6. Versus

40 11 3
                                    

Sena melihat ke sana kemari sepanjang jalan yang ia lewati, untuk mencari sosok Sera. Tapi ia tidak menemukannya. Lalu ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari Alan, teman sebangkunya.

From : Si_Alan

Sera sudah kembali bung, kau di mana?.

Dan satu pesan lagi muncul, dari orang yang sama.

From : Si_Alan

Dia hanya ke toilet, asal kau tau. Kkkk'

What?. Sena menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. Kalau begini ceritanya, sangat terlihat bahwa dia, dia khawatir pada Sera begitu?. Ah,, atau sesuatu yang lain?. Entahlah.

Akhirnya Sena memutuskan untuk keruangan OSIS saja. Karna akan terlalu canggung jika kembali ke kelasnya sekarang.

Jadi dengan alasan bahwa pembina OSIS yang tak sengaja ia temui, memberinya tugas dadakan. Ia pun mendapat izin untuk tidak mengikuti kelas Pak Dandy. Jangan khawatir, sering kali tidak mengikuti pelajaran tidak akan membuat Sena tertinggal. Dia itu cerdas. Dan merupakan murid yang selalu diposisi pertama dalam perengkingan sekolah.

Sena memasuki ruangan OSIS. Duduk di sebuah sofa yang ada di sana. Pikirannya menerawang pada kejadian yang ia alami hari ini. Wajah tampannya dihajar seorang gadis mungil yang bahkan untuk memarahinya pun ia tidak tega, bagaimana bisa?. Lalu tanpa ia sadari, ia tersenyum dan menutup matanya. Lalu sejurus kemudian ia menggeleng dengan kuat dan mengacak rambutnya. 'ada apa denganku?' batinnya.

Jam pelajaran pertama telah berakhir, ditandai dengan suara bel yang berbunyi tiga kali. Ada beberapa jeda waktu untuk pergantian guru. Dan itu adalah kesempatan Sena kembali ke dalam kelasnya.

Ia sampai di depan pintu kelas. Beberapa orang tampak berbisik, dan menatap kearahnya ketika ia berjalan masuk. Tapi Sena tidak terlalu ambil pusing, ia lalu melanjutkan langkah menuju ke mejanya.

Alan terkekeh, ketika Sena ingin mendaratkan pantatnya ke atas kursi.

"Kau ingin membawanya kembali, tapi kenapa malah kau yang tidak kembali?" ucap Alan mengejek.

Plak...!

"Aaukh!" Sebuah jitakan manis mendarat di atas kepala Alan. Pelakunya,? Siapa lagi kalau bukan Sena?.

"Kenapa memukulku?" setelah mengusap kepalanya.

"Karena kau berisik!" jawab Sena merajuk.

"Aish... Apa kau sedang PMS?, kenapa sensitif sekali?" balas Alan.

"Aku? Tidak!"

"Kau, iya!"

Begitulah, mereka terus berdebat mengenai Sena yang sangat sensitif.

Sementara itu, dari bangku tengah, Alya, Siti, Meri dan Sera, tengah terlibat obrolan yang entah apa. Alya tampak antusias bercerita. Siti terkekeh di sebelahnya, Meri tampak merajuk, dan Sera tersenyum segaris, sambil menepuk-nepuk pundak Meri.

Sena menatap kearah empat sekawan itu. Entah kenapa hatinya menghangat, lalu ia tersenyum. Dan saat Sera membalas tatapannya dengan tatapan tajam. Senyum itu pun hilang.

Sena lagi-lagi menggaruk tengkuknya yang samasekali tidak gatal, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Sera mendengus di tempatnya. Sesaat kemudian ia berdiri, dan berjalan ke arah Sena.

Bummp...

Sera memukul meja Sena dengan kuat. Sena terlonjak kecil ditempatnya. Lalu ia menatap Sera, yang berdiri di depan mejanya dan tengah menatapnya tajam. Suasana kelas mendadak hening seketika.

Be Better With You [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang