Jika semua orang berlomba-lomba ingin seperti pelangi, berbeda halnya denganmu yang ingin menjadi setitik hujan?
Bel sekolah berbunyi. Seluruh warga sekolah SMA Anugrah Bangsa berhamburan menuju kelas.Berbeda halnya dengan cowok berjaket parka hitam dengan eartphone yang menyumpal di indera pendengarnya, kedua tangannya ia sembunyikan di saku celana.
Ditambah lagi ia berjalan santai seperti tanpa beban. Dia pikir dia siapa! Yang punya yayasan gitu? Sudahlah, sinting emang.
"Kak ini coklat untuk kakak," ucap adik kelasnya menundukkan kepala beralih melihat lantai sekolah.
Arvin merespon malas, memang pada dasarnya kelakuannya seperti itu, entah hal apa yang membuat kaum hawa terpukau dengan kharismanya.
Avrin mengambil alih coklat dari tangan adik kelasnya, lalu berlalu pergi, tanpa sepatah katapun.
"Yey! Coklat gua diambil," teriak adik kelasnya histeris.
Sepeninggal kejadian pemberian coklat, Arvin memasuki kelas dengan wajah datar, entah mengapa mood-nya hari ini naik-turun.
"Hay Vin!" Sapa Yuyu di ikuti anggukan canggung Fazila.
"Buat lo!" Dua kata yang Arvin lontarkan mampu membuat kedua alis Fazila berkerut.
"Gua?" Ulang Fazila yang masih bingung, karena dibangkunya yang duduk bukan hanya dia, melainkan ada Yuyu juga tentunya. Itu sebabnya Fazila bertanya untuk meyakinkan, takutnya salah sasaran.
"Dalam rangka apaan nih?" Lanjutnya tak mengerti.
"Dalam rangka hari bacot sedunia!" Sentak Arvin mampu membuat lawan bicaranya lumpuh.
"Eh Yuyu, emang hari bacot sedunia, ada yah?" Tanya Fazila ke teman sebangkunya.
Yuyu mengerutkan keningnya bingung dengan pertanyaan temannya, "Hari bacot sedunia?" Ulangnya.
"Iyah, ada gak?" Ucap Fazila berbisik yang masih dapat di tangkap oleh indera pendengar Arvin.
Arvin menggelengkan kepalanya tak percaya, "Aneh," gumamnya pelan nyaris tak terdengar.
"Gak ada lah Ogeb!" Teriak Yuyu di membuat Fazila terkejut.
"Jahat lo, kuping gua hampir lepas, jangan suka teriak-teriak, gua ambil pita suara lo, tau rasa!" Maki Fazila yang masih mengumpulkan oksigen yang menghambat di pernafasannya.
"Bodo ah!" Decaknya memutar bola matanya jengah, "emang siapa sih yang bilangin lo, tentang hari bacot sedunia?" Lanjut Yuyu menaik turunkan alisnya ingin tau.
"Arvin," ucapnya sedikit berbisik.
"Lo percaya sama nih anak?" Tanya Yuyu menunjuk Arvin dengan wajah meremehkan, Fazila dengan bodohnya mengangguk pasrah, "bego! Kita boleh bego, tapi gak di bego-begoin apalagi sama orang yang bego," ucap Yuyu menoyor kepala Fazila kesal.
Arvin mengulum tawanya, tak ingin menampakkan deretan giginya di depan cewek ini.
"Gua harap tuh surat lo baca" -Fazila membatin, lalu tersenyum kaku saat sepasang matanya di tangkap oleh sepasang mata milik Arvin.
"Makasih," ucap Fazila tersenyum ke arah Arvin.
"Dikasi adek kelas di jalan," ucap Arvin menatap mata hezel milik Fazila, "daripada gua buang, mending gua kasi ke lo," lanjutnya dengan wajah yang datar.
"Gua kecewa sih, alasan lo nyakitin" -Grutu Fazila membatin.
"Apapun alasan lo, intinya gua makasih," balas Fazila tersenyum kaku, kecewa? Banget. Harusnya kan bukan alasan itu yang ingin di dengar Fazila, oh tidak apakah Fazila baru saja meruntuki Arvin, ini gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE TRIANGLE
Novela JuvenilBELUM DI REVISI Disarankan follow sebelum membaca, terimakasih. Aku bukan seorang penyair puitis, perihal kata-kata romantis, bukan juga perangkai sajak, perihal kata-kata bijak aku hanya sekedar penulis di alenia baru perihal kata-kata rindu.