Setelah mendengar ucapan Meri. Sera meninggalkan kelas. Ia berjalan ke arah ruang kesehatan untuk sedikit mendengar bagaimana keadaan Sena, dan ke rumah sakit mana Sena dibawa. Namun sayang, Alya dan Siti tepat berdiri di depan pintunya. Sera ingin berbalik.
"Sera!" Alya memanggilnya. Sera pun mengurungkan niatnya dan berjalan menuju ke arah Alya yang berdiri dengan Siti di sana.
"Di sini kalian rupanya." ucap Sera, setelah sampai dihadapan keduanya.
"Huh?, bukankah kami yang harus berkata begitu?" Balas Siti.
"Kau dari mana saja?" tambah Alya.
"Aku dari kelas. Meri menangis, dan aku ingin mencari kalian, untuk membantu." Jawab Sera mengalihkan pembicaraan.
"Hmm, dia pasti ketakutan!" gumam Alya.
"Ya, sepertinya begitu. Badanya tak berhenti bergetar. Dan dia terus bercerita tentang Sena, apa yang terjadi?" Balas Sera berpura-pura.
"Sena ditemukan pingsan di ruang musik. Perutnya membiru, seperti terkena sebuah tendangan. Tetapi ia sudah dibawa ke rumah sakit di pusat kota, dan kata Alan, dia baik-baik saja. Jadi, ayo ke kelas dan tenangkan Meri!" ucap Siti.
"Kalian saja, aku harus menemui Pak Dandy, karena tidak masuk tadi. Sepertinya akan menerima hukuman!" ucap Sera, sedikit canggung.
"Baiklah, bye Sera!" sahut Alya, yang kemudian menggandeng tangan Siti untuk menuju ke kelas.
Sera pun juga melanjutkan langkah. Tetapi bukan untuk menemui Walikelasnya. Sera melangkah ke arah pagar sekolah.
Setelah sampai di balik pagar sekolahnya, Sera kemudian menelepon taxi. Saat taxi itu sampai, ia masuk ke dalamnya dan meminta supir taxi untuk mengantarnya ke rumah sakit di pusat kota. Entah untuk alasan apa, ia merasa ia harus melihat keadaan Sena.
Sera sampai di rumah sakit yang dituju. Dan setelah bertanya pada salah seorang perawat di sana, ia menemukan ruangan Sena.
Sera menatap kedalam ruangan putih itu, dari balik kaca kecil yang ada di pintu. Tampak jelas dari sana, Sena dibantu Alan, sedang mencoba duduk dari posisi berbaringnya. Ketika Sena meringis, entah untuk alasan apa, Sera juga merasakan ngilunya.
Sera membuka pintu, entah apa yang ingin ia lakukan, ia pun tidak tau.
Pintu terbuka sedikit, tanpa menimbulkan suara. Menciptakan sebuah celah yang membuat Sera bisa mendengar percakapan antara Alan dan Sena.
"Siapa pelakunya?" tanya Alan sambil membantu Sena menyamankan posisi duduknya.
"Kau tidak akan percaya!" jawab Sena sambil terkekeh.
Alan mengerutkan dahinya. Jelas ia bingun.
"Sera." ungkap Sena.
"Sungguh? Lalu dia meninggalkanmu begitu saja?. Haruskah kita membalasnya?" tanya Alan tanpa putus, dan diakhiri cengiran jahil.
"Ya, aku akan membalasnya, tapi tidak dengan pukulan, atau tendangan!" Jawab Sena sambil tersenyum penuh arti.Sena merasa ia telah jatuh pada apa yang disebut cinta pada pandangan atau pukulan pertama.
"Oh,, apa yang terjadi padamu, jatuh cinta, hmm?" balas Alan sambil terkekeh.
"Entahlah, aku hanya merasa ia punya alasan melakukan ini." jawab Sena. (kau membuatnya terkejut Sena) Author gemes.
"Apa kita akan melapor?" tanya Alan lagi.
"Jangan!" balas Sena.
Pintu dibuka lebar. Dan ditutup dengan sedikit bantingan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Better With You [ Tamat ]
Teen FictionStory by : Miftahul Rizka Cover by : Vadila Zikra Akibat sang ayah yang ingin mengubah kelakuan anak gadis semata wayangnya, Sera harus rela dikeluarkan dari sekolah lamanya. Lalu pindah dengan paksaan ke sekolah yang didirikan Ibunya. Hingga pertem...