Dengan mengendarai mobil Jeep milik Indra, Didi bernafsu sekali untuk membawa Ayu pada pesta perkimpoian Bu Anis. Ia ingin memamerkan Ayu kepada keluarganya yang malam itu berkumpul di gedung, tempat pesta perkimpoian itu berlangsung. Sedangkan Indra, adalah salah satu pemuda korban khayalan cerita Didi.
Indra penasaran sekali dan ingin melihat sendiri seperti apa Ayu itu. Benarkah cerita Didi bukan sekadar bualan belaka?Pukul 7 malam kurang beberapa menit, mereka tiba di bagian resepsionis. Seorang pemuda berdasi kupu-kupu duduk di balik meja resepsionis dan menyambut kedatangan Didi serta Indra dengan senyum ramah.
"Ada yang bisa saya bantu. Bung?” kata resepsionis itu. seperti sebuah hafalan.
"Saya tadi siang titip pesan dengan petugas yang badannya sedikit gemuk.”
"O, maksudnya.... Mas Gagan?"
'Entah siapa dia punya nama, tapi dia bagian resepsionis tadi siang.
Mungkin sekarang tugasnya telah Anda gantikan, ya?'
”Benar. Saya tugas malam.
Ada pesan apa maksudnya?'
Didi sedikit bingung menjelaskannya. Lalu, dengan hati-hati ia ceritakan pertemuannya kemarin malam dengan Ayu".
Tetapi, petugas itu tampak kebingungan juga.
"Maaf, kami memang mempunyai wanita-wanita yang... yah, sering dipesan oleh para tamu. Tetapi, tidak ada yang bernama Ayu.
Mmm... mungkin Anda memesannya dari motel lain?"
"Tidak. Saya memesannya dari sini. Dan, perempuan itu datang juga ke kamar saya. Maka, saya titip pesan untuknya, karena seharusnya hari ini saya masih di sini menunggu dia. Tapi, karena ada resepsi perkimpoian keluarga, jadi saya tinggalkan.
Nah, malam ini saya ingin ajak dia untuk menghadiri resepsi tersebut," tutur Didi menjelaskan.Sejenak kemudian petugas itu mencari sesuatu dan menemukan surat Didi untuk Ayu.
'Mungkin ini surat Anda."
"Ya. benar! Rupanya belum disampaikan, ya?'
"Mungkin tak seorang pun dari kami yang mengetahui perempuan bernama Ayu, Bung. Dan. kalau begitu, biasanya kami tunggu saja di sini Apabila perempuan itu datang, baru kami serahkan surat ini."
"Dari tadi dia belum datang?" Indra yang tak sabar mulai angkat bicara.
"Belum. Dalam buku tamu ini juga tidak ada yang mencantumkan namanya sebagai Ayu,' jawab petugas resepsionis dengan ramah.Sesaat kemudian, ketika Didi dan Indra berbicara bisik-bisik, petugas itu bertanya lagi.
"Maaf. di mana Anda semalam menginap? Maksud saya. di kamar Kenanga atau Flamboyan?"
"Di kamar Seruni," jawab Didi.
Petugas resepsionis itu kelihatan terperanjat sesaat, dan buru-buru menyembunyikan perasaan kagetnya itu.
Indra sempat mengetahui hal itu, kemudian sedikit berkerut dahi karena merasa curiga."Apakah kamar itu sampai sekarang masih kosong?"
"Saya rasa begitu. Bung?" resepsionis itu telah berhasil menguasai rasa kagetnya, sehingga memberi jawaban ramah kepada Didi.
Tetapi, Indra diam-diam memperhatikan wajah pemuda tersebut yang tampaknya mulai dihinggapi keresahan.
"Dia janji jam berapa akan datang?" tanya Indra kepada Didi.
"Dia tidak menentukan jamnya tapi yang jelas dia pasti datang untuk menemuiku kembali."
'Mmm... barangkali...."
petugas itu sedikit, gugup.
"Barangkali Anda bisa menunggunya jika membooking kamar itu lagi. Bung."
"Ah, kurang efisien itu!" Didi mendesah.
"Atau barangkali Bung mau menunggunya?" Petugas itu tetap ramah.Didi meminta pendapat Indra. lalu Indra berkata, "Repot pulalah aku! Kau yang punya urusan, kenapa aku yang ikut susah. Kau sendirilah yang tunggu dia kalau kau mau!"
"Kita bicara sebentar di lobby itu yuk...”ajak Didi.
Kemudian, mereka berdua duduk di sofa yang ada pada lobby tersebut. Agaknya Didi merengek kepada Indra agar Indra mau menemani dia menunggu Ayu.
Indra sendiri makin tertarik setelah Didi menceritakan kehebatan Ayu di ranjang.Indra makin terbuai oleh cerita Didi tentang kecantikan Ayu yang mirip seorang Ratu Mesir Kuno. Maka. Indra pun akhirnya berkata.
"Kalau kau bohong, aku tak mau berteman lagi dengan kaulah! Tapi kalau kau benar, kau boleh anggap aku abangmu."
"Bah! Abang macam apa kau kalau diam-diam punya minta juga dengan kekasih adiknya." kata Didi menirukan gaya Tapanuli.
”Eh. siapa bilang aku mau sama cewekmu?”
”Eh. siapa bilang begitu, Didi?!
Aku cuma ingin tahu, seperti apa cewek yang kau agung-agungkan itu. Didi!
Jangan punya pikiran yang macam-macamlah!" Indra bersungut-sungut, berlagak sewot.
Didi tertawa terkekeh melihat gaya Indra berlagak tersinggung. Buktinya, Indra sendiri segera berkata, "Kalau masalah kau mau kasih kesempatan sama aku, itu lain persoalan, kan?"
"Kesempatan apa?"
"Yang, kesempatan merasakan khayalanmu itulah.,.!"
Indra sendiri akhirnya tertawa bersama Didi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Girl At Middle Night.
HorrorTakkan ada yang menyangka bahwa Mahmud bunuh diri dengan cara yang tidak wajar,banyak spekulasi yang bermunculan di antara teman² kampusnya,apakah bunuh diri ataukah di bunuh ?