13. Friend

19 3 0
                                    

Pagi itu tidak ada kelas yang disibukan dengan aktifitas belajar mengajar, semua orang antusias dengan kompetisi guru dan murid yang belum pernah ada sebelumnya.

Kompetisi mereka diadakan di aula sekolah yang memang dikhususkan untuk itu, dengan sebuah panggung yang cukup megah, dan bisa memuat cukup banyak penonton.

Bangku yang sudah disusun berjejer dan rapi, seluruhnya terisi mulai dari depan hingga bagian belakang. Di samping kiri dan kanan panggung terdapat jejeran meja juri yang diisi oleh kelompok siswa dan guru yang memang dipercaya untuk itu.

Di bagian pojok aula, tanpa diketahui siapapun seorang pria dengan setelan kantornya membaur bersama para guru, pria itu adalah pemilik sekolah sekaligus ayah dari siswa yang berani-beraninya menantang guru musik terbaik yang dimiliki sekolah.

Tidak sabar menunggu suara bisik-bisik pun mulai terdengar dari barisan penonton hingga pembawa acara menginterupsi.

"Baiklah, baiklah, bisakah kita semua menjaga mulut masing-masing?" ucap seorang gadis mungil, yang merupakan salah satu siswa dari arah panggung dengan nada gurauan.

"Nah, ini lebih baik." lanjutnya setelah mendapatkan suasana hening yang ia inginkan.

"Ekhem, hari ini akan ada sebuah keseruan yang belum pernah kita temukan sebelumnya, benar?" tanya nya sambil mengarahkan mike ke arah penonton.

"Ya!" jawab mereka serentak.

"Kalian siap menyaksikannya?"

"Ya!"

"Kita akan mulai dengan penampilan Bu Veronica terlebih dahulu, selamat menyaksikan!" ujarnya kemudian menghilang kebelakang panggung.

Wanita yang di panggil Bu Veronika itu tampil kehadapan penonton dengan tampilan yang sangat luar biasa. Gaun hitam panjangnya dengan lengan pendek membinggkai sempurna setiap lekuk tubuh wanita itu, ditambah dengan make up natural serta rambut yang tertata rapi membuat penampilannya layak untuk seorang bintang yang akan mengadakan konser solonya.

"Wah, apa-apaan itu?" kritik siti dari bangku paling depan.

"Itu namanya profesional!" sahut Alya.

"Hei, kau ada dipihak mana?" tanya Siti tidak terima.

"Tentu saja aku bersama Sera. Tetapi mataku ini profesional, asal kau tau!" balas Alya sombong.

"Sudahlah, kita saksikan saja. Dan jangan lupa dengan rencananya." tambah Aldi yang duduk dibelakang mereka.

Bu Veronica duduk di depan pianonya dan ketika alunan musik mulai terdengar semua matapun tertuju ke arah panggung. Mereka terpesona, alunan dari piano yang dimainkan jemari wanita paruh baya itu begitu sempurna, ditambah dengan suara yang merdu serta lirik yang mampu membuat siapapun merasakan apa yang ingin ia sampaikan dalam lagunya. Tepuk tangan pun memenuhi seluruh aula ketika Bu Veronica mengakhiri penampilannya.

Wanita paruh baya itu berdiri dan membungkuk pada penonton lalu meninggalkan panggung, digantikan oleh pembawa acara kembali.

"Wah, kalian pasti setuju denganku, bahwa guru kita mengeluarkan kemampuan terbaiknya." ucapnya sambil memasang wajah penuh haru.

"Ok, kita lanjutkan ke penampilan selanjutnya." ia memberi jeda.

"Sera!" ucapnya lantang.

Gadis yang tubuhnya lebih mungil dari pembawa acara itu pun menaiki panggung. Bertolak belakang dengan sang guru Sera tampil dengan sangat sederhana. Gaun putih selutut dipadu dengan kardigan berwarna biru muda, make up tipis dan rambut yang dibiarkan terurai membingkai penampilannya.

Be Better With You [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang