Hasil akan selalu menjadi perhatian orang-orang daripada proses itu sendiri.
🏅🏅🏅Seharusnya Amanda memangkas rambutnya hingga sebatas telinga.
Setiap kali lari pagi, rambutnya selalu sukses membuat perasaan gerah itu bertambah, juga gatal yang mengganggu. Meskipun telah diikat dengan ikat rambut.
Masa bodoh, sebenarnya, kalau disebut mirip anak laki-laki. Toh hampir tujuh belas tahun hidupnya, julukan tomboy melekat padanya.
Amanda sendiri tidak mengerti mengapa mereka yang ada di sekitarnya dengan mudah melabeli orang lain. Hanya karena ia tidak suka pakai rok, Amanda disebut tidak feminin. Hanya karena lebih suka main lari-larian dengan teman laki-laki dibanding main bola bekel, Amanda disebut bukan perempuan tulen.
Apa sih, yang ada di pikiran mereka?
Amanda tidak suka kepada mereka yang merasa berhak untuk mengatur orang lain.
Matahari sudah menampakkan diri, cahayanya yang masih pucat tampak malu-malu, dengan pasti menyentuh tiap jengkal bumi.
Kecuali sedang sakit atau bangun terlambat, Amanda tidak pernah melewatkan yang namanya lari pagi, juga lari pada sore hari. Menurutnya, ini dapat menenangkan pikirannya, sekaligus mengalihkan perhatian dari segala yang berkecamuk di benaknya.
Amanda kembali ke rumah saat jam di dinding menunjukkan waktu tepat enam lebih sepuluh menit. Segera saja ia berlalu ke dalam kamar, bersiap-siap segera mandi. Tidak terburu-buru, toh letak sekolahnya dekat dari rumah.
Namun, ponselnya yang berdering di atas meja belajar membuat Amanda menunda rencananya. Ia meraih benda pipih itu, lalu mengangkat telepon. "Halo."
"Amanda, nanti gue nebeng ya buat latihan. Di rumah Pak Mustafa kan? Abang gue nggak bisa nganterin."
Tidak keberatan sama sekali. Amanda mengangkat bahu, meski tahu Pingkan, teman satu tim paduan suaranya tidak melihatnya. "Oh, boleh. Kebetulan gue berangkat sendiri."
Pingkan, yang selalu punya masalah dalam mengendalikan volume suaranya membalas cepat, "Makasih, Amanda. Gue tutup ya!"
Amanda tidak sempat mengucapkan balasan, sebab Pingkan langsung menutup telepon.
🏅🏅🏅
"Jadi tuh ya, kalian harus baca novel ini!"
Amanda melirik Maudi yang masih berusaha menyebarkan virus gemar membaca novel pada orang-orang di sekitarnya. Sebagai teman satu kelas, Amanda bingung harus bereaksi apa.
Ia tidak terlalu suka membaca cerita fiksi. Tentu tidak akan membantu cewek yang jika bicara bisa lama sekali dalam satu tarikan napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Utara (SUDAH TERBIT)
Fiksi RemajaSUDAH TERBIT-Beberapa chapter telah diunpublish-[BOOK ONE OF COMPASS BOY TETRALOGY-Pemenang Wattys 2019 kategori Young Adult] Katanya, yang terbaik adalah menjadi diri sendiri. Katanya juga, menjadi diri sendiri membuatmu istimewa. Nyatanya, orang-o...