Ranya Andini
.
.
.
.
.Ketika aku sedang mengatur nafasku yang terdengar tidak beraturan karena latihan kali ini yang memakan waktu juga tenaga, mataku terpaku pada sosok cowok yang berdiri di balik dinding kaca pemisah antara ruang dance dan koridor sekolah.
Aku pikir, dia berdiri disitu memang untuk melaksanakan tugasnya, meliput. Hari minggu ini, tugas anak crew adalah meliput ekstrakurikuler sekolah, mencari bahan berita untuk mengisi mading dan juga radio sekolah. Tapi ternyata aku salah. Kali ini, Prasenja berdiri disitu untuk menyemangatiku.
Aku tertegun saat nendengar suara Prasenja berteriak 'semangat Ranya' dan berlari kabur saat dia sudah tersenyum sangat lebar kepadaku. Suara itu, adalah suara yang aku rindukan. Yang selalu menghangatkan hatiku ketika mendengarnya. Aku ingin ikut berlari bersamanya, menghabiskan waktu dengan bercerita dan makan bakso bersama. Ah, aku rindu. Sudah satu bulan dari terakhir kali aku bertemu Prasenja di masjid komplek. Dan selama itu pula, aku hanya mengetahui kabar Prasenja dari pesan-pesan singkat yang dia kirim serta dari Iqbal—sepupu Prasenja, jika manusia itu sedang bermain di area sekitar rumahku.
“Ranya, itu cowok lo?” tanya kak Sagita Sandra, kakak kelasku yang punya geng paling disegani di sekolah ini. Siapapun tahu geng mereka, bahkan anak-anak di sekolah lain pun tahu siapa mereka. Mereka tidak nakal, mereka terkenal karena cantik, mereka bukan berasal dari keluarga yang kaya, tapi mereka pintar. Sagita punya prestasi dan begitu juga dengan teman-temannya. Tetapi diantara kelima orang dalam satu geng itu, Sagita Sandra lah yang paling menonjol, dengan lesung pipi dan penampilan trendi yang dia punya, siapapun pasti menyukainya sekalipun dia kalau ngomong kadang-kadang suka nyakitin hati.
Aku tersenyum kepadanya. “Bukan, kak.”
“Oh... Bukan...” Sagita ikut tersenyum kepadaku, sebentar kemudian dia memberikanku air mineral. “Kalian masih pedekatean, gitu?”
“Enggak, kak. Kenal dari kecil ngapain harus pedekate lagi, kan?” aku tersenyum lagi. Meminum air mineral yang tadi Sagita berikan.
“Eh, Nya,” panggil Sagita. “Lo sama dia gak ada niat pacaran gitu? Kenal dari kecil kata lo tadi, artinya lo udah lama kenal dia, apa gak ada rasa suka?”
Jujur, aku tahu kemana arah pembicaraan ini akan berlanjut dan aku mulai tidak nyaman berbincang dengannya. Bukan karena takut mendengar kata dia menyukai Prasenja melainkan takut karena aku tidak punya alasan yang logis untuk menolak dia kalau-kalau menitipkan salam untuk Prasenja.
“Uhm, gimana ya kak, gue rada canggung buat bahas itu. Sorry.” jawabku, segan.
“Ah, padahal gue niatnya cuma mau nitip salam aja ke dia, dari yang gue perhatiin dia sama lo deket dan kayak orang pacaran, tapi karena lo bilang dia bukan cowok lo, gue serasa punya kesempatan nih.” cerocos Sagita.
Aku tersenyum lagi. “Nanti gue salamin deh kak. By the way, kak, salam apa dulu nih?”
“Bilang, kalau dia lagi jadi incaran kakak kelas kece namanya Sagita Sandra. Siap-siap aja diteror cinta sama gue.” ujar Sagita.
Aku hanya terkekeh canggung untuk menanggapi. “Dari sekian banyak cowok di sekolah ini, kenapa lo malah naksirnya dia, kak?”
“Dia kelihatan baik. Dari segi apapun, gue gak nemu cacatnya.” aku mengangguk mengerti, hatiku merasa semakin resah ketika mendengar penuturan Sagita. Dalam hatiku ingin sekali berteriak padanya untuk menjauh dari Prasenja, tidak usah kirim-kirim salam atau sampai kegatelan padanya. Prasenja itu milik Ranya! Ah, tapi aku siapanya?!
Iya kan? Aku ini siapanya? Cuma teman. Ah, iya, cuma teman yah...
“Andini....” aku menoleh, menemukan cewek dengan tubuh kurus semampai mengangkat tangan untuk memanggilku. Dia Anggelia—sepupuku. Dengan begitu aku punya alasan untuk pamit pada Sagita dan menghampiri sepupuku yang cantiknya bukan apa-apa jika dibandingkan denganku. Hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ranya [VERSI DIGITAL TERBIT DI KARYAKARSA]
Teen Fiction-Prasenja Series- FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA. Ada kalanya aku ingin berhenti kemudian menyerah untuk jatuh cinta dan patah hati, karenamu. "Lo suka gue?" Prasenja mengangguk. Notes : Privat acak! Dan jangan di plagiat!