11 🏅 Daun-Daun Yang Berbisik

33.9K 6.1K 3K
                                    

Challenge : komentar di SEMUA paragraf pakai kata KUCING

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Challenge : komentar di SEMUA paragraf pakai kata KUCING.

Contoh : 'Dasar bulu kucing', 'Uttam malu-malu kayak kucing'.

Siap?
🏅🏅🏅

Tahu tentang suatu masalah tidak berarti kita bebas untuk ikut campur di dalamnya.
🏅🏅🏅

"Ini gampang, Bara. Tinggal diturunin."

Mendengar perkataan Uttam, Bara mendesah. Dia mengerjap, menggigiti ujung pensil dan menatap buku catatannya dengan sorot penuh permusuhan.

"Tinggal diturunin? Emang kucing yang gak bisa turun dari pohon?"

Bara hampir saja melempar bukunya itu. Dia mungkin jadi yang terpintar di kelas, atau bahkan satu angkatan pada pelajaran biologi. Bara cepat menghafal, kemudian menjelaskannya kembali dengan kata-katanya sendiri.

Namun, hitung-hitungan bagi Bara seperti mimpi buruk yang menjelma menjadi derita dalam hidupnya.

"Gini." Uttam menyingkirkan daun yang jatuh dan hinggap di rambutnya. "Soalnya kan, disuruh hitung f(x) = (4x²+5x)(2x²–6x+1). Pertama, pengandaian yang kiri alias 4x² itu jadi U, dan 2x² jadi V."

Di bawah pohon rindang di halaman hijau depan kelas, yang daun-daunnya rapat dan melindungi dari sinar matahari, mereka duduk melingkar dengan buku catatan matematika masing-masing di pangkuan.

Pantulan bola basket pada lapangan membuyarkan konsentrasi Bara. Daripada bergelut dengan angka-angka memusingkan ini, lebih baik dia capai ikut bermain.

"Nah, tinggal masukin ke rumus. U'.V+U.V'. U' itu dengan cara diturunkan ke bentuk lebih sederhana. Coba deh."

Masih dipandu Uttam, yang merupakan siswa olimpiade matematika, Bara mengerjakan soal terakhir itu dengan kening mengerut.

Tinggal Bara saja yang belum selesai. Mangi memperhatikan Bara sambil menopang dagu, Tristan yang mengenakan jaket cokelat untuk menutupi seragam batiknya berbaring, sedangkan Marcel menonton permainan basket dari tempatnya duduk.

"Akhirnya!" Bara refleks berseru sambil menutup buku catatannya. Dia pun melipat tangan, menjadikannya sebagai bantal berbaring pada rerumputan yang dipangkas rapi dan bersih itu.

"Matematika itu gampang kalau kita suka," kata Uttam sambil ikut berbaring, kepalanya ia bertumpu ke kaki Bara.

"Tapi gue nggak suka," balas Bara ringan.

Utara (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang