Suasana di ruang tamu rumah Sera benar-benar terasa sangat canggung. Sera telah dibawa ke kamarnya oleh sang ayah, meninggalkan Sena dengan Nadine, gadis yang tadi diteriaki oleh Sera, mereka duduk berhadapan di sofa ruang tamu. Gadis itu tersenyum dengan misterius sambil melihat sebuah topeng yang ia pegang ditangannya. Sementara Sena hanya menatapnya bingung.
"Ah, kau temannya Sera?" tanya Nadine mencoba mencairkan suasana.
"Y-ya, aku Sena!" ucap Sena sambil mengulurkan tangan untuk berjabatan.
"Nadine!" Balas gadis itu, menjabat uluran tangan Sena. Dan suasana hening pun mengurung keduanya hingga Ayah Sera kembali menghampiri mereka di ruang tamu.
"Bagaimana keadaan Sera paman?" tanya Sena khawatir.
"Ah, dia sedang menenangkan diri dengan gerutuannya di dalam." Jawab ayah Sera santai, dan membuat Sena bingung.
"Kau tidak usah bingung, dia memang seperti itu, setelah bertemu ini!" sambung Nadine sambil mengarahkan topeng yang ia pegang ke arah Sena.
"Maksudnya?" tanya Sena bingung.
"Sera memiliki phobia dengan topeng itu!" Jawab ayah Sera sambil menggeleng pelan.
"O-oh." balas Sena sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sepertinya ia salah paham.
"Ayah, apa psikopat itu sudah pergi?" Teriak Sera dari kamarnya.
"Hei bocah penakut, siapa yang kau sebut psikopat, huh?" sahut Nadine juga berteriak.
"Kau, siapa lagi?" balas Sera.
"Sudah-sudah, kalian sadar kita sedang ada tamu. Jadi hentikan!" Ayah Sera mencoba melerai.
"Ini terlalu seru untuk dihentikan paman!" balas Nadine, lalu ia berdiri dan berjalan menuju kamar Sera, tanpa topeng ditangannya.
"Hua,,, kau gila!!" teriakan Sera terdengar sangat kuat setelah itu.
Kembali ke ruang tamu, yang sekarang semakin canggung.
"Sena, maaf. Sepertinya masalah kalian tidak akan terselesaikan sekarang. Dua makhluk itu akan sangat sulit dipisahkan saat ini!" ucap Ayah Sera."Tidak apa-apa paman." Balas Sena.
"Ah ya, jika kau ingin tau bagaimana menghadapi Sera, Nadine adalah yang paling tau. Dia tidak hanya sepupu Sera, tapi juga sahabatnya. Kau bisa bertanya padanya." sambung yang lebih tua.
"Terimakasih paman!" jawab Sena. "Paman, ku rasa sekarang aku harus pulang, atau ibuku akan mengomel." Sambungnya.
"Ah,, baiklah. Sekali lagi maafkan ketidaknyamanan ini!" ucap ayah Sera lembut.
"Tidak apa-apa paman, sungguh!" balas Sena. Dan ia pun meninggalkan kediaman Sera.
Keesokan harinya.
Pak Dandy berjalan menuju kelas A, lima menit setelah bel masuk berbunyi.
"Anak-anak, aku tau kalian kesulitan, Aku pun demikian. Namaku juga dipertaruhkan di sini. Kuharap kalian melakukan yang terbaik!" ucap Pak Dandy setelah seluruh siswanya tenang.
"Ah, iya. Pemilik sekolah menginstruksikan bahwa kelas kalian akan diliburkan hari ini untuk melakukan persiapan gila itu. Lalu sebagai gantinya kalian akan mengikuti jam tambahan setelahnya. Satu lagi, besok meski pun libur kalian boleh menggunakan ruang musik." lanjut Pak Dandy dan kemudian menghilang dari balik pintu kelas sambil menggaruki kepalanya.
Huft!
Helaan napas serentak terdengar memenuhi ruang kelas.
"Aku haus, apa kita boleh ke kantin untuk minum?" tanya Siti sambil menyikut Alya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Better With You [ Tamat ]
Teen FictionStory by : Miftahul Rizka Cover by : Vadila Zikra Akibat sang ayah yang ingin mengubah kelakuan anak gadis semata wayangnya, Sera harus rela dikeluarkan dari sekolah lamanya. Lalu pindah dengan paksaan ke sekolah yang didirikan Ibunya. Hingga pertem...