03 | Jangan Lupa Makan

154 83 44
                                    

Arah Prasenja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Arah Prasenja

"Pokoknya, lo jangan aneh-aneh pas gue enggak ada. Diem aja udah di kelas, kalau laper ke kantin, tapi jangan lama-lama, kalau udah abis makanannya langsung balik, nggak perlu lah ikut-ikutan cowok-cowok lain yang ngerumpi di kantin.

Gue inget ya hari ini lo nggak ada jadwal latihan futsal, jadi tolong banget balik sekolah langsung balik. Kalau Arman sama Yolan ngajak main, nggak usah di dengerin, lo pura-pura budek aja bentaran. Oke, ya? Eh, gue matiin dulu ya mau siap-siap, bay!"

Aku menjauhkan ponsel dari telingaku, layar itu sudah berubah menjadi hitam kembali pertanda bahwa si penelpon benar-benar memutuskan sambungan telfonnya. Hari ini, Ranya dan tim dancernya sedang bersiap-siap untuk mengikuti lomba yang beberapa hari lalu Ranya bicarakan.

Melihat keantusian Ranya dalam lomba kali ini tentu menjadi kesenangan tersendiri bagiku. Lewat tatapan matanya, aku tahu jika cewek itu sedang bahagia-bahagianya hari ini. Maka, tak ada alasan bagiku untuk merusak kebahagiaan Ranya hari ini.

"Tumben jomblo macem lo pagi-pagi gini ada yang nelpon, Pra?" Itu Yolan, yang baru saja tiba di mejanya tepat di depan mejaku, Arman belum datang, mungkin dia masih terkena macet di kamar mandi.

Aku menunjukan log panggilan terakhir di ponselku kepada Yolan yang saat itu sudah membalikan badannya ke arahku.

"Ranya? Tumben," tanyanya.

Aku menyimpan ponsel ke dalam saku celana seragam sekolahku. Aku malas menjelaskan kepada Yolan kenapa Ranya menelfon, jadi sebaiknya aku diamkan saja nanti juga Yolan lelah sendiri menunggu jawaban.

"Lo nggak liat grup, ya? Si Arman nungguin lo di ruang siaran." Kata Yolan lagi yang sepertinya tidak tertarik menunggu jawaban pertanyaan soal Ranya tadi.

Aku menggeleng, kemudian menegakan badan sambil menatap Yolan. "Ada apa?"

"Biasa, dia kan lagi mau ngegebet anak crew makannya ngotot banget minta masuk grup siaran, mungkin dia mau minta persetujuan lo buat gabung, lo kan ketua crew." Kata Yolan.

"Siapa emang?"

"Gue nggak tau nama, tapi tau muka. Cantik sih, di bawah Ranya dikit lah mukanya." Ungkap Yolan yang langsung membuat aku berpikir, memangnya ada ya anak crew yang cantik? Kalau ada, kok bisa aku nggak tahu. Eh? Lagian aku tau juga buat apa? Nggak bisa modus juga, karena bidangku itu bukan modusin cewek.

"Bilangin sama dia, nggak bisa sembarang orang buat masuk crew."

"Bilang sendiri aja." Katanya, yang kemudian menepuk pundaku agar berjalan keluar kelas.

Kami berjalan bersisian, aku bisa menebak bahwa Yolan akan membawaku menemui Arman di ruang siaran. Ah, temanku itu memang merepotkan sekali. Apa iya masuk organisai demi pdkt itu benar? Harusnya, ada UUD yang mengatur per-PDKT-an dalam organisasi itu di larang, biar nggak ada lagi tuh pacaran dalam satu organisasi yang sama terus pas putus kerjaannya berantakan dan malah jadi sering nggak ngikut kumpul organisasi. Fix, itu cuma pemikiran jomblo ngenes kaya diriku saja.

Ranya [VERSI DIGITAL TERBIT DI KARYAKARSA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang