#Prolog

79 21 14
                                    

Flasback on...

"Nando..." panggil lirih seorang perempuan paruh baya yang berada di kasur rumah sakit
Dan tak luput terpasang begitu banyak selang infus.

"Kenapa ma?" Ucap lelaki yang bernama nando itu.

"Mama mau kasih sesuatu sama kamu nak" ucap perempuan paruh baya tersebut sambil mengambil sesuatu yang berada di atas nakas tersebut.

Nando tetap memperhatikan gerak-gerik dari mamanya itu dan mengambil sebuah buku.

"Buku?" Tanya nando dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Iya, ini buku diary buat kamu. Mama mau kamu selalu isi buku diary ini dengan curahan hati kamu. Anggap saja saat kamu menggoreskan tinta mu disini kamu sedang berbicara kepada mama." Ucapnya. Membuat nando ingin menitikkan air matanya

"Mama jangan pergi, nando mohon. Nando gak bakal nakal lagi kok,mama harus bisa sehat pokoknya gak ada penolakan!" Tegas nando membuat Sasha tersenyum sambil mengelus puncak rambut anaknya.

"Mama gak akan pergi kok, malahan mama selalu di hati nando." Ucap sasha seraya memegang kepalanya dan juga hidung yang mengeluarkan darah.

"Mama kenapa? Nando panggilin dokter ya ma" ucap nando dengan membalikkan tubuhnya namun tangannya ditahan ole mamanya, "gak usah nak, mama gak papa ini nanti juga reda sakitnya." Ucap lirih shasa.

"Gak papa apanya ma," tegas nando dengan berjalan menuju pintu kamar rumah sakit itu.

"Kamu gak mau kan mama sakit lagi" ucap shasa dan seketika nando berhenti dan membalikkan tubuhnya.

Nando menjawab dengan anggukan lalu berjalan menuju mamanya.

"Mama ingin jaga buku itu, tulis apapun yang berada dihatimu nak, mama bakal baca curahan mu itu tetapi tidak didepanmu. Oh ya jangan lupa jaga selalu papa sama kak reva, mama gak ingin kamu mengecewakan mama. Jadilah anak yang baik dan bertanggung jawab mama mau lihat jagoan mama ini bisa apa nggak menjaga amanah mamanya ini. Jaga selalu dirimu nak, mama sayang kamu." Ucap sasha membuat nando tak bisa menahan air matanya.

"Mama boleh peluk kamu gak untuk yang terakhir kalinya?" Ucap sasha dengan suara agak meringis karena menahan rasa sakit dikepalanya.

'' boleh kok ma, sepuas mama kalo bisa selamanya" ucap nando sambil menghampiri mamanya.

Pelukan yang begitu erat dan berakhir dengan melonggarnya pelukan mamanya bersamaan suara mesin yang begitu nyaring.

Tiiiiiitttttttt.....

Nando pun meneteskan air matanya dengan deras.

"MAMA... JANGAN PERGI NINGGALIN NANDO MA'' teriak nando sambil mengguncang-guncang tubuh mamanya.

Pintu kamar tersebut terbuka munculah dokter dan perawat.

"Nak sebaiknya kamu keluar dulu ya" ucap perawat yang melihat nando dengan perasaan tak tega.

"NGGAK, AKU MAU MENEMANI MAMA AKU. MA JANGAN PERGI." Teriak nando dengan mengguncang-guncang tubuh kaku milik mamanya itu.

Dokter maupun perawat melihat anak kecil itu tidak tega, namun ini harus cepat diselesaikan dan tanpa aba-aba perawat menarik nando dan menyuruh nya tunggu diluar,

Diluar Nando tetap menangis sekeras-kerasnya, orang yang berlalu lalang melihatnya dengan tatapan sedih.

Bagaimana bisa anak kecil menangis tanpa ada orang tua disampingnya atau kerabat terdekatnya? Sungguh kejam orang yang meninggalkan ia dengan tangisan yang menggelegar.

Dokter tetap berusaha keras, namun selalu gagal meskipun pun sudah menggunakan alat kejut tetapi semua nihil, hingga akhirnya ia menyatakan jika pasiennya dinyatakan meninggal.

Sungguh berat jika ia menceritakan ini semua kepada anak kecil yang diyakini adalah anak pasiennya. Ia ingin sekali berjumpa dengan suami pasiennya untuk membicarakan ini.

Saat ia keluar, ia melihat jika anak kecil itu bersama dengan seorang laki-laki tua.

"Maaf, anda dengan keluarga pasien sasha?" Tanyanya dengan sopan. Dan lelaki itu mengangguk mengiyakan.

"Iya saya keluarganya, saya ayah dari pasien sasha." Jawab tegasnya.

"Bisa ikut dengan saya sebentar?" Tanyanya dan diangguki oleh ayah pasiennya.

Sesampainya diruangnya, dokter itu langsung menyeritakan bahwa sasha anaknya tidak bisa tertolong. Karena penyakitnya yang sudah akut membuat pasien setiap hari harus merasakan pusing yang begitu mendera.

Laki-laki tua itu pun langsung pergi dari hadapannya.

Dalton-ayah sasha menelpon suruhannya untuk segera menyiapkan segala rencana pemakaman buat anaknya itu.

Dan Dalton menghampiri cucunya yang ia sayangi sedang terisak-isak, ia sempat berfikir kenapa Anton juga anak perempuannya Reva tidak datang? Dan kenapa Nando bisa disini sendirian? Ah baginya itu tidak penting. Yang terpenting ia akan mengambil alih hak Cucunya itu.

"Kamu harus kuat ya, jangan cengeng kakek gak suka, kakek mau kamu jadi lelaki sejati. Biar kayak kakek yang sukses seperti ini, kamu mau kan menurut sama kakek? Vernando Lucas Alexander Cucu Prof. Dalton Alexanders." Ucapnya dengan memeluk cucunya itu. "Iya kek, Nando akan menjadi orang yang terkuat sampai ngalah-ngalah in kakek, hihihi.... dan akan ngelindungin kakek tidak ada orang yang bisa menyakiti kakekku yang aku sayang ini." Membuat Dalton tak tega melihat keadaan anaknya yang sudah menelan pahit ditinggal oleh ibunya yang dia sayangi.

******

Acara pemakaman pun sudah selesai, dan Dalton tak mendapati suami dan juga anak perempuan Anaknya itu, ia menjadi geram namun ia kembali pada ekspresi semula yakni, datar.

"Kakek, aku boleh cium Batu Nisan mama?" Tanya polos Nando membuat Dalton menyunggingkan senyumnya dan menganggukkan kepalanya.

Nando terlihat bahagia, meski ia harus menahan air mata sekuat-kuatnya agar tidak bisa lolos dari tempatnya.

"Mama, mama Nando kangen mama. Mama rindu sama Nando gak? Inget gak ma dulu mama cerita sama nando dengan keadaan langit diatas dimana jika matahari bersinar sangat cerah berarti orang yang kita sayang itu bahagia, dan kalo keadaan nya mendung mau hujan itu berarti dia lagi sedih. Tapi disini Cerah banget ma berarti mama sedang bahagia kan, mama bahagia Nando juga ikut bahagia ma. Ma kata kakek, mulai sekarang aku gak boleh nangis lagi kalo aku nangis nanti kakek bakalan marah sama aku, aku nggak mau bikin kakek marah. Kakek katanya akan membuat aku bisa kuat, kalo nando kuat nando bisa ngalahin kakek hihihi lucu ya ma, oh ya nando juga bakalan nyimpen diary yang mama kasih aku kemarin. Nanti nando bakal isi diary itu, kata mama. Mama akan baca kan isi diary tapi tidak dihadapan nando dan juga mama selalu dihati nando. Oh ya ma, bentar lagi nando SMA kelas sepuluh katanya kakek nanti nando sekolah di sekolahan kakek, pasti seru. Pesen Nando mama jaga baik-baik disana ya, doain Nando biar jadi orang sukses ya ma. Nando sayang mama I Love Mom." Nando langsung mengecup batu nisan milik sasha-mamanya Nando.

Dalton yang melihat itu hanya bisa menitikkan air matanya, betapa kuatnya anak itu tanpa didampingi orang tersayangnya. Dalton merasa sesak melihat anak setegar Cucunya meski tidak didamping papanya ataupun kakak perempuannya, Dalton akan selalu menjaga cucu satu-satunya ini yang ia sayangi agar bisa menjadi orang terkuat agar dia tidak terpuruk dalam masa lalunya.

Dalton pun mengajak pulang Nando namun bukan Rumah anaknya tetapi rumahnya. Mulai dari sekarang nando akan tinggal bersama dengannya kini hingga nanti.

Flassback off..




Cerita baruku heheheh, semoga menarik ini masih prolog:v

Tunggu kelanjutannya ya.

Jangan lupa follow ig ku Deviagustina.agustina.

See you...

Diary From Seorang BadBoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang