COS

53 31 4
                                    

[Untuk kedua kalinya]

"Aduh mampus! Gua kesiangan lagi, Bisa-bisa pintu gerbang udah di tutup nih" Gerutu Fazila dengan dirinya arloji di tangannya menunjukan pukul 07.29 masih ada satu menit lagi sebelum bel masuk di bunyikan

"Jam pertama akan segera di mulai, Siswa siswi harap memasuki kelas" Suara bel masuk secara otomatis membuat Fazila kalang kabut mempercepat langkahnya, Ia berlari menyebrangi jalan raya tanpa melihat kiri kanannya.

Tanpa disadari saat arah berlawanan motor yang di kendarai Arvin melaju dengan kecepatan tinggi, Hingga menabrak seseorang yang tepat berada di depannya, Sontak saja membuat Arvin terbelalak dan turun dari motornya na'asnya orang tersebut terpental cukup jauh sekitar beberapa meter dari jarak motornya.

"SIALAN" Desisnnya nyaris tak terdengar, "gawat gua nabrak orang"

"Duh gimana nih"

"Lo sih makai motor kebut-kebutan"

"Lo bodoh vin, Itu tu cewek yang lo tabrak"

"Gimana kalau misalkan dia mati, Mau gak mau lo____ ah gak mungkin" Seribu tanya menggelantung di pikiran Arvin, Perasaan bersalahnya muncul di benaknya, Arvin membuang pikirannya yang cukup membuat ia frustasi dan menghembuskan nafas kasar.

Oke kembali lagi ke Fazila, Ia meringis kesakitan merasakan tubuhnya seperti mulai mati rasa, Terutama pada kakinya ketika ia membuka mata perlahan melihat sikunya berdarah, Dan kepalanya seperti berputar-putar, Sesekali ia mengerjapkan matanya yang sudah mulai gelap.

***

Disebuah  ruangan petak sangat terasa sesak bagi pak deval, Bagaimana tidak? Bayangkan saja baru datang ke sekolah dan masuk ruang kerja duduk di bangku kebesarannya sebagai guru bimbingan konseling SMA Anugrah Bangsa, Sudah disuguhkan dengan masalah baru dengan orang yang sama yang namanya sudah di hafal di luar kepala, Siapa lagi kalau bukan Arvin.

"Duduk! Sebenarnya kamu ini maunya apa?" Tanya pak Deval yang berhadapan langsung dengan Arvin, "saya benar-benar tidak mengerti dengan sikap kamu ini, Harus dengan cara apalagi saya menghukum kamu, Sekarang kamu jelaskan bagaimana kejadiannya?" Racau pak Deval menatap Arvin dengan sorot mata yang tajam.

Jika sudah berhadapan dengan pak deval semua urusan bisa jadi ribet, Bahkan banyak siswa yang bilang kalau pak deval itu kayak iblis sesuai namanya kalau di ganti A jadi i kan jadi (devil) kalau lagi marah yah suka emosian, Malah pernah main tangan sama siswa yang nyari masalah dengannya dia guru yang killer setelah pak trispurwanto kepala sekolah SMA ANUGRAH BANGSA.

Arvin tertegun mendengar pernyataan pak Deval, Bukannya ia tidak ingin menjawab hanya saja kronologis kejadiaannya sangat cepat bahkan untuk menjelaskannya pun Arvin ling lung.

"JAWAB SAYA!" Bentak pak Deval membuat Arvin terbangun dari lamunannya.

"Eh-hm-anu, Saya lupa kejadiannya pak" jawab arvin mengeleng-gelengkan kepalanya dengan jujur, "Suer dah pak, Arvin lupa!"

"Saya tidak main main Arvin! Bisa gak sehari aja kamu gak buat onar. Kamu sadar gak sih kalau kamu itu siswa yang nakalnya naudzubillah!" Bentak pak Deval persis di hadapan Arvin.

"Saya sadar pak, Bapak harusnya bersyukur tanpa siswa nakal guru BK kerja apa? Makan gaji buta?" Jawab Arvin tersenyum kecut dan hendak pergi meninggalkan ruangan itu.

"Lancang kamu! Apa perlu saya memberi kamu surat DO?" Tanya pak Deval mengancam.

"Jangan dong pak, Kan saya gak pernah nunggak bayaran"jawab arvin santai dan tersenyum sinis ke arah lawan bicaranya.

"Ini bukan tentang uang! Bapak heran dan gak habis pikir, Kenapa coba sekolah se elite ini harus nyimpan siswa yang nakal naudzubillah kayak kamu?!"

"Udah pak jangan di pikirin, Itu cuma ngebuat penyakit baru buat bapak. Aku ada permen lolipop loh pak, Bapak mau?" Tanya Arvin polos, Sembari menyodorkan setangkai permen lolipop yang semalam dia beli di minimarket depan rumahnya belum ada sedetik tangan pak Deval menepis tangan Arvin hingga permen lolipopnya jatuh dan pecah di lantai.

"Saya lagi ngomong Arvin!" Tukas pak Deval dengan suara naik satu oktaf.

"Iya saya tau, Siapa bilang bapak lagi dangdutan, Terus saya harus gimana dong pak?" tanya arvin santai dengan bentakan pak deval ingin meminta solusi.

"Kamu harus minta maaf dengannya, Sampai dia mau maafin, Karena bagaimanapun juga disini kamu yang salah jika berani berbuat harus berani bertanggung jawab!" Titah pak Deval menatap Arvin dengan sengit pupil matanya yang hitam seolah-olah berubah menjadi merah, Mungkin karena emosinya memuncak.

"Gua arvin carbibel alaska, Minta maaf?" Batin Arvin bertanya.

Jangan lupa yah kasih penghargaan untuk penulis agar lebih semangat lagi :)

Caranya mudah kok cukup kasih vot and coment :v

_GuaPemula

LOVE TRIANGLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang