Tak ada kemampuan untuk mengungkapkan.
hanya saja aku cukup ahli dalam hal menunggu,
perihal mencintai dalam diam dengan teori yang begitu menyakitkan.
.
.
.Tiga cowok Most Wanted sedang asik duduk di kantin belakang, ada Nichola yang sibuk dengan hape-nya, ada Revan yang sibuk dengan makanannya, dan ada juga Arvin yang sibuk dengan rokoknya.
Mereka bertiga sibuk dengn kegiatannya masing-masing, Arvin jenuh padahal ia kerap mengingatkan kepada temannya jika sedang berkumpul tidak ada yang boleh memainkan hape karena wartu istirahat di pakai untuk bercengkrama dengan sesama.
Arvin membuang putung rokoknya ke lantai, lalu menginjaknya, "Gua udah sering peringatin kan sama kalian berdua, kalau ngumpul-ngumpul kek gini jangan pernah nyentuh hape?" Tegur Arvin yang sudah tak tahan lagi.
Nichola refleks melirik Arvin diikuti dengan Revan yang menatap ke arah Arvin juga.
"Tau tuh sih kunyuk udah di bilangin juga jangan main hape kalau lagi ngumpul," celetuk Revan sembari meminum es teh untuk menurunkan mie ayam ke perutnya.Nichola nyengir menampakkan deretan giginya yang rapi, "Maaf, khilaf gua mah," balas Nichola menyimpan hape-nya ke saku celana.
"Jangan di ulangin!" Pinta Arvin mendapat anggukan dari keduanya.
"Erghh Kenyang gua, makasih pak bos Arvin yang terhormat, besok teraktir-in lagi yah " ucap Revan nyengir kuda setelah bersendawa di hadapan temannya.
"Jorok banget sih!" Maki Nichola melayangkan jitakan yang cukup keras membuat Revan meringis kesakitan, lalu tersenyum puas ke arah Nichola.
Arvin merespon datar, ia sudah hafal hal jorok apa yang dilakukan temannya ketika usai makan.
"Mumpung gua udah selesai makannya. Kita main permainan biar gak bosan," ucap Revan mendapat anggukan dari kedua temannya.
"Tapi main apaan yah yang enak?" Tanya Revan pada kedua temannya.
"Gimana kalau main kotak pos?" Usul Nichola mendapat kekehan dari Revan.
"Gak seru ogeb! Main kotak pos itu serunya kalau banyak orang, lah ini kita cuma bertiga doang," balas Revan mendapat anggukan dari Arvin.
"Lo ada saran gak Vin?" Tanya Kedua temannya.
Tak perlu banyak waktu Arvin sudah mengetahui permainan apa yang seru untuk mereka bertiga, "Main Truth or dare lumayan, gimana setuju?" Ucap Arvin membuat kedua temannnya kaget.
"Bukannya lo benci permainan menjebak ini?" Celetuk Revan memastikan temannya.
Nichola mengangguk tak percaya,"Lo kan benci banget Vin, yakin lo mau main ke beginian?" Tambah Nichola tak percaya.
Arvin hanya tersenyum, hal itu menampakkan deretan giginya yang rapi, "Mau gak? Kalau gak mau juga gak papa," alibi Arvin kembali memasang wajah datarnya.
"Yaudah gua mau!" Balas kedua temannya antusias.
Arvin mengangguk paham.
"Mulai dari lo yah?" Tanya Revan mendapat anggukan dari Nichola.
"Botolnya mana? siniin," titah Nichola kepada Revan.
"Tunggu dulu, gua habisin mubazir kalau di buang," balas Revan meneguk habis Air putih temannya lalu melemparinya ke arah Nichola.
Nichola memutar botolnya tenang dan pasti tentunya, botol berputar dengan tenang lalu mulut botol terhenti tertuju pada Revan, Nichola senang bukan main, akhirnya ia bisa menjebak temannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE TRIANGLE
Teen FictionBELUM DI REVISI Disarankan follow sebelum membaca, terimakasih. Aku bukan seorang penyair puitis, perihal kata-kata romantis, bukan juga perangkai sajak, perihal kata-kata bijak aku hanya sekedar penulis di alenia baru perihal kata-kata rindu.