Setelah mengunci pintu. Sera kembali ke Sofa di depan televisi. Buku yang dibawakan Sena tadi, ia letakan di atas meja yang ada di antara sofa dan televisi.
"Apa-apaan buku-buku ini?" ucap Sera.
Sang Ayah yang keluar dari ruang kerjanya, dan menghampiri Sera pun mendengar ucapannya itu.
"Ada apa?" Tanya Sang Ayah yang kini duduk di sebelah Sera.
"Kau memesan buku?" lanjut Sang Ayah penasaran.
"Orang gila yang mengirimkannya padaku!" jawab Sera. Kemudian berlalu menuju kamarnya.
Di tempatnya, Sang Ayah hanya bisa menggelengkan kepala.
Pagi pun datang. Seperti biasa, selesai sarapan, Sera dan Ayahnya berangkat menggunakan mobil mewah mereka. Sebanjang jalan, Sera hanya melihat ke arah jalan. Sang Ayah menatapnya bingung, tapi enggan untuk bertanya. Ia lebih memilih menunggu putrinya untuk bercerita.
Mereka pun sampai di depan sekolah. Sera turun dari mobil. Tidak ada lambaian tangan dari Sera kali ini, dan sang ayah hanya menghela napas dan melanjutkan laju mobilnya.
Sera masuk ke dalam kelas dengan malas. Ia mendudukan diri di bangkunya. Dagunya bertumpu pada meja, dan tangannya dibiarkan menggantung di sisi kiri dan kanan. Baru ada beberapa orang di kelas. Ya karena masih jam tujuh kurang lima menit. Kelas akan ramai jika sudah jam tujuh lewat limabelas. Sera memejamkan matanya.
"Sera, Sera, Sera!" Meri yang baru saja masuk, berteriak memanggil Sera. Begitu Meri mendekat dan menggoyang tubuhnya, Sera sedikit mengangkat kepalanya.
"Apa kau mengantuk?" tanya Meri polos.
"Hm." balas Sera, dan kembali mendaratkan kepalanya di meja.
"Ah, aku membawa pesan dari Sena, untukmu!" Balas Meri, dan kemudian duduk dibangkunya.
Mendengar nama Sena, Sera kembali menegakan kepalanya.
"Apa?" tanya Sera malas.
"Sena bilang, dia menunggumu di kantin. Kalau kau tidak datang, artinya kau menerima pernyataannya kemarin!" Meri menjawab dengan sangat pelan.
"Aisssh!!" Sera mengacak rambutnya. Lalu berdiri.
"Kau mau kemana Sera?" tanya Meri.
"Menggali kuburan!" balas Sera dan kemudian berjalan keluar kelas.
"Apa Sera seorang penggali makam?" gumam Meri di tempatnya.
Kantin.
Sena dan Alan duduk di salah satu bangku kantin. Alan menatap Sena bingung, sementara yang ditatap hanya tersenyum-senyum tidak jelas dari tadi.
Alan benar-benar tidak mengerti apa yang dipikirkan Sena. Semalam, setelah dokter mengatakan bahwa Sena boleh pulang, Sena malah meminta Alan untuk mengantarkannya ke rumah Sera. Dan sekarang, saat bel masuk hanya beberapa menit lagi, Sena malah memaksanya duduk di kantin agar bisa menjadi saksi untuk momen luar biasa yang entah apa itu.
Sera yang baru saja memasuki kantin menghampiri Alan dan Sena.
"Apa yang kau inginkan?" Tanya Sera ketus, setelah menghampiri keduanya.
"Apa kau akan mengabulkannya?" Balas Sena santai.
"Apapun, selama kau tidak menggangguku. Aku akan mengabulkannya!" jawab Sera penuh penekanan.
"Hmm, jadi pacarku?" Sahut Sena.
"Tidak!!" Balas Sera singkat.
"Ah, ini momennya luar biasa itu? Kau ditolak!" ucap Alan dari tempat duduknya, sambil terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Better With You [ Tamat ]
Ficção AdolescenteStory by : Miftahul Rizka Cover by : Vadila Zikra Akibat sang ayah yang ingin mengubah kelakuan anak gadis semata wayangnya, Sera harus rela dikeluarkan dari sekolah lamanya. Lalu pindah dengan paksaan ke sekolah yang didirikan Ibunya. Hingga pertem...