Tekad Nanda sudah bulat, ia harus menemui Ayu. Ia ingin membuktikan segalanya, dan mencari jawaban yang pasti tentang Ayu, juga tentang kematian Mahmud, Didi, dan Indra.
Di dalam hatinya ia menyimpan dendam, dan dendam itu yang menuntut pembalasan.
Karena itu, pukul 4 sore itu, Nanda sudah membocking kamar Seruni.
Ia belum tahu, bagaimana caranya menghadapi Ayu kalau benar wanita itu adalah hantu.Ia hanya punya keyakinan, bahwa ia akan bisa mengatasi Ayu dengan beberapa doa yang pernah diajarkan oleh kakeknya ketika ia masih di SMP. Ada beberapa doa yang konon bisa untuk mengusir hantu.
Dulu, Nanda pernah mendapat pelajaran mengusir hantu dari kakeknya, tapi satu kali pun belum pernah ia gunakan.
Kali ini, ia ingin mencoba kekuatan magis dari doa tersebut untuk mengalahkan Ayu.Hati Nanda belum terlalu berdebar-debar, karena ia ingat cerita para korban, bahwa Ayu akan muncul pada saat tengah malam.
Karena sekarang masih pukul 4 lebih, maka tak ada yang perlu dicemaskan, tak ada yang perlu ditakutkan.
Yang harus ia lakukan adalah mempersiapkan segala sesuatunya, di antaranya menghafal doa pengusir setan itu.Debur ombak dan angin senja membaur. Suasana di motel itu terasa lengang, sepi, namun terlihat beberapa kesibukan manusia yang seakan bergerak dan bekerja tanpa suara sedikit pun.
"Aneh...! Mengapa mereka melangkah bagai tanpa suara?
Mengapa mobil di jalan raya itu bergerak hanya memperdengarkan suaranya yang samar-samar?
Alam ini menjadi lengang, seperti lorong menuju alam kematian.
Oh, mungkinkah aku akan menemukan ajalku di sini juga?" pikir Nanda sambil duduk di teras kamar Seruni.Tak lama kemudian, terdengar suara adzan magrib sayup-sayup sekali. Langit menjadi merah lembayung. Mentari mulai menyembunyikan diri. Iseng sekali Nanda duduk sendirian di teras.
Kebetulan seorang petugas motel yang biasa disebut sebagai room-boy sedang melintas di depan teras kamar Nanda.
Orang itu sudah tua, tapi gerakannya masih lincah, penuh semangat kerja. "Pak...!" panggil Nanda, kemudian melambaikan tangan.
Pelayan tua itu mendekat dengan senyum ramah.
"Pak, bisa mencarikan saya makanan kecil?"
"Maksud, Tuan?"
"Yah... semacam kacang mete, atau emping."
"O, bisa. Di restoran kami tersedia makanan itu.
Mau kacang mete atau emping?" pelayan tua itu ganti bertanya.
"Emping saja deh! Atau... emping sama kacang mete juga boleh."Pelayan itu mengambilkan pesanan yang telah di pesan Nanda.
Waktu itu, Nanda segera masuk dan memeriksa isi kulkas.
Oh, lumayan ada dua kaleng bir sebagai selingan.
Ia mengeluarkan salah satu, dan membukanya sambil matanya memandang ke arah TV yang dinyalakan dari tadi.Tak berapa lama, pelayan datang membawakan emping pesanan Nanda. "Masuk saja, Pak!" teriak Nanda, malas membukakan pintu karena ada acara menarik di TV.
"Sendirian saja, Tuan?" tanya pelayan itu sambil cengar-cengir.
"Ya. Sendirian. Kenapa, Pak?" pancing Nanda.
"Tidak membutuhkan teman buat ngobrol-ngobrol?"
"Teman perempuan maksudnya?" Pelayan berambut uban itu terkekeh sesaat, "Kalau teman lelaki sih buat apa, Tuan?"
Nanda ikut tertawa sekadarnya.Ia membuka plastik emping sambil bertanya, "Apa... apa kamu bisa sediakan perempuan cantik, Pak?"
"O, bisa! Bisa saja, Tuan!
Mau cari yang modelnya seperti apa?" 'Yang paling cantik. Kalau bisa yang seperti Ratu Mesir Kuno!"
Bapak itu terkekeh lagi. la berdiri dengan sikap menghormat, sopan, sekalipun merasa geli dengan kata-kata Nanda, tapi ia tetap sopan.
"Bisa, Pak?" desah Nanda.
Ia berjalan ke ruang tamu, dan duduk di meubel yang ada di situ."Saya belum pernah melihat Ratu Mesir Kuno, Tuan," katanya.
"Lagi pula, bagi saya, semua perempuan itu ratu."
Nanda sempat tertawa keras mendengar banyolan pelayan tua itu. Ia tertarik untuk mengajaknya bicara, sehingga ia perlu mempersilakan bapak itu duduk di kursi.
"Bapak namanya siapa. Pak?"
"Saya..., Kosmin. Kalau perlu apa-apa bisa panggil saya saja lewat telepon, Tuan."
"Ah, paling-paling yang kuperlukan ya soal perempuan itu tadi. Pak."
"Bisa juga! Tempo hari ada yang memesan perempuan dua sekaligus! Tamu itu seorang lelaki yang usianya lebih tua dari Tuan, dan ia memakai dua perempuan dalam satu kamar. Saya juga yang mencarikan.
Dia minta perempuan yang separuh baya, tapi masih kelihatan cantik dan montok, saya terpaksa mencarikannya ke beberapa tempat yang saya kenal...."

KAMU SEDANG MEMBACA
Girl At Middle Night.
УжасыTakkan ada yang menyangka bahwa Mahmud bunuh diri dengan cara yang tidak wajar,banyak spekulasi yang bermunculan di antara teman² kampusnya,apakah bunuh diri ataukah di bunuh ?