(Bab 7)

151 6 0
                                    

Memang benar. Pemilik motel itu adalah teman sekampung dengan Pak Hasan. Tetapi, sayangnya Pak Hasan merasa keberatan jika Nanda ikut menghadap pemilik motel itu.
Nanda hanya diizinkan menunggu di lobby, sementara Pak Hasan terlibat pembicaraan dengan pemilik motel di dalam kantornya.

Sore itu, Nanda merasa seperti kambing congek, terbengong sendirian di lobby. Hatinya dongkol, karena tak diizinkan ikut dalam pembicaraan tersebut. Alasan Pak Hasan, karena temannya yang menjadi pemilik motel itu dalam keadaan cacat, dan ia tak mau orang lain melihat kecacatan fisiknya. Mau tak mau Nanda menerima alasan tersebut.

Matahari hampir terbenam seluruhnya. Nanda masih berharap, mudah-mudahan ia bisa bertemu dengan perempuan yang bernama Ayu di lobby itu.
Paling tidak melihat perempuan dengan ciri-ciri seperti yang disebutkan Mahmud dan Didi, dan Nanda akan berusaha mengenal perempuan itu.
Sayangnya, tamu-tamu yang memasuki lobby tidak satu pun ada yang punya paras cantik dan punya pesona mirip ratu Mesir Kuno.
Rata-rata perempuan yang masuk ke lobby mempunyai paras standar, biasa-biasa saja. Tak ada yang istimewa. Kalau tidak istimewa, berarti dia bukan Ayu.

Sambil merenungkan misteri kematian Mahmud dan Didi, Nanda berhasil menemukan satu kejanggalan. Kejanggalan itu, tempo hari dikatakan rusak AC-nya, dan sering tersumbat saluran airnya. Tetapi, nyatanya ketika Nanda masuk menemui Didi, kamar itu ber-AC. Lancar.
Timbul rasa curiga dalam hati Nanda, mengapa bagian resepsionis waktu itu setengah tidak mengizinkan mereka membocking kamar, Seruni?
Kamar masih ada dua yang kosong, tapi dikatakan: "Tinggal satu kamar yang belum di-bocking."
Ini aneh dan janggal bagi Nanda.

Kecurigaan kedua, mengapa Mahmud dan Didi bisa bertemu dengan Ayu di kamar itu?
Bagaimana dengan kamar lain?
Apakah Ayu mau datang ke kamar lain juga?
Mengapa pula Ayu tidak meminta uang lelah kepada Mahmud dan Didi? Bukankah Ayu bekerja sebagai wanita penghibur?
Bukankah yang dibutuhkan dalam hal itu adalah uang?

Iseng-iseng, Nanda mendekati bagian resepsionis.
Kali ini yang bertugas bukan orang yang dulu, tetapi orang yang sebenarnya pernah ditemui Didi dan Indra. Hanya saja, Nanda tidak tahu tentang pemuda tersebut.
"Masih ada kamar kosong, Mas?" sapa Nanda dengan ramah.
"Masih," jawab bagian resepsionis dengan ramah pula.
"Mau bocking kamar?" tawarnya. Nanda hanya tersenyum dalam ketenangan sikapnya.
"Saya tunggu keputusan dari teman saya yang sedang menemui pemilik motel ini.
Kalau dia mengajak bermalam di sini, yah... mau tak mau kami bocking dua kamar."

Padahal rencana itu tidak ada dalam pembicaraan Nansa dengan Pak Hasan.
"Hari ini, agak sepi," kata petugas resepsionis.
"Lain halnya jika malam Minggu.
Kalau malam-malam seperti ini, apalagi ini malam Jumat, biasanya kamar kami banyak yang kosong. Kalau Bung jadi bermalam di sini, Bung bisa bebas memilih kamar sesuai selera."

"O, begitu, ya?!
Jadi, bisa saja saya memilih kamar Seruni, ya?"
Pemuda petugas resepsionis itu sedikit menggeragap.
"Hm... kalau kamar itu, wah... kebetulan tadi siang sudah ada yang bocking.
Kamar itu sudah diisi, Bung."
"Ooo...?!" Nanda manggut-manggut. "Kalau boleh saya tahu, lelaki atau perempuan yang memakai kamar Seruni itu?"
"Lelaki. Mungkin dia orang seberang." "Sendirian?"
"Ya. Sendirian. Barangkali sebentar lagi partnernya datang."
"Apa dia langganan di sini? Maksud saya, sering datang dan bermalam di sini dengan seorang perempuan?" makin lama pertanyaan Nanda makin bersifat pribadi.

Petugas itu agak sulit menjawab. Ia hanya tersenyum-senyum yang a-khirnya berkata, "Sebenarnya, kami tidak boleh bicara soal itu, Bung. Tapi, karena kebetulan tadi saya juga yang menerima tamu itu, jadi kalau boleh saya katakan, bahwa saya baru sekali ini bertemu dengan orang tersebut. Saya rasa, dia juga baru kali ini datang kemari, Bung."
Nanda manggut-manggut sambil menggumam.
Petugas itu berkata lagi, "Kalau Bung mau, bisa memilih kamar yang lain. Kamar Seroja juga bagus. Bung. Strategis dan romantis letaknya. Dia ada di tepi pantai.
Bung bisa melihat ombak dari terasnya."

Girl At Middle Night.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang