Suara ketukan pintu yang lembut mengejutkan lamunan Nanda. Napasnya terhempas karena rasa kagetnya.
Ia sempat mencaci sendiri, lalu menyadari bahwa ia lupa membayar uang emping dan kacang mete. Setelah mengambil uang puluhan ribu dari dompetnya, Nanda menuju ke ruang tamu dengan hanya berbalut handuk tebal.
Klik...! Pintu dibuka, dan sapaan lembut terdengar, "Selamat malam...!" Nanda terbelalak seketika.
Darahnya bagai mengalir cepat ke bagian kepala. Pucat.
Napasnya pun tersentak, seakan berhenti seketika.Di depannya, berdiri seorang perempuan yang berbadan atletis, tinggi sekitar 168 cm, berbadan padat, menonjol namun ideal bagi tubuhnya yang sexy itu.
Mulut Nanda bergerak-gerak, namun tak berhasil melontarkan sepatah kata pun.Matanya tak bisa berkedip menatap seraut wajah klasik, dengan kecantikan yang mirip seorang ratu Mesir Kuno. Hidung mancung, bibir ranum tak terlalu lebar, mata bulat dengan kebeningan yang tajam meneduhkan, dan rambut hitam indah disanggul ke atas, sehingga menampakkan lehernya yang tergolong jenjang itu berkulit kuning langsat. Yang terucap di hati Nanda hanya kata-kata, "Sudah lewat tengah malam...!"
Perempuan itu tersenyum ramah, indah sekali. Enak dipandangi berjam-jam lamanya.
Suaranya yang serak-serak manja terdengar membuai hati Nanda yang gemetar."Boleh aku masuk?"
"Bo... bob... eh, sil... silakan...!"
Nanda menggeragap.
Jantungnya yang berdetak cepat membuat ia serba gemetar. Berulangkali ia menelan napasnya untuk menguasai kegugupan yang mengerikan, dan sedikit-sedikit ia mulai berhasil menenangkan gemuruh di dalam dadanya.
Ada bau harum dari parfum yang dikenakan perempuan itu.Bau harum itu begitu lembut, klasik, namun membawa kesan yang anggun. Perempuan itu mengenakan gaun transparan putih tanpa lengan.
Tas kulit warna hitam yang bertali rantai kuning keemasan tergantung di pundak kirinya. Sepatunya berwarna hitam, menapak di lantai. Jelas sekali. Ketika melangkah terdengar ketukan sepatunya yang lembut.
Waktu itu, angin berhembus lebih kencang dari sebelumnya. Suara angin itu mengalun bercampur deburan ombak.
Malam berubah menjadi lebih sunyi lagi, seakan kutu-kutu malam pun tak berani bersuara.
Hal itu semakin membuat Nanda dicekam rasa takut, tubuhnya pun menjadi merinding semua."Sendirian di sini?” suara serak-serak manja yang menggemaskan hati lelaki itu mengacaukan pikiran Nanda.
Ia masih diam di pintu, tanpa menutup daun pintu, sehingga angin yang berhembus membawa kemisterian itu menerobos masuk ke kamar.
Ia tak sempat menjawab dengan kata, kecuali mengangguk dan menampakkan rasa takutnya.
Ada niat untuk lari keluar kamar dan berteriak meminta tolong, tetapi sikap perempuan itu begitu mengesankan, baik dan ramah.
Sehingga, hati Nanda berdiri di batas kebimbangan."Apakah ruangan ini kurang dingin? Kurasa sudah cukup sejuk, tak perlu kau tambah dengan cara membiarkan pintu terbuka," katanya sambil menampakkan senyumnya yang mengagumkan sekali.
Nanda pun segera menutup pintu, namun tak berani menguncinya.
Ia jadi seperti orang bego berdiri bersandar pada pintu dengan kedua lutut gemetar.
Detak-detak jantungnya kembali memburu ketika perempuan itu melangkah mendekati Nanda, memandang dengan penuh sorot mata yang mempesonakan.Luar biasa kecantikan itu.
Nanda baru percaya dengan apa yang pernah dikatakan Almarhum Mahmud, Didi, dan Indra.
"Perempuan itu mempunyai kecantikan yang luar biasa.
Kehebatan di ranjang yang luar biasa pula...."
Pantas rasanya jika para korban memuji Ayu habis-habisan, karena perempuan itu memang patut dipuji dan disanjung.
Hanya saja, kali ini lidah Nanda masih kelu, darahnya berdesir seakan beredar di seluruh tubuh dengan kacau. Apalagi kali ini perempuan itu tepat berada di depannya, oh.... Nanda seperti kehilangan kesempatan untuk menghela napas."Kau sakit?" tanya perempuan itu. "Wajahmu pucat sekali."
Kemudian, karena lama sekali Nanda tidak bisa menjawab, perempuan itu menyentuh jari-jemarinya ke pipi Nanda. Lembut sekali. Pelan.
Nanda merasa diusap oleh selembar kain sutra yang berbau harum menggairahkan.
Lutut semakin gemetar, nyaris tak bisa dipakai untuk berdiri, karena saat itu, Nanda merasakan suatu ciuman yang hadir dengan sangat pelan.
Menempel di pipinya terasa menghangat dipermukaan wajah Nanda.
Suara serak-serak manja menggemaskan itu terdengar berbisik di telinga Nanda, "Kosmin memberitahu kehadiranmu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Girl At Middle Night.
HorrorTakkan ada yang menyangka bahwa Mahmud bunuh diri dengan cara yang tidak wajar,banyak spekulasi yang bermunculan di antara teman² kampusnya,apakah bunuh diri ataukah di bunuh ?