobaan pertama untuk mengajak ketiganya berjalan-jalan di sekitar rumah. Di trotoar-trotoar jalan yang beratapkan langit.
"Snow, diem." Uttam memakaikan tali pengikat pada Snow, sedangkan Bi Laila pada Neo dan Sky.
Induk mereka, yang berwarna jingga kecokelatan hanya memandang dari jauh. Ekornya mengibas di udara. Uttam sempat berpikir untuk mengajaknya juga. Akan tetapi, karena ini kali pertama untuk anak-anak kucingnya, akan sangat merepotkan bila Maureen–induk kucing–itu diajak ikut serta.
"Nah." Uttam berdiri dan berkacak pinggang, menatap ketiga kucingnya yang balik menatapnya. "Sekarang kita jalan-jalan."
Uttam menyambar sweater rajut putihnya yang tersampir di lengan sofa, lalu mengenakannya. "Bi Laila ikut ya, antisipasi."
Seperti biasa, Bi Laila mengangguk dan tidak memiliki pilihan selain mengiakan. "Iya, Den."
Sewaktu berjalan dengan tali di tangan dan kucing-kucingnya yang berjalan lamban di depan, Uttam agak menyesali keputusannya mengenakan sweater ini. Meski matahari tidak menguarkan panas menyengat, tetap saja ia merasa gerah. Pohon-pohon rindang dengan daun yang rapat tidak begitu membantu.
Di tengah jalan, ia bertemu dengan Mangi. Berhubung cewek itu juga menyukai kucing, dia membelokkan langkah ke arah Uttam, Bi Laila, dan tiga kucing yang baru keluar cukup jauh dari rumah. Dia menawarkan diri untuk berjalan bersama Uttam, sehingga Bi Laila bisa kembali ke rumah.
"Sayang Adam nggak suka jalan-jalan," ucap Mangi, begitu Bi Laila pergi. "Dia kucing jantan yang mager."
"Lo baru selesai latihan ya?" Uttam menatap penampilan Mangi. Rambutnya yang diikat sudah tidak terlalu rapi, kaus lengan pendek berwarna hitam, dan celana pendek.
"Iya. Bara nggak jemput. Ini mau ke mana? Jalan-jalan doang?"
Uttam menatap tiga kucingnya yang mendekati pohon di pinggir jalan. "Taman kompleks?"
Taman kompleks itu tidak terlalu besar. Letaknya ada di dekat gerbang kompleks. Pohon-pohon di sana lebih besar dan lebih rindang lagi. Bersama kursi-kursi buatan dari semen dan kolam kecil dangkal, terdapat pula permainan-permainan yang diperuntukkan untuk anak-anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Utara (SUDAH TERBIT)
Fiksi RemajaSUDAH TERBIT-Beberapa chapter telah diunpublish-[BOOK ONE OF COMPASS BOY TETRALOGY-Pemenang Wattys 2019 kategori Young Adult] Katanya, yang terbaik adalah menjadi diri sendiri. Katanya juga, menjadi diri sendiri membuatmu istimewa. Nyatanya, orang-o...