PROLOG

113 16 11
                                    

DwwaaAar..!!

Tubuh lelaki yang tengah dihajarnya itu, kini terbanting bersama meja di sudut ruangan, yang bertabrakan dengan tubuhnya. Lelaki itu meringis kesakitan, punggung dan pinggulnya terasa ngilu. Tetapi, tidak sempat mengeluh akan semua rasa sakitnya, tinju itu kembali mendarat di pipi kanan.

Si pelaku tersenyum remeh, direnggangkannya sendi-sendi yang serasa kaku. Mulai dari leher hingga jemari lentiknya mengeluarkan suara gerutup yang mengerikan. Ia lalu mencengram kerah seragam si korban dengan erat, dan mendekatkan wajahnya.

"Kau lihat? Bahkan gadis ini mempunyai tenaga jauh lebih kuat dari mu!" ucapnya penuh penekanan pada kata 'gadis' dan 'kuat'. Ia melepaskan cengkraman pada kerah baju si korban, dan hendak meninggalkan kelas yang kondisinya sangat mencekam, akibat ulah brutalnya itu. Tetapi belum sempat ia berdiri, suara nyaring seorang guru dari arah pintu menghentikannya.

"Sera Amelia! apalagi yang kau lakukan kali ini?" teriak wanita paruh baya yang kini tengah mengatur napasnya itu. Salahkan saja, seorang siswa yang tadi memanggilnya dan menyeretnya untuk segera datang, karena siswa kelasnya kembali berulah. Ya, dia adalah wali kelas dari kelas yang kini tak tampak seperti sebuah lokasi belajar itu.

Mata wanita paruh baya itu membelalak, melihat seorang siswa tergeletak di lantai dengan wajah lebam dan seragam yang berantakan. Ia memijat pelipisnya, mencoba menetralkan semua kekesalan yang ada di kepala.

"Kau, ikut ke ruanganku! Yang lain, antar teman kalian ke ruang kesehatan!" ujarnya sembari menunjuk ke arah si pelaku, dan beberpa orang siswa secara bergantian.

Beberapa waktu berlalu, disini lah mereka sekarang, di ruangan Sang Walikelas yang merupakan guru bahasa Inggris itu. Si Guru duduk di kursinya, dan Sera duduk tepat di seberangnya. Mereka berhadapan dalam diam, hingga Sang Guru memulai percakapan.

"Jadi, kali ini apalagi alasan mu nona?" tanya Si Guru dengan nada biasa. Karna memang hal ini sudah biasa terjadi, siswinya yang satu ini memang senang adu pukul, yang tak jarang hanya karna masalah sepele.

"Dia mengangguku Miss," jawab Sera.

"Memangnya, apa yang dilakukannya padamu?" Sang Guru kembali bertanya.

"Dia mengedipkan matanya padaku," jawab Sera santai, yang menghasilkan wajah menganga bodoh dari gurunya.

Lama kemudian, Sang Guru sadar dari acara melongonya,

"A-apa?, dia hanya mengedipkan matanya padamu, dan kau menghajarnya hingga sekarat? Oh Tuhan, dimana otakmu?" tanya Sang Guru tak percaya, dan Sera hanya membalas dengan cengiran bodoh.

Meninggalkan dua orang yang kini masih saling tanya jawab itu. Di sebuah lorong di sekolah tersebut, berjalanlah seorang pria paruh baya dengan setelan mahalnya. Beberapa siswi yang kebetulan juga berjalan disana, tak bisa mengalihkan pandangannya dari pria tersebut. Oh ayolah, kenapa ada manusia paruh baya yang masih tampan seperti itu?.

Tok, tok, tok.

Suara pintu diketuk membuyarkan acara saling tatap dan tak mau mengalah antara guru dan murid, yang berada diruangan guru bahasa Inggris itu.

"Masuklah," ucap sang guru setelah menetralkan diri.

Ceklek.

Pintu terbuka, memperlihatkan seorang pria dengan setelan ala pengusahanya dan jangan lupakan, ia sedang tersenyum mempesona, dan wali kelas itu jatuh pada pesonanya, untuk yang kesekian kali.

Hening sesaat.

"Ehem" pria yang kini masih setia berdiri di dekat pintu itu berdeham, guna menyadarkan Sang Guru dari acara menganga tak elitnya.

"Saya ayah dari Sera Amelia. Jika anda lupa, dia yang saat ini duduk di depan anda," lanjutnya.

"Ah! Y-ya. Si-silahkan duduk Pak Adnan!" jawab sang guru tergagap. Sedangkan Sera?, gadis itu hanya acuh dan memutar malas bola matanya. Ia sudah biasa melihat wanita, tua atau pun muda jatuh pada pesona ayahnya yang memang tampan itu.

Setelah mendaratkan pantatnya di kursi yang bersebelahan dengan putrinya pria itu kembali berujar,

"kali ini, apa yang dilakukan putriku nona?" suaranya begitu..... Tidak akan ku jelaskan, silahkan kalian bayangkan saja sendiri. Yang jelas Sang Guru, lagi-lagi harus mengatur pertahanan dirinya.

"Putri anda menghanjar teman sekelasnya, sampai sekarat! Hanya karna temannya itu mengedipkan mata padanya!" ujar Si Guru yang akhirnya lancar, setelah ia menghembuskan napas kuat-kuat.

"Apakah temannya itu laki-laki?" tanya ayah Sera dengan santai. Dan itu menghasilkan kerutan dramatis di dahi, yang memang sudah mengkerut milik sang guru.

"Y-ya!" jawabnya bingung.

"Wah! kau luar biasa jagoan." ucap Sang Ayah sambil mengelus puncak kepala anaknya. Jangan kalian kira bahwa itu adalah usapan sayang, itu adalah sebuah kode menuju hukuman yang akan ayahnya berikan.

Sera yang tadinya santai, kini tak bisa menghilangkan wajah gugup dan takutnya. Pasalnya sekarang, ayahnya tengah menyeringai ala iblis-iblis yang sering ia lihat di dalam film-film horor kesukaannya.

"Baiklah Miss Oliv," ujar Sang Ayah setelah membaca nametag Sang Guru.

"Hukum saja putriku dengan mengeluarkannya dari sekolah ini!" Sang Ayah santai. Dan dua wanita di sana menampilkan ekspresi berbeda.

Jika Sang Guru terlihat bingung. Sera terlihat tidak terima dan akan mengajukan protes besar-besaran pada sang ayah.

Te Be Ce

Be Better With You [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang