Seperti di seluruh sekolah pada umumnya. Kantin adalah bagian paling ramai ketika jam istirahat berlangsung. Walaupun masih ada beberapa siswa yang memilih untuk tetap di kelas, ke perpustakaan atau ruang club.
Kantin sekolah Sera yang baru ini cukup luas, dan unik. Ada tiga bagian terpisah seperti lorong masuk untuk tiap tingkatan. Lorong dengan cat merah untuk siswa tingkat satu. Biru, untuk tingkat dua. Dan kuning untuk tingkat tiga. Sedangkan para guru dan staf lainnya memiliki kantin mereka sendiri. Setelah melewati lorong lima meteran. Kalian akan menemukan ruangan seperti kafetaria yang dikhususkan untuk masing-masing tingkatan.
Sera, Alya, Siti dan Meri, masuk lewat lorong bercat biru. Dan setelah memesan makanan mereka masing-masing, mereka duduk di salah satu meja kantin khusus tingkat dua itu. Entah sejak kapan mereka berkelompok. Yang jelas sekarang mereka bersama, walaupun sebenarnya Sera terpaksa terjebak diantara mereka. Poor Sera.
Selang beberapa saat. Pesanan mereka pun datang. Ada lima mangkok mie ayam, dan tiga mangkok bakso di baki yang dibawa oleh ibu kantin. Sera menatap makanan-makanan itu, mereka hanya berempat kenapa makanannya ada delapan porsi?. Pikirnya.
Tak lama setelah itu, pertanyaan dari alam pikiran Sera pun terjawab. Dua mangkok mie ayam dan tiga mangkok bakso berkumpul dalam satu lingkaran dihadapan Siti. Sisanya tiga mangkok mie ayam lagi untuk Alya, Meri, dan Sera, satu masing-masingnya.
Sera menatap ke arah Siti, rasanya ada yang ganjal di sini bukan?. Dan, dengan gerakan slow motion mata Sera melotot sempurna, plus mulutnya menganga dengan tidak cantiknya. Serius, lima porsi sekaligus?.
Alya yang menyadari wajah kaget dan bingung Sera pun, menjelaskan.
"Itu wajar untuknya Sera, pengerat satu ini memang tukang makan. Cepat habiskan makanan mu, atau dia juga akan memakannya."
Alis Sera bertautan, tanda dia masih sangat bingung. Dipandanginya lagi Siti, dengan tatapan menyelidik. Tukang makan macam apa dengan tubuh yang bagus itu?. Maksudnya Siti itu bisa dibilang kurus.
"Aku ini seorang atlet taekwondo, latihan dan pertandingan membuatku lelah, jadi aku harus makan untuk mendapatkan staminaku kembali." Ucap Siti, jengah. Oh ayolah apa yang salah dengan porsi makannya?.
Menyadari ketidaknyamanan Siti, Sera pun mengalihkan pandangannya ke arah mie ayam yang kini berharap masuk kedalam sistem pencernaannya itu.
"Maafkan aku, kuharap kau tidak tersinggung Siti," ucap Sera tulus, sambil mengaduk mie ayamnya.
"Tentu, tak masalah." jawab Siti singkat. Dan melanjutkan makannya.
Mereka pun makan dalam diam. Dalam diam yang hanya sesaat.
"Sera, aku masih penasaran dengan alasan kepindahanmu. Benarkah karna ayahmu tak ingin lagi kau membuat onar?" tanya Alya penasaran.
"Hmm." Sera hanya menjawab dengan gumaman dan menganggukan kepala.
"Wah! kau serius?, masalah apa yang pernah kau perbuat?". Lanjut Alya.
"Memukul teman sekelas?" jawab Sera yang malah terdengar seperti sebuah pertanyaan.
"Sera, kau memukul teman sekelas?" teriak Meri histeris. Yang langsung membuat mereka jadi pusat perhatian, sesaat. "Oh,, apa lagi ini?" gumam Sera dalam hati.
"Aishh! cempreng, aku akan menjadikanmu gado-gado kalau kau berteriak lagi!" ucap Siti kesal, karna ia nyaris saja tersedak baksonya.
"Gado-gado?. Aku suka! Ayo kita buat Siti!" ucap Meri, yang entah kenapa bertingkah seperti tidak pernah melakukan apapun. Teriakannya tadi? Sudah ia lupakan. Lalu tatapan orang-orang?, sudah tidak ada lagi, karna begitu mereka melihat siapa yang berteriak, mereka hanya memutar bola mata dengan malas dan melanjutkan aktifitas mereka. Itu sudah biasa. Bagaimana dengan Sera? Ia sedang mencoba mencerna makanan dan pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Better With You [ Tamat ]
Teen FictionStory by : Miftahul Rizka Cover by : Vadila Zikra Akibat sang ayah yang ingin mengubah kelakuan anak gadis semata wayangnya, Sera harus rela dikeluarkan dari sekolah lamanya. Lalu pindah dengan paksaan ke sekolah yang didirikan Ibunya. Hingga pertem...