10

30 5 0
                                    

Kuburan. Tempat yang paling Aku benci setelah Ayahku meninggal 2 tahun yang lalu. Disitu aku tidak melihat wajah ayah lagi. Hujan tinggal bersisa rintik-rintik
"Ayok jangan bengong"ajak Aftan
"Iya ya, oh ya, btw kita ngapain ke sini?"tanyaku
"Nanti lo juga tau"gumam Aftan
Aku dan Aftan berjalan melewati kuburan-kuburan yang subur. Di situ aku menyadari sesuatu. 'Inikan tempat pemakaman ayah 2 tahun yang lalu'. Aku kembali mengingat. Suara tangisanku yang memecahkan keheningan waktu ayah di makamkan. Tiba-tiba Aftan berhenti dan otomatis aku juga berhenti.
"Nih"sambil menunjukan 1 kuburan
"Apaan?"tanyaku
"Lo liat aja batu nisannya"jawab Aftan
Disitu aku liat batu nisannya. 'Aldy Hartono Bin Farid'. Tanpa sadar aku menjatuhkan air mataku. Lagi-lagi aku kehilangan orang yang aku sayangi. Aku tau Aldy cuman mantan aku, tapi apa salahnya jika aku menyayanginya sebagai teman. Aku tak kuat menahan tangisku. Aku menangis. Tiba-tiba ada orang memelukku dari belakang. Siapa lagi kalau bukan Aftan. Aku tak menolak di peluknya, pelukannya sangat nyaman. Jantungku tak berdetak normal. Ada rasa senang dan tenang di dalam dekapan seorang Aftan.
"Lik, lo harus tau gue sayang sama lo"gumam Aftan
"Kenapa gue ga rela kalau Malika dijadiin bahan taruhan. Dan kenapa perasaan ini beda sama korban-korban taruhannya. Apa ini namanya Jatuh Cinta?"dalam hati Aftan
Aku membalas pelukan Aftan. Aku ga tau harus jawab apa. Aku nyaman dalam dekapannya. Aku baru menyadari. Aftan adalah anak yang baik.
"Kita pulang yuk"ajak Aftan
"Ya"jawabku sambil mengelap air mataku di pipi.
"Maaf"gumam Aftan sambil berjalan ke motornya.
"Gapapa"seru ku sambil tersenyum ke arahnya
"Lo kalau senyum manis ya"puji Aftan
"Modus lo"gumamku
"Lo ternyata baik ya, lo berkepribadian ganda?"tanyaku
"Ngga lah"seru Aftan sambil tertawa kecil.
Dari kejauhan, aku melihat seseorang yang tidak lagi asing bagiku. Postur yang tinggi, tegap, dan tegas. Abangku, Abang Malik

MaafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang